MENDAHULUKAN HAK ALLAH, HAK IBU PUN TERPENUHI
Saya seorang anak tunggal yang bekerja sebagai guru honorer SD di sebuah kota besar. Saat ini saya pun diberikan amanah dengan mengurus ibu saya yang sudah 6 tahun sakit dimentia alzeimer. Sekarang sudah menurun segala fungsi tubuhnya, baik motorik dan kognitif. Sudah satu bulan semua aktivitas hanya bisa dilakukan di atas tempat tidur.
Sebagai seorang pekerja, yaitu guru, alhamdulillah ekonomi saya tidak terlalu bermasalah dengan adanya wabah covid19. Saya masih tetap diberikan gaji setiap awal bulan. Semua tergantung bagaimana kita mengaturnya, apakah gaji kita bisa sampai ke akhir bulan atau tidak, dengan segala kewajiban dan kebutuhan hidup yang ada?
Karena saya adalah tenaga honorer, sistem gajian saya adalah bekerja dahulu baru mendapatkan upah. Untuk bulan Mei ini saya menerima gaji di awal bulan, tetapi itu untuk kerja saya di bulan April yang lalu.
Alhamdulillah, saya juga punya sumber rezeki lain dari Allah swt. Rezeki lain yaitu menyewakan rumah yang ada di kampung dengan dibayar bulanan. Dengan adanya pandemi ini, yang menyewa rumah minta diturunkan harga sewanya dan saya kabulkan. Saya turunkan harga sewa bulanan rumah sebanyak 20% dari bulan-bulan biasanya.
Ibu saya pun seorang pensiunan PNS. Setiap bulan beliau mendapat tunjangan pensiun dari pemerintah atas kinerjanya ketika dulu pernah bekerja. Karena sekarang ibu saya sakit dan segala aktivitasnya hanya bisa dilakukan di atas tempat tidur, saya merasa kebutuhan hidup pun semakin banyak.
Bulan Mei ini saya terima honor dan juga tunjangan pensiun ibu saya. Saya dilanda dilema, apakah uang ini saya pergunakan untuk membayar biaya obat ibu saya saja? Atau untuk melunasi pengorbanan beliau? Karena kini setiap 2 hari sekali, saya harus membeli obat untuk ibu. Ibu saya sudah tidak mau makan dan minum sehingga mau tidak mau harus diinfus di rumah.
Untuk melunasi semua pengorbanan ibu dari uang pensiun tidaklah cukup karena saya harus membayar pengasuh beliau. Honor saya pun saya pakai untuk pelunasan pengorbanan Tahrik Jadid saya dan anak.
Hati saya mulai bergejolak, ‘Ya, Rabb.. mana dulu yang harus saya utamakan? Obat ibu atau semua pengorbanannya? Obat juga sangat diperlukan karena ibu bertahan melalui obat itu. Pengorbanan pun wajib dilunasi karena itu adalah hak-Mu, juga sarana penarik sumber rezeki lainnya dari-Mu.’
Saya kumpulkan semua uang yang ada di rumah. Tunjangan pensiun ibu yang tinggal beberapa lembar dan honor saya, saya gabungkan semua dan mulai saya rinci pengorbanan ibu, saya, dan anak saya. Hati masih berkecamuk, memilih antara obat atau hak-Nya.
Selesai menghitung, sudah diketahui nominal yang harus dibayar. Seketika saya merasa lemas karena biaya untuk obat ibu saya pun mulai menipis. ‘Ya, Rabb.. saya ingin lunasi pengorbanan Ibu, tapi saya taruhkan nyawa beliau kepada-Mu,’ jeritku dalam hati.
Saya bulatkan niat untuk tetap membayar lunas semua pengorbanan ibu, saya, dan anak saya. Langsung saya antarkan uang tersebut ke juru pungut. Hati saya pun merasa tenang setelahnya.
Ketika sampai kembali ke rumah, saya lihat stok obat tinggal 2 labu infusan lagi. Saya pun langsung berlari ke apotek karena harus stok obat ini untuk malam hari dan hari-hari berikutnya. Saya pun kembali tenang, obat dan keperluan ibu saya sudah cukup untuk beberapa hari ke depan. Walaupun sisa rupiah tinggal beberapa, tak apa-apa. Yang penting saya sudah tunaikan kewajiban saya kepada Allah SWT.
Besoknya, mulai berdatanganlah karunia Allah SWT. pada ibu dan saya. Setiap harinya saya mendapatkan pesan WA yang isinya mengabarkan telah masuk ke rekening saya sejumlah rupiah untuk keperluan ibu saya.
Ya, Rabb.. begitu cepat dan kontan Kau ganti semua. Tak Kau biarkan hati saya ini dilanda keresahan dan kebingungan. Sekarang saya merasa teramat lega. Puas hati karena pengorbanan sudah lunas, dan stok obat ibu pun selalu ada tidak pernah kosong.
Kesehatan ibu saya tentulah amat penting. Tapi hak terhadap Allah lebih penting. Dan saya telah menjadi saksi, tak butuh waktu lama untuk Dia membuktikan janji-janji-Nya. Barangsiapa yang senantiasa memenuhi hak-hak-Nya, tak akan pernah disia-siakan-Nya.
Dia pun Maha Mendengar dan Maha Pengabul Doa. Dia dengarkan jeritan hati dan juga doa-doa saya. Kini, sungguh tak ada alasan bagi saya untuk meragukan kekuasaan dan karunia-Nya. Segala perjanjian dan pengorbanan yang dipersembahkan untuk-Nya, pada akhirnya hanya akan kembali kepada kita, hamba-Nya. Bahkan dalam bentuk dan jumlah yang tak akan pernah kita sangka-sangka. Alhamdulillah.
.
.
.
editor: Lisa Aviatun Nahar
Visits: 72
Saya nangis bacanya
Mubarak Indri Rahmatunnisa.. doa kami jg untuk ibunda yg akhirnya kembali ke Rahmatullah.. smg beliau ditempatkan dlm surga keridhaan Nya, kalian dberikan kekuatan dan ketabahan, aamiin ya rabbal alamiin
kembali terkenang dengan ibundanya neng Indri..smoga beliau almarhumah mendapat tempat yg mulia di sisi-Nya.aamiin yra