Makbulnya Doa-Doa Hudhur dalam Hidup Saya

Saya pernah beberapa kali mengirim surat ke Hudhur dalam keadaan saya berhajat. Saya dewasa di era Hudhur ke-4, jadi saya pertama kali mengirimkan surat ke pusat adalah di era beliau.

Surat pertama saya adalah permohonan dikaruniakan anak, yang akhirnya istri saya hamil walau akhirnya anak kami (perempuan) kembali dipanggil Allah Ta’ala. Mungkin, untuk tabungan saya yang pendosa ini.

Di kala setelah istri saya habis bersalin, saya mendapat penyakit pada kuku jempol kiri saya yang selalu bernanah, sakit yang luar biasa pada kuku jari itu. Saya bersurat ke Hudhur rh. melalui fax. Waktu itu, saya memohon doa untuk kesembuhan sakit saya.

Saya tidak segera mendapatkan balasan sampai waktu penyelenggaraan Jalsah Salanah di Parung. Saya mengikutinya.

Di satu malam jalsah saya tertidur, dalam mimpi saya, Hudhur rh. datang mengunjungi saya langsung ke tempat saya berbaring dan berdiri di hadapan kaki saya. Beliau menadahkan tangan dan berdoa. Secara perlahan dan tidak terasa sakit, kuku saya yang bermasalah terangkat dengan ringannya. Selanjutnya, saya terbangun. Dan kuku saya tetap sakit, sampai hari-hari jalsah berakhir.

Saya kembali bekerja seperti biasa. Di tempat kerja, beberapa pelanggan saya adalah teman-teman yang saya kenal karena menggunakan jasa gerai telpon majikan saya. Salah satunya bernama Ahmad.

Pagi itu dia datang dan menelepon seperti biasa. Dan setelah menelpon, dia menghampiri saya mau membayar. Tiba-tiba saya tertunduk dan menyeringai sakit karena kuku saya berdenyut.

Kenape, Bang?” tanya Ahmad.

“Kuku jempol saya ini menancap ke dalam, berair terus, susah sembuhnya,” jawab saya.

“Wah, itu obatnye gampang, Bang. Aye juga pernah sakit begitu. Sakit banget, kan?” Saya mengangguk.

“Sekarang, coba Abang beli silet cukur di seberang, tuh,” lanjut Ahmad.

Saya masih terheran-heran dengan hal tersebut. Tapi, karena keinginan untuk sembuh dari sakit yang sudah bertahun-tahun saya rasakan ini, saya cepat membeli silet tersebut. Setelah saya serahkan siletnya, dengan cepat Ahmad mematahkan silet dengan cara miring, sampai terbentuk ujung silet yang tajam.

Tanpa ragu Ahmad menyuruh menaruh kaki saya di atas kursi, dan mulai menyayat tepi kuku yg sakit. Awalnya, saya ngeri melihat dia mengoperasi kuku saya itu. Tapi, ajaibnya, tidak terasa sakit berat. Sampai, dia bisa mengangkat sekitar 2-3 milimeter tepi kuku saya yang sakit tanpa terasa nyeri yang sangat, ringan saja.

Alhamdulillah setelah selesai saya beri alkohol, luka iritasi yang menahun itu cepat sekali kering. Saya sembuh cuma dalam 3hari. Dan setelah itu, saya tidak pernah ketemu Ahmad sampai hari ini. Saya berterima kasih kepadanya dan bersyukur kepada Allah Ta’ala atas kesembuhan itu.

Saya masih sempat bertemu Hudhur rh. di Parung pada periode jalsah berikutnya. Saya berhadapan dengan beliau Anwar, dibalut aura warna putih di sekeliling beliau rh. dan mencium tangan beliau dan cincin Hadhrat Masih Mau’ud as. dalam kesempatan itu.

Saya bersyukur sebagai rombongan yang diterima secara khusus karena saya adalah Ahmadi keturunan, dan bersyukur karena jasa abaji Abah saya, Abdul Wahid Paskitani, yang akhirnya membawa saya ke hadapan Hudhur yang mulia. Alhamdulillah.

Sekian cerita kemakbulan doa-doa yang pernah terjadi dalam hidup saya. Kebiasaan menulis surat ke Hudhur saya tetap dawamkan, dan terus saja terjadi pengabulan-pengabulan itu. Alhamdulillah.

Visits: 24

Abdul Hafiez bin Abdul Wahid Pakistani

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *