
MANUSIA DAN HARAPAN
Siapa yang tak pernah menaruh harapan? Manusia bertahan hidup dengan harapan. Entah itu harapan yang besar atau harapan kecil sekalipun. Bahkan harapan untuk bisa makan sesuap nasi mampu membuat kita bertahan hidup dari hari ke hari. Harapan membawa semangat dan kemajuan dalam hidup. Dengan adanya harapan, kita termotivasi untuk berjuang dan meraih apa yang diinginkan.
Namun, kepada siapa seharusnya kita menggantungkan harapan? Teman? Keluarga? Atau atasan di tempat kerja? Seringkali kita menaruh harapan pada sesama manusia. Sebagai bentuk kepercayaan atas masa depan yang lebih baik. Namun tanpa kita sadari, terlalu berharap pada manusia justru berujung kecewa, karena apa yang diharapkannya tak pernah terjadi.
Hazrat Ali bin Abi Thalib r.a. memberikan gambaran yang jelas tentang harapan: “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Sebuah kenyataan yang relate dengan kehidupan kita. Kepahitan yang dirasakan bisa dalam bentuk apa saja, entah rasa sakit, sedih, marah, kecewa, rasa bersalah, bahkan trauma sekalipun. Hal ini karena terlalu sering menaruh ekspektasi yang tinggi kepada orang lain, sehingga pada akhirnya meracuni diri sendiri.
Menggantungkan harapan yang paling tepat adalah kepada wujud yang paling kuat dan paling hebat, bukan kepada manusia yang notabene sama-sama penuh kelemahan dan tak mampu mengendalikan semesta. Orang yang nampak kuat dan hebat bukan berarti ia mampu mewujudkan harapan orang lain. Semua tergantung pada Allah yang Maha Berkehendak dan Berkuasa. Dia-lah yang mampu memutuskan.
Sah sah saja berharap, karena dengan berharap kita jadi punya semangat hidup. Namun yang perlu diperhatikan adalah kepada siapa kita menggantungkan harapan. Kepada siapa kita bersandar?
Kita berasal dari pencipta yang sama, hidup dan berpijak diatas bumi yang sama. Lalu pantaskah kita mengagungkan manusia lain serta menggantungkan masa depan dan harapan pada sesama manusia? Maka berbahagialah orang-orang yang selalu bergantung pada Allah Ta’ala. Karena Allah-lah yang punya kuasa atas segalanya.
Visits: 613