KEIMANAN KUAT ORANG TARIQAT BERBUAH BAI’AT

Pada suatu hari menjelang maghrib Ayah menyuruh saya baiat. Saya berusaha untuk mencari alasan namun Ayah tetap bersikeras memaksa saya untuk baiat masuk Tariqat. Saya, yang adalah anak bungsu dari 4 bersaudara, perempuan satu-satunya pula, merasa tak berdaya. Ketika itu saya menangis karena hati tidak menginginkannya, tapi saya terpaksa mengikuti permintaan ayah untuk bai’at masuk Tariqat.

Ayah saya memang dari golongan Tariqat Naqsabandiyah (Suluk). Namun di salah satu anggota keluarga kami yaitu Imron Rosadi telah baiat kepada Imam Mahdi sejak tahun 2014. Abang saya itu sudah cukup lama memberikan tarbiyat kepada saya tentang Jemaat Ahmadiyah. Saya pun merasakan ketertarikan yang begitu besar, ingin tahu lebih dalam tentang Jemaat Ahmadiyah.  Namun abang saya sedikit ditentang oleh Ayah dan kedua abang saya yang lain. Tetapi itu bukan penghalang untuk Abang Imron, bahkan keimanannya tetap kokoh pada Imam Mahdi. Kemudian saya pun memiliki keinginan dan berniat baiat kepada Imam Mahdi.

Di hari itu ketika Ayah memerintahkan saya untuk baiat ke Suluk, saya tak pernah lepas dari doa. Saat shalat maghrib saya berdoa kepada Allah Ta’ala untuk menghalangi perjalanan saya untuk baiat ke Suluk atas permintaan Ayah. Saya terus menangis dalam sujud shalat Maghrib dan shalat Isya berharap pertolongan Allah Ta’ala  datang. Sehabis shalat Isya saya berkemas-kemas dan Ayah sudah pergi terlebih dahulu, jadi saya dan saudara ipar menyusul. 

Allahu Akbar! Mukjizat Allah Ta’ala benar-benar datang! Dalam perjalanan menuju tempat Suluk, tiba-tiba saya bertemu dengan Ayah yang berbalik arah pulang. Saya terkejut dan langsung bertanya, “Ayah, kenapa pulang?” Ayah menyahut, “Enggak jadi. Orang yang mau membaiatkannya sedang pergi ke Kalimantan.” Seketika itu saya langsung menangis, begitu bersyukur atas pertolongan Allah Ta’ala .

Saya begitu merasakan kekuasaan Allah Ta’ala karena seketika itu doa saya dikabulkan dan saya sangat bersyukur sehingga saya menangis. Dan di hari-hari selanjutnya pun ketika disuruh baiat masuk Tariqat, tidak pernah terlaksana karena selalu ada kendala dan halangan. Dalam hal ini, saya merasakan bahwa Allah Ta’ala memberikan petunjuk untuk saya meraih kebenaran yang haqiqi.

Peristiwa itu terjadi saat saya sedang menginjak di kelas 9 SMP. Ayah dan ibu saya sudah bercerai sejak tahun 2016, saat saya kelas 9 SMP. Saya sementara ikut dengan Ayah untuk tetap melanjutkan  sekolah SMP hingga lulus. Dan ibu saya tinggal di Jemaat Cabang Rengat tinggal bersama dengan Abang Imron yang sudah masuk Jema’at.

Saya akhirnya baiat pada tahun 2017 namun saya belum bisa aktif karena kondisi saya yang masih tinggal bersama Ayah. Saya akhirnya lulus SMP di tahun 2018. Ibu langsung menjemput saya 2 hari setelah kelulusan untuk tinggal bersama dan memperdalam Jemaat Ahmadiyah.

Saya begitu bersyukur mendapatkan sebuah hidayah atau petunjuk untuk mendekatkan diri kepada Imam Mahdi. Banyak pengetahuan yang saya dapatkan. Saya juga memiliki kesempatan untuk menggali lebih dalam tentang apa yang belum saya ketahui selama saya ghair. Yang saya tahu banyak orang-orang non Ahmadi menyatakan bahwa Ahmadiyah itu sesat. Namun setelah saya perdalam, Ahmadiyah tidak sesat. Mereka hanya mendengar dari orang lain dan bukan dari sumbernya langsung yakni orang Ahmadiyah sehingga mereka menelan mentah-mentah tentang kedatangan isu Imam Mahdi dan memandang dengan pengertian yang salah bahwa Ahmadiyah mengaku-ngaku adanya lagi Nabi Baru.

Saya begitu merasakan adanya perbedaan dalam diri saya yang dulu dan sekarang. Dulu bisa dibilang shalat dan pardah masih sangat kurang dawam. Sekarang Alhamdulillah setelah masuk Ahmadiyah saya merasakan dalam diri saya telah banyak terdapat perubahan terutama dalam menjalankan shalat lima waktu dan menerapkan pardah. Dan mohon doa semoga saya dapat menjadi khadim bagi Jemaat ini sampai akhir hayat. Aamiin.

Ini sebuah karunia terbesar bagi saya dan pengalaman yang begitu luar biasa  dalam hidup saya. Semoga  cerita singkat ini bisa menjadi inspirasi bagi semuanya. Aamiin.

.

.

.

Editor: Lisa Aviatun Nahar

Visits: 106

Putri Dewi Pratiwi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *