Meraih Kedamaian Melalui Bai’at

Ketika membaca kisah tentang perjalanan bai’at orang lain, saya pun tergerak untuk menuliskan kisah perjalanan saya sendiri menjadi murid Masih Mau’ud a.s. Ahmadiyah bukan hal yang baru bagi telinga saya, tapi mempelajari dan menjadi bagiannya merupakan sesuatu yang baru yang penuh dengan tantangan serta rintangan. 

Agustus 2015, menjadi momen penuh haru karena pada tahun itu saya mengambil bai’at untuk pertama kalinya. Meskipun alasan bai’at saya terbilang klasik (karena menikah dengan pemuda Ahmadiyah), namun saya mengambil keputusan tersebut sungguh-sungguh dari hati. 

Karena keluarga besar saya tidak ada yang menjadi bagian dari Ahmadiyah, pengetahuan saya tentang Ahmadiyah jelas nol. Yang saya tahu hanyalah mengenai rumor kesesatannya, yang tidak lain hanya fitnah semata. Tapi setelah bai’at dan menikah, suami saya perlahan menjelaskan tentang kebenaran-kebenaran Ahmadiyah. 

Begitu pula dengan ayah saya, keingintahuan beliau akan ajaran Ahmadiyah selalu mengantarkannya pada pertanyaan-pertanyaan seputar fitnahan yang seakan telah tertanam pada Jemaat ini. Seperti “bagaimana shalatnya?”, “apa kitabnya?”, “siapa dan ada berapa Nabinya?”

Perlahan saya menjelaskan kepada keluarga saya bahwa tidak ada bedanya antara Ahmadiyah dengan Islam lainnya. Shalatnya 5 waktu, kitabnya pun adalah Al-Qur’an. Saya menegaskan kepada mereka bahwa fitnah-fitnah yang ditujukan kepada Ahmadiyah tidaklah benar adanya. 

Setelah bai’at, saya merasa bahwa Ahmadiyah merupakan satu-satunya Islam yang sejati. Ketika saya mempelajari ajarannya, menurut saya segala fitnah itu sangatlah kejam. Mereka memfitnah tanpa mempelajari bahkan mendalami ajarannya terlebih dahulu. Sedih rasanya, maka dari itu saya berdo’a agar orang-orang tersebut mendapat hidayah dari Allah SWT. Aamiin.

Saya benar-benar bersyukur diberi kesempatan oleh-Nya untuk menjadi murid Imam Mahdi a.s. Aneh memang, meskipun mendapat fitnah dan sering mendapat ancaman, tapi sungguh saya merasakan ketenangan berada di dalam Jemaat Ahmadiyah ini. Ketika memasuki masjid-masjidnya, saya merasakan kedamaian yang berbeda dengan sebelum saya mengenal dan masuk ke dalam Jemaat ini. 

Menurut saya, jalan menuju surga-Nya adalah melalui Jemaat ini. Hadhrat Masih Mau’ud a.s. selalu menegaskan agar setiap Ahmadi senantiasa selalu memperbaiki kualitas diri agar meraih pensucian hati sebagaimana sabda Hz. Masih Mau’ud a.s. dalam Malfuzhat;

“Pada zaman ini pun Dia dengan karunia-Nya telah menegakkan Jemaat ini supaya menjadi saksi bagi Islam sebagai agama yang hidup, dan supaya makrifat akan Allah menjadi berkembang, serta supaya timbul keyakinan sedemikian rupa yang memusnahkan dosa dan kekotoran, serta yang menyebarluaskan kebaikan dan kesucian.” (Malfuzat, jld. IX, hlm . 155)

Semoga saya mampu mengamalkan janji-janji yang pernah saya ucapkan ketika bai’at dan menjadi pribadi yang senantiasa selalu memperbaiki diri. Juga, semoga semakin banyak orang yang melihat kebenaran sejati Islam dalam Jemaat-Nya ini. Aamiin.

Visits: 360

Siti Halimah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *