Menemukan Bahagia Karena Memilih Jemaat-Nya

Hadhrat Masih Mau’ud a.s bersabda, “Saya mengatakan dengan penuh keyakinan dan keteguhan bahwasanya kaki saya berpijak diatas kebenaran dan dengan Karunia Allah di medan (laga) ini saya akan meraih kemenangan.” (Khutbah Hudhur tahun 2006)

Sebagai seorang Ahmadi, kita meyakini bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah Imam Mahdi dan Masih Mau’ud. Kedatangannya telah dinubuatkan oleh Rasulullah SAW sebagai Al-Masih yang dijanjikan dan telah tergenapi di zaman ini. Namun bagi non-Ahmadi, mereka masih menunggu kedatangan Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan itu.

Mengenai hal ini, ada kisah seorang Lajnah yang memiliki hubungan dengan seorang pemuda non-Ahmadi. Hal ini tidak mendapat persetujuan dari ibu sang Lajnah. Doa dan segala upaya dilakukan agar hubungan mereka kandas. Namun upaya sang ibu tidak membuahkan hasil. 

Akhirnya sang ibu berkata, “Kalau kamu tidak mau meninggalkan pemuda itu, jangan anggap saya sebagai ibumu lagi dan silakan pergi dari rumah ini.”

Mendengar ibunya berkata demikian, putrinya merasa sangat sedih. Walaupun ia mencintai  pemuda itu, bagi sang Lajnah, ibu adalah segalanya bagi dirinya. Ia lalu mulai menjauhi pemuda tersebut karena ketaatan kepada sang ibu. 

Namun hal ini tidak membuat pemuda tersebut mundur. Bahkan ia bertekad mendatangi rumah sang Lajnah untuk bertemu dengan orangtuanya dan menyatakan maksud untuk masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Jika memang itu yang menjadi alasan hubungannya tidak direstui, ia mau mempelajari terlebih dahulu apa itu Ahmadiyah.

Ibunda masih merasa ragu mendengar ucapan sang pemuda, namun ia tidak ingin mematahkan semangatnya. Siapa tahu ada karunia Allah Ta’ala di dalamnya, walaupun dalam hatinya ia mengharapkan seorang khudam yang akan menjadi jodoh putrinya. 

Dengan perasaan gundah, sang ibu pun memberikan 3 buah buku yang berjudul “Ajaranku”, “Apakah Ahmadiyah Itu?” dan “Bahtera Nuh” untuk sang pemuda pelajari.

Setelah setelah sekian lama tak bersua, pemuda tersebut itu menghubungi sang Lajnah. Ia menceritakan bahwa orangtuanya sangat membenci Ahmadiyah. Bahkan, orangtua pemuda itu membakar semua buku yang diberikan oleh ibu sang lajnah. Setelah menjadi abu pun, buku-buku itu diludahi dan diinjak-injak. 

Setelah mendengar hal itu, sang Lajnah pun berpikir, “Untuk apa hubungan ini dipertahankan?” Akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan pemuda itu. Singkat cerita, akhirnya doa dan harapan ibunda terkabul. Putrinya menikah dengan seorang khudam dan hidup bahagia.

Selang beberapa bulan setelah pernikahannya, sang Lajnah mendapat kabar yang mengejutkan. Pemuda dan orangtuanya mendapat musibah yang tidak terduga. Rumah mereka habis terbakar, tak ada satupun barang yang tersisa. 

Dengan kemurahan hati tetangganya, mereka diajak tinggal di rumahnya walaupun hanya tinggal di petakan rumah yang sangat kecil. Tidak lama dari kejadian itu, hanya berselang 2 minggu saja, tempat pemuda itu bekerja juga terbakar. Sepeda motor bahkan harta benda pun ludes.

Sang Lajnah pun semakin yakin akan keimanannya kepada Imam Mahdi. Baginya, Jamaah yang didirikan Hz. Masih Mau’ud a.s. adalah Jamaah Ilahi yang selalu ada dalam perlindungan-Nya. Dan Jamaah ini akan selalu ditopang Allah Ta’ala dalam setiap langkah kemajuannya. 

Visits: 303

Nurlaila Safitri

1 thought on “Menemukan Bahagia Karena Memilih Jemaat-Nya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *