MENARIK KASIH SAYANG ALLAH, KALA PUASA DI TENGAH PANDEMI

Saat-saat sekarang ini, saat yang sangat tepat untuk kita mengevaluasi diri kita, perjalanan hidup kita.

Apakah kita sudah benar-benar sibuk menyelesaikan pekerjaan kita atau kita malah sibuk mencari alasan untuk menghindari kewajiban kita?

Apakah kita sudah menepati janji-janji yang kita buat kepada rekan kita, atau kita belaga lupa?

Apakah kita sudah jujur dengan rekan bisnis kita, atau diam-diam kita khiyanati dia?

Apakah kita sudah jujur terhadap sumpah profesi kita, atau hanya sekedar dilihat bagus saja oleh atasan kita?

Apakah kita sudah jujur dengan saudara kita, atau kita masa bodoh dengan kejujuran toh dia saudara kita?

Apakah kita sudah jujur dengan pasangan hidup kita ataukah kita masih membohonginya toh dia istri atau suami kita?

Apakah kita sudah jujur terhadap anak-anak kita, ataukah tak perlu jujur toh dia masih anak-anak?

Apakah kita sudah benar-benar tulus menolong orang lain, ataukah hanya ingin update status dan dilihat keren oleh orang lain?

Apakah kita hari ini sudah merenungi dengan cara apa kita mencari nafkah, dengan jujur atau menipu?

Dengan setengah jujur atau setengah menipu?

Semua pertanyaan itu, perlu sekali kita tanyakan kepada makhluk yang bernama diri kita.

Jika kita mau merenungi, setiap kali mata ini terbuka, terbangun dari tidur, hidung ini bernafas dan karenanya kita dapat menghirup udara segar pagi ini.

Kita melihat anak-anak kita yang tertidur nyenyak, dan sehat, gembira dan bahagia.

Jika kita melihat saudara kita yang kurang beruntung, betapa kita lebih beruntung dari mereka.

Percayalah bahwa Allah Ta’ala masih boleh mengizinkan kita mendapat rezeki hari ini.

Peracayalah bahwa Allah masih mengizinkan kita menikmati seteguk kenikmatan dari karunia-Nya.

Percayalah, jika kita tidak pandai mensyukuri nikmat itu, maka sungguh mudah bagi Allah untuk menariknya kembali.

Rasanya tidak cukup kebersyukuran kita seumur hidup ini untuk membalas semua karunia yang Allah telah berikan.

Padahal Allah hanya meminta, bantulah saudaramu yang kesulitan, jujurlah, adilah, jangan berkhiyanat.

Sangat lucu sepertinya jika diberikan sedikit kesulitan kemudian secepat kilat kita berpaling meninggalkan-Nya.

Jika kita masih terus saja didatangi kesulitan, itu karena mungkin Allah akan memberikan kita kemajuan.

Dari kesulitan itu kita akan belajar bagaimana berusaha dan berdoa.

Kita akan mengenal Zat diluar diri kita yang dapat mengabulkan keinginan kita. Atau mungkin kita belum begitu dekat mengenal Tuhan.

Maka jika itu masalahnya, berarti kita perlu tahu bagaimana cara meraih kedekatan kepada-Nya?

Bagaimana caranya kita menjadi pribadi yang dapat menarik Rahmat kasih sayang Allah Ta’ala?

Bagaimana caranya agar Allah Ta’ala memberikan sarana pada kita untuk mendapatkan curahan rahmat-Nya?

Hari ini kita berpuasa di tengah-tengah pandemi corona. Maka ujian sebagai seorang mukmin selain berpuasa adalah juga menaati Pemerintah agar membatasi diri untuk melakukan hal-hal yang tidak perlu.

Bertahun-tahun kita dapat menikmati suasana Ramadhan dengan kegembiraan, dapat beribadah normal, bersilaturahim dengan saudara kita dengan leluasa, namun Ramadhan tahun ini kita terpaksa mengurung diri di rumah.

Ada kebahagiaan yang hilang tentunya. Namun perlu kita ingat, bahwa Ramadhan hadir di tengah Pandemi corona, tentu Ramadhan yang katanya bulan penuh keberkahan pasti ada keberkahan tersendiri.

Pandai-pandailah mengambil hikmah dari setiap situasi.  Dari semua ujian situasi dan mengetahui kelebihan serta kekurangan diri, maka pertanyaannya adalah mampukah kita menarik kasih sayang Allah?

Jawabannya mampu, jika kita dapat beribadah sesuai dengan apa yang Hadhrat Rasulullah saw nasehatkan kepada kita.

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan seraya mengintrospeksi diri, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”  (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760).

Maka barang siapa yang menjalankan puasa Ramadhan dengan kekuatan iman serta ketulusan seraya mengevaluasi kekurangan dalam dirinya dan berusaha keras memperbaikinya maka dia akan sampai pada maqam ketaqwaan maka kekhilafan-kekhilafan yang pernah dilakukan akan mendapat ampunan dari Allah Ta’ala serta akan dijaga dari keburukan.

Visits: 32

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *