Berlomba-lomba dalam Mengumpulkan Investasi Akhirat

Manusia merupakan makhluk yang diuji dengan akalnya, supaya dapat berpikir sebelum bertindak. Dan dengan akal tersebut pulalah manusia akan mampu menemukan hakikat dan tujuan kehidupan di dunia serta mengetahui sarana untuk dapat menciptakan hubungan rohani dan hubungan yang sempurna dengan Allah Swt.

Di antara keadaan alami manusia, yang merupakan bagian mutlak fitratnya ialah mencari wujud Tuhan Yang Maha Agung. Dengan keadaan demikian, manusia akan mampu melaksanakan seluruh perintah-Nya serta dapat menjauhi larangan-Nya. Segala perbuatan akan menjadi hal yang akan menjadi pertanggungjawaban kelak.

Oleh karena itulah, manusia diperintahkan untuk senantiasa berbuat kebaikan dalam kehidupan ini. Salah satu perihal amal yang dapat mengantarkan kita ke derajat yang tinggi ialah mengajak untuk berlomba-lomba dalam kebaikan atau yang kita kenal dengan Fastabiqul Khoirot.

Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 149, “Dan bagi tiap orang ada suatu tujuan, dimana ia mengarahkan perhatian kepadanya, maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” Berkaitan dengan ayat ini, alkisah diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, tentang perilaku si kaya dan si miskin yang memiliki sifat yang begitu mulia, senantiasa saling berlomba-lomba dalam setiap kebaikan.

Diriwayatkan, pada suatu hari. Serombongan fakir miskin dari sahabat Muhajirin datang mengeluh kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, orang-orang kaya telah memborong semua pahala hingga tingkatan paling tinggi sekalipun.” Nabi saw. bertanya, “Mengapa engkau berkata demikian?”

Lalu, merekapun berkata, “Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa, tapi giliran saat mereka bersedekah, kami tidak kuasa melakukan amalan seperti mereka. Mereka memerdekakan budak sahaya, sedang kami tidak memiliki kemampuan melakukan itu.”

Setelah mendengar keluhan orang fakir, Rasulullah saw. tersenyum lantas berusaha menghibur sang fakir dengan sebuah hadits motivasi. Dengan sabdanya, Rasulullah saw. berusaha membesarkan hati mereka. “Wahai sahabatku, sukakah aku ajarkan kepadamu amal perbuatan yang dapat mengejar mereka dan tidak seorangpun yang lebih utama dari kamu kecuali yang berbuat seperti perbuatanmu?”

Dengan antusias, mereka pun menjawab, “Baiklah, ya Rasulullah.” Kemudian, Nabi saw. bersabda, “Bacalah ‘subhanallah’, ‘Allahu akbar’, dan ‘Alhamdulillah’ setiap selesai shalat masing-masing 33 kali.” Setelah menerima wasiat Rasulullah saw., mereka pun pulang untuk mengamalkannya.

Tak lama berselang, setelah beberapa hari berlalu, para fakir miskin itu kembali menyampaikan keluhannya kepada Rasulullah saw. “Ya, Rasulullah! Saudara-saudara kami orang kaya itu mendengar perbuatan kami, lalu mereka serentak berbuat sebagaimana perbuatan kami.” Maka, Nabi saw. bersabda, “Itulah karunia Allah Swt. yang diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.”

Dari kisah di atas kita bisa mengambil hikmah bagaimana si miskin dengan keinginan besarnya, berupaya keras terus beramal dan bersaing untuk mencari keunggulan dalam beribadah, serta ketidak-mampuan, ketidak-beruntungan materi sekalipun tidak menjadikan suatu hambatan untuk memberikan pengabdian terbaik bagi Allah Swt.

Begitupun dengan si kaya, kekayaan yang dimilikinya tidak menjadikannya lupa diri namun justru mereka berupaya untuk bisa berbuat lebih dalam penghambaannya. Mereka selalu berupaya menunaikan hak orang lain dan menyadari bahwa semua merupakan titipan dari Allah Swt. yang sejatinya digunakan semata-mata hanya untuk mencari keridhoan-Nya.

Perbuatan baik merupakan investasi, supaya hidup kita lebih bermakna dan bernilai di hadapan Sang Maha Pencipta. Semoga apa pun bentuk dan upaya kita dalam berbuat kebaikan dapat membawa kita kepada jalan keridhoan-Nya.

Visits: 111

Cucu Komariah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *