Amanat Guru Ngaji Untuk Mencari Imam Mahdi

Kisah ini diangkat dari cerita sang ayah kepada anak sulung perempuannya. Dimana anak ini menjadi saksi hidup perjalanan seorang pengkhidmat. Dari pengelanaannya mencari hidayah, hingga pengkhidmatannya kepada Jemaat Ilahi ini.

Panggil saja nama sang ayah dengan Sutarwan. Saat kecil, Sutarwan rajin mengaji di surau. Guru ngajinya seorang ustads yang baik dan rendah hati. Sehingga ia sangat dicintai oleh anak didiknya.

Sang guru ngaji  pernah bilang di suatu kesempatan ketika sedang memberikan tausiah, “Anak-anak, Imam Mahdi akan turun maka dari itu kamu harus mencarinya!”

Rupanya, perkataan sang guru tertanam kuat di salah seorang anak didiknya yaitu Sutarwan.

Waktupun berlalu  mengubah peranan  jaman. Sudah jadi metamorposa kehidupan, Sutarwan kecil kini sudah menjadi dewasa, sudah menyelesaikan sekolah tingginya dan menjadi seorang guru.

Kedewasaan dalam berpikir seseorang bisa  menentukan sikap, agar bisa berpijak dengan pasti dalam mengarungi bahtera kehidupan. Ia ingat dengan pesan sang guru ketika kecil sewaktu aktif mengaji bahwa harus mencari Imam Mahdi .

Dalam riwayatnya, Bapak Sutarwan kebingungan harus mencari kemana? Petunjuk pun tidak ada! Imam Mahdi itu seperti apa? Tak ada gambaran yang terlintas sedikit pun di benaknya, berwujud atau hanya sebuah riwayat? Semua jadi teka-teki belum ada jawabannya. Amanat sang guru selalu terngiang dan menjadi satu keresahan yang tak berkesudahan.

Sang pencari amanat guru ini akhirnya pergi ke daerah Banten bersama anaknya yang masih kecil. Anak tersebut jadi ikut terlibat dalam pengembaraan rohaninya, berjuang bersama sang istri mencari keberadaan Imam Mahdi.

Dalam pengembaraannya yang jauh tak membuahkan hasil, ditelusuri tak  seorang pun tahu wujud dan keberadaan juga berita tentang Imam Mahdi. Semua membisu tak seorang pun tahu. Pak Sutarwan kembali  dari perjalanannya dengan tangan hampa, namun beliau pantang untuk menyerah.

Tuhan mendengar do’a hambanya yang mencari kebenaran. Suatu waktu dia berkunjung ke tetangganya yang bisa dikatakan orang terpandang pada waktu itu, karena lumayan sukses dan baik hati orangnya.

Kalau bertamu ke rumahnya selalu ada tumpukan buku tergeletak di atas meja. Sang pemilik rumah suka mempersilahkan tamunya jika punya minat untuk baca buku-buku tersebut. Karena gemar membaca, Pak Sutarwan dengan senang hati membaca sebuah buku yang menurutnya sangat menarik.

Di salah satu halaman ada sebuah foto yang di bawahnya tertulis Imam Mahdi. Ia demikian terhenyak sekaligus gembira yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Foto itu ditatapnya lagi dan lagi. Tak bosan memandanginya hingga air mata pun merembas dari matanya yang berkaca-kaca.

Ia berujar dalam hati, “Inilah yang selama ini saya cari.”

Tak ada penolakan ketika ada tuntutan harus bai’at kepada Imam Zaman. Bahkan beliau meminta untuk langsung bai’at saat itu juga.

Tapi dianjurkan harus mengerti dulu apa tujuan dari bai’at itu. Selang beberapa waktu akhirnya pak Sutarwan pun bai’at .

Diliputi oleh semangat pengkhidmatan  dan kecintaan karena telah menemukan kebenaran, pak Sutarwan giat dalam menyampaikan tabligh Islam, Ia bertabligh kepada rekan kerjanya bahkan kepada orang Nasrani sekalipun. Bahkan sampai mendatangi pekampungannya, sampai seorang pendeta akhirnya bai’at.

Berita masuknya pak Sutarwan ke Ahmadiyah di tempat kerja akhirnya sampai kepada kepala dinas. Dan cepat menyebar, sehingga beliau dipanggil dan diberi pilihan, naik jabatan atau meninggalkan Ahmadiyah?

Ia pun memilih untuk tidak naik karena keyakinan tak bisa dipertaruhkan hanya untuk sekedar mencari keuntungan dunia. Tapi dengan pertolongan Allah Ta’ala, salah seorang atasannya mengangkat beliau jadi kepala sekolah di suatu daerah terpencil.

Perjuangan beliau dalam bertabligh, selalu membawa Al-Quran kemana-mana, sehingga menjadi suatu tanda bukti bahwa Ahmadiyah bersumber pada Al-Quran bukan yang lain.

Kegiatan tabligh terus Pak Sutarwan gencarkan. Meskipun banyak yang menghalangi. Teror mulai dilancarkan, akses jalan menuju rumah ditutup, kabar burung rumahnya akan diserang. Tapi ia menghadapi semuanya dengan tabah dan terus menjalani hubungan baik dengan masyarakat.

Dan benar kata pepatah, usaha tak mengkhianati hasil. Usaha pertablighan di daerah Cipeuyeum, Cianjur berbuah banyak orang baiat kepada Imam Zaman. Hingga di suatu hari, berdirilah sebuah masjid karena sudah banyak anggota disana.

Di masa pensiunnya, Pak Sutarwan tetap menghidupkan semangat bertablighnya dan semangat mempelajari Al-Quran. Ia juga ikut komunitas sepeda sebagai ajang memperluas pertemanan dengan siapapun.

Dalam bergaul, ia tak pandang bulu. Dengan yang lemah dibantu, yang kesusahan ditolong, sehingga banyak yang menjadi teman dan sahabat. Dan rumah pun akhirnya tak pernah sepi karena selalu kedatangan tamu.

Semoga pengkhidmatannya di Jemaat bisa menjadi figur bagi anak dan keturunannya menjadi pengkhidmat-pengkhidmat yang mukhlis. Aamiin.

.

.

.

Penulis: Iis Mahmudah

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 668

Iis Mahmudah

1 thought on “Amanat Guru Ngaji Untuk Mencari Imam Mahdi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *