cinta tanah air dan taat pada pemimpin

Cinta Tanah Air: Taat dan Hormat pada Pemimpin

Cinta Tanah Air: Taat dan Hormat pada Pemimpin

Hari kemerdekaan tinggal menghitung hari. Jalan-jalan di perkampungan, komplek perumahan, bahkan di gang-gang sempit mulai dipenuhi atribut-atribut untuk menyambut 17 Agustus. Begitu juga RT-RW sudah mulai keliling mencari sumbangan ke rumah-rumah warga, agar berbagai perlombangan khas 17-an bisa dilaksanakan semeriah mungkin.

Sudah 74 tahun negeri ini merdeka. Tentu kita berharap di berbagai sudut nusantara, kemerdekaan serupa bisa lahir, tumbuh, dan besar. Kemerdekaan dari kemiskinan. Kemerdekaan dari buta huruf. Kemerdekaan dari kebodohan. Harapan kita bersama untuk bisa merdeka dari semua itu.

Dan kita tahu bersama, jalan menuju kesana masih amat terjal. Kita masih perlu kerja keras. Sumbangsih setiap anak bangsa untuk mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai hal positif masih terus dinantikan. Salah satunya adalah “Taat dan Hormat pada Pemimpin”.

Taat dan hormat adalah budaya kita. Cermin budaya timur yang telah melegenda sampai ke negeri-negeri nun jauh disana.

Itu baru dalam konteks taat dan hormat terhadap orang lain (yang lebih tua dari kita). Lalu bagaimana dengan taat dan hormat pada Pemimpin?

Kita lihat linimasa di berbagai media sosial, banyak ditemukan berbagai ujaran kebencian, hinaan dan hujatan kepada pemimpin. Apakah itu kepada Bupati, Gubernur, bahkan Presiden.
Banyak di antara mereka menggunakan kata-kata yang amat kasar. Jauh dari budaya bangsa kita yang memiliki sopan-santun yang tinggi. Tak hanya berujar tidak sopan, tak sedikit yang menyebarkan fitnah dan ancaman kepada pemimpin.

 

Padahal, mengenai tema ini Al-Quran pernah menerangkan:

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنوا أَطيعُوا اللَّهَ وَأَطيعُوا الرَّسولَ وَأُولِي الأَمرِ مِنكُم

Hai orang-orang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah, dan kepada yang memegang pemerintahan dari kamu (ulil amri). (QS. An-Nisa: 59)

dan Rasulullah saw pernah bersabda:

“Seorang muslim wajib mendengar, taat pada pemerintahnya, dalam apa yang disetujui atau tidak disetujui, kecuali jika diperintah maksiat. Maka apabila disuruh maksiat tidak wajib mendengar dan tidak wajib taat.” (HR. Bukhari-Muslim)

“Dengarlah dan taatlah meskipun yang terangkat dalam pemerintahmu seorang budak Habasyah yang kepalanya bagaikan kismis.” (HR. Bukhari)

“Siapa yang membenci sesuatu dari pemerintahnya hendaknya sabar. Sesungguhnya siapa yang keluar dari pemerintahnya walau sekedar satu jengkal, kemudian ia mati, mati dalam jahiliyah.” (HR. Bukhari-Muslim)

“Siapa yang menghina raja (pemerintah), Allah akan menghinakannya.” (HR. Tirmidzi)

Dari ayat Al-Quran maupun hadits-hadits Nabi Karim Muhammad saw sangat melarang umat Islam untuk memberontak, membenci apalagi membuat fitnah-fitnah murahan untuk menjatuhkan pemimpin.

Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia seharusnya berdiri di atas petunjuk Al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Sebagai bukti kecintaan kita kepada Islam dan Rasulullah saw.

Setahun lagi kita akan berhadapan dengan Pilpres 2019. Ujaran kebencian, fitnah dan caci maki mulai berseliweran di media sosial dari kubu yang satu ke kubu yang lain, begitu juga sebaliknya. Kalau kita bercermin pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya seharusnya kita menyambut pesta demokrasi akbar tersebut dengan semangat nasionalisme. Kepentingan bangsa harus didahulukan ketimbang kepentingan partai atau golongan.

Jangan sampai umat Islam Indonesia termakan provokasi pihak-pihak yang mencari keuntungan dengan digelarnya pesta rakyat tersebut. Kita harus tetap menjadi stabilitas dalam negeri dengan tidak terpancing isu SARA.

Sebagai umat Islam kita harus lebih bijak menyaring informasi yang masuk di platform-platform media sosial kita.

Lestarikan terus budaya bangsa kita yang sopan-santun, saling menghargai, saling menghormati, juga sportivitas.

Ayooo.. Kita isi kemerdekaan ini dengan berbagai hal positif untuk negeri kita tercinta.
Salam Kemerdekaan.

Visits: 238

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *