Penyakit Jasmani dan Rohani Sembuh Berkat Al-Qur’an

Tengah malam pintu rumah Ustad Ilham diketuk orang. Ketukan yang asalnya pelan terus berlanjut hingga berubah menjadi gedoran. Tentu saja hal itu membuat Bu Hilmi, istrinya, kaget. Dengan setengah tersadar, sang istri menyahut salam lalu membuka pintu setelah sebelumnya membangunkan sang suami.

Ternyata yang membangunkan adalah Aleya dan temannya yang merupakan tetangga Ustad Ilham. Mereka meminta pertolongan Ustad Ilham untuk dapat menyembuhkan anak Bu Mahira yang sedang kesurupan.

Dengan langkah tergesa dan masih diliputi rasa kantuk, Ustad Ilham beserta istri dan kedua tetangganya berangkat menuju rumah Bu Mahira. Di sana sudah banyak orang berkumpul, bahkan orang yang biasa menyembuhkan kesurupan pun hadir, tapi entah mengapa mereka menyuruh Ustad Ilham.

Karena Ustad Ilham belum punya pengalaman menyebuhkan orang kesurupan, maka dengan keyakinan pada Allah SWT. dan ditemani istrinya, beliau mencoba memohon keridhaan Allah dengan membacakan doa kutipan Al-Qur’an. Perlahan Bu Hilmi membisikkan kata-kata bijak yang kemudian diangguki oleh Lida, putri Bu Mahira. Selanjutnya Lida meminta minum, segera Bu Hilmi meminta air hangat pada keluarganya. Alhamdulillah, Lida sembuh.

Kisah ini mengingatkan pada ayat Al-Qur’an yang bersangkutan dengan kejadian tersebut. Allah berfirman, “Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang beriman; tetapi tidaklah itu menambah kepada orang-orang yang aniaya melainkan kerugian.” [1] 

Ketika penyakit datang kepada orang yang beriman, maka penyakitnya menjadi sarana untuk menambah pundi-pundi pahala. Mengapa bisa demikian? Karena, penyakitnya menjadi sarana untuk bersyukur dan bersabar. Bersyukur karena telah dipercaya untuk dapat memikul beban musibah sebagai ujian untuk meningkatkan peringkat keimanannya. Lalu selanjutnya bersabar dengan berikhtiar mencari cara pengobatan penyakitnya yang diakhiri dengan doa. 

Adapun asas doa, Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda, “Dalam mengabulkan doa, Allah SWT. tidak mengikuti kehendak dan pikiran kita.” [2] Selanjutnya Hadhrat Masih Mau’ud as. bersabda, “Pintu pengabulan doa terbuka bagi orang-orang yang memperlihatkan rasa khauf (takut) terhadap Allah SWT. serta rasa cinta damai dan pengabdian terhadap Tuhan. Ia hendaknya menyenangkan Allah SWT. dengan ketakwaan dan kejujuran. Sebaliknya pintu pengabulan doa akan tertutup bila dalam doa-doa menyertakan kesia-siaan yang menjadi hambatan, yaitu tingkah yang tidak baik.” [3]

Al-Qur’an menjadi sarana penyembuh dan rahmat bagi orang-orang beriman karena kehidupan mereka selaras dengan Al-Qur’an. Maka, dengan sendirinya, Al-Qur’an menjadi demikian. Sebaliknya bagi yang aniaya akan menjadi sumber kerugian karena kehidupan jauh dari tuntunan Al-Qur’an.

Bagi yang aniaya, Al-Qur’an hanya sebatas tulisan dan mantra yang tak memiliki daya apa pun, padahal Al-Qur’an bisa menjadi mukjizat yang jauh di luar nalar manusia. Ketika manusia memiliki keyakinan yang kuat akan keberadaan Allah SWT. maka semua musibah akan menjadi sarana untuk menaiki jenjang tertinggi kedudukan di sisi Allah. Tak heran bila Al-Qur’an bisa menjadi penyembuh dan rahmat baginya.

 

Referensi:

[1] QS. Al-Isra’ 17: 83

[2] Malfuzat, jld. I, h. 106-107

[3] Malfuzat, jld. I, h 108

Visits: 38

Erah Sahiba

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *