Pertolongan Allah dalam Pengalaman Jalsah UK 2002

Tahun 2002, Mr. M mendapat karunia untuk dapat menghadiri Jalsah Salanah pertama kali di UK (United Kingdom/Inggris). Ada pekerjaan kantor yang tidak dapat ditinggalkan sehingga ia hanya mendapatkan cuti tujuh hari kerja. Karena itulah ia harus berangkat sendiri, terpisah dari rombongan Indonesia yang sudah berangkat pada hari Rabu. Sementara Mr. M baru bisa berangkat lusa, yaitu pada hari Jumat.

Tiba di bandara Heathrow pada hari Sabtu subuh waktu London, Mr. M menelepon ke panitia penjemputan berdasarkan brosur jalsah yang ia peroleh. Tetapi tidak ada yang mengangkat karena jalsah sudah berlangsung dari hari Jumat sesudah shalat Jumat. Jadi, panitia sudah tidak ada di London.

Rasa bimbang pun menyelimuti karena ini pertama kali menginjak negara UK. Ia tidak tahu harus bagaimana tetapi tidak mungkin juga hanya berdiam di bandara. Keputusan diambil untuk memakai jasa taksi resmi bandara yang berderet nama-namanya, mungkin ada seratusan di papan konter taksi.

Bingung juga memilihnya. Bismillah! Ia mencoba memilih secara acak nomor telepon taksi pertama, tapi tidak diangkat. Kemudian kedua juga tidak diangkat, karena memang masih sekitar jam 5 pagi waktu London. Sepertinya belum ada yang bangun tidur.

Nama taksi ketiga diangkat, alhamdulillah! Dengan perjanjian harga dan waktu penjemputan, pengemudi taksi akan tiba dalam waktu tiga puluh menit. Pengemudi pun datang tepat dengan perkiraan waktu yang dijanjikan.

Mr. M pun menaikkan koper ke bagasi mobil kemudian duduk di belakang supir dengan rasa lega dan membayangkan suasana jalsah yang pastinya ramai didatangi para Ahmadi dari penjuru dunia. Dalam lajunya kendaraan taksi di London itu, tiba-tiba sang supir menanyakan kembali, “Tuan mau pergi kemana?”

“Tillford,” jawab Mr. M singkat.
“Kemana?” tanya supir kembali.
“Tillford,” jawab Mr. M mulai bingung.
Sang supir menanyakan lagi, “Di mana itu?”

Mr. M bertambah bingung. Sang supir saja tidak tahu. Perasaan lega seketika berubah menjadi rasa was-was. Mungkin ketika berbicara di telepon, sang supir mendengarnya Oxford, di mana daerah yang memang ada di tengah kota.

Akhirnya diberikan brosur petunjuk Jalsah UK kepada sang supir yang kemudian memperlambat laju kendaraannya dan mobil menepi. Sang supir keturunan Pakistan atau India ini terlihat mengeluarkan telepon genggamnya kemudian terdengar bercakap-cakap dengan Mr. X dalam bahasa urdu.

Rasa was-was Mr. M timbul lagi. Terpikirkan juga bagaimana kalau terjadi suatu perampokan atau penculikan karena ketibaannya di London tidak ada komunikasi dengan siapapun. Senjata doa pun keluar, “Rabbi Kulli syaiin khaadimuka Rabbi fahfazhnaa wanshurnaa warhamnaa.”

Selesai sang supir berbicara dengan Mr. X, tiba-tiba ia menoleh ke belakang dan berkata, “Tuan mau pergi ke jalsah?” Mendengar kata jalsah spontan Mr. M menjawab, “Ya, betul.” Kemudian supir Pakistani itu berbicara lagi dengan Mr. X melalui telepon genggamnya.

Menutup telepon genggamnya, sang supir memberi info, “Bos saya sedang ada di sana.” Melalui telepon genggamnya sang supir diarahkan jalan menuju ke Tillford. Masya Allah! Ternyata Mr. X yang adalah bos sang supir, seorang Ahmadi yang sedang mengikuti jalsah di Islamabad, Tillford.

Tillford yang sekarang menjadi tempat kediaman Huzur aba. dan masjid Mubarak yang terletak di luar kota London. Sebelumnya, Tillford merupakan area jalsah. Sekarang areal jalsah adalah lahan yang dinamakan Hadiqatulmahdi.

Setibanya di Islamabad, Tillford, sang supir mengatakan sebenarnya ini luar kota dan tarifnya sekitar seratus poundsterling dikali kurs rupiah saat itu Rp.14.000. Tetapi ada pesan dari bos sang supir untuk tidak boleh menaikkan tarif, tarifnya harus tetap yaitu empat puluh poundsterling seperti perjanjian pertama.

Masya Allah! Karunia-Mu ya, Allah! Tetapi Mr. M tetap memberikan tips untuk sang supir dan menitipkan salam Jazaakumullah untuk bosnya karena tidak mungkin mencari di ribuan peserta jalsah yang hadir saat itu.

Mr. X dan Mr. M sama-sama mengikuti kegiatan jalsah, shalat berjamaah, mendengarkan ceramah, doa bersama. Jalsah UK 2002 merupakan jalsah terakhir bersama Khalifatul Masih IV Hadhrat Mirza Tahir Ahmad r.h. yang setahun kemudian pada tahun 2003 wafat.

Siapa Mr. X pemilik taksi itu? Hanya Allah Ta’ala dan sang supir itu saja yang mengetahui.

Mungkin untuk sebagian orang, kisah ini hanya kebetulan saja. Tetapi bagi Mr. M, ini adalah janji Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Masih Mau’ud dan Imam Mahdi bahwa ketika seorang Ahmadi berniat mengikuti jalsah, Insya Allah akan diberikan kemudahan-kemudahan. Masya Allah!

Visits: 114

Mia Jamila

1 thought on “Pertolongan Allah dalam Pengalaman Jalsah UK 2002

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *