BUAH-BUAH PERTABLIGHAN DI MUARA TIMPEH

Pada awal tahun 1992, saya dan suami mendapatkan sebuah kabar. Ada seorang anggota Ahmadi dari cabang Pati, Jawa Tengah, yang ikut program transmigrasi dari pemerintah, ke Muara Timpeh di Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Anggota tersebut bernama Bapak Ngasiman. Beliau ikut transmigrasi bersama keluarganya.

Setelah mendapat kabar tersebut; suami saya, Mln. Dindin Mujahidin, memutuskan untuk mencari Bapak Ngasiman ke daerah tersebut. Jaraknya kurang lebih 350 km dari tempat tugas kami kala itu, Bukit Tinggi, hampir dekat dengan perbatasan Provinsi Jambi.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 jam dengan bis, sampailah Pak Mubaligh di daerah Koto Baru. Kemudian beliau melanjutkan perjalanan dengan mobil pick-up menuju SP4, tempat di mana Pak Ngasiman dan keluarganya tinggal.

Ketika Pak Mubaligh tiba di SP4 dan turun dari mobil, beliau bertemu dengan seseorang bersuku Jawa yang rumahnya tak jauh dari situ. Pak Mubaligh mengucapkan salam kepada orang tersebut yang bernama Pak Supardi. Setelah berbincang sebentar, Pak Supardi mengantarkan Pak Mubaligh ke rumah Pak Ngasiman.

Ternyata, Pak Supardi begitu terkesan dengan Pak Mubaligh karena selama dia berada di SP4, tidak ada seorang pun yang mengucapkan salam padanya. Akhirnya, Pak Supardi selalu setia ke rumah Pak Ngasiman setiap kali Pak Mubaligh berkunjung ke sana.

Dan setahun kemudian yakni pada tahun 1993, Pak Supardi sekeluarga menyatakan bai’at, bergabung dengan Jemaat Ahmadiyah. Alhamdulillah, mereka menjadi buah pertama hasil pertablighan di sana.

Tak lama kemudian menyusul buah pertablighan yang kedua, yaitu Pak Suwito sekeluarga yang menyatakan baiat bergabung ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Beliau merupakan kakak ipar dari Pak Ngasiman. Alhamdulillah.

Kemudian, terjadilah sebuah peristiwa yang tidak saja mencekam, tetapi juga menyimpan begitu banyak hikmah. Pada tahun 1994, terjadi kericuhan di Muara Timpeh. Ada orang yang tidak senang dengan kedatangan Pak Mubaligh ke daerah mereka. Ketika Pak Mubaligh sedang berkunjung, sekitar pukul 2 malam, tiba-tiba ramai orang menyerbu rumah Pak Ngasiman.

Mereka menolak kedatangan Pak Mubaligh dan menyatakan bahwa beliau harus keluar dari sana saat itu juga. Mereka mengancam, tidak bisa menjamin keselamatan Pak Mubaligh dan Pak Ngasiman sekeluarga. Akhirnya dengan ditemani Pak Ngasiman, Pak Mubaligh keluar malam itu juga menuju Koto Baru dengan berjalan kaki.

Setelah kejadian tersebut, masalah terus berdatangan bertubi-tubi. Pak Ngasiman dan anggota yang lain diseret ke meja hijau. Tapi rupanya Allah Ta’ala benar-benar menunjukkan karunia perlindungan khas-Nya kepada setiap warga Ahmadi di manapun berada.

Pada akhir tahun 1994, Pak Mubaligh dan beberapa anggota Ahmadi dari Padang datang ke Muara Timpeh. Mereka diminta untuk hadir pada sidang terakhir. Setelah rombongan tiba di sana, mereka menyaksikan pertolongan Allah Ta’ala yang sangat tidak diduga-duga untuk Jemaat ini.

KEJARI Kabupaten Dharmasraya memberi keputusan bahwa Jemaat Ahmadiyah boleh berdiri di Muara Timpeh, dengan syarat untuk segera membentuk kepengurusannya. KEJARI juga berjanji akan memberikan perlindungan kepada warga Ahmadiyah di Muara Timpeh.

Alhamdulillah! Ya, Allah! Atas pertolongan Engkau, maka semenjak hari itu resmilah Jemaat Muara Timpeh berdiri sampai hari ini. Sebuah peristiwa yang meninggalkan catatan sejarah yang begitu luar biasa tidak saja bagi kami, tetapi juga bagi perkembangan Jemaat Ahmadiyah, khususnya di Muara Timpeh.

Padahal, anggota mengira bahwa keputusan akan cukup memberatkan mereka. Seperti membekukan kegiatan Jemaat atau mengusir setiap anggota Jemaat. Tapi rupanya, Allah Ta’ala lah yang membolak-balikkan hati manusia.

Dia telah zahirkan pertolongan khas-Nya kepada para anggota Muara Timpeh yang telah menunjukkan keteguhan iman meski harus berhadapan dengan penentangan yang cukup hebat.

Allah Ta’ala tidak saja menganugerahkan buah-buah pertablighan yang begitu berkesan bagi kami. Tetapi juga menurunkan pertolongan-pertolongan khas-Nya kepada kami, hamba-hamba-Nya.

Pengalaman ini begitu berkesan dan berharga bagi saya sebagai pendamping seorang Mubaligh. Tak akan pernah terlupa. Saya memohon doa dari semua pembaca, semoga suami saya diberikan kelancaran dan kesuksesan dalam menjalankan setiap tugas Jemaat yang diembannya. Aamiin Allaahumma Aamiin.

.

.

.

editor: Lisa Aviatun Nahar

Visits: 58

Indriati Puteri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *