SAAT AMALAN MENJADI SALAH, BUKAN SALEH

Saya seorang imam masjid di sebuah masjid di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tiap hari memimpin shalat dengan jumlah makmum paling minim tiga orang, maksimal lima sampai tujuh orang. Tiga orang tadi karena mereka tinggal di masjid. Yang lain sesekali datang, tidak full lima waktu.

Tiap Jumat, saya biasa keliling ke beberapa masjid di Jakarta. Kini, mencukupkan diri dengan shalat Zuhur dengan sejumlah kecil makmum yang tinggal di masjid.

Kegiatan pengajian, baik yang mingguan maupun bulanan, dilakukan via daring, menggunakan streaming youtube. Rapat pengurus DKM masjid pun dilakukan dengan zoom.

Corona telah mengubah kaedah beribadah kita. Kita dipaksa mencari Tuhan di rumah masing-masing. Menemukan sekerat kasih-Nya di balik pintu-pintu rumah kita. Mengaisi butiran-butiran khazanah spiritual di atas ubin dingin rumah kita.

Kita dipaksa untuk meramaikan rumah-rumah kita dengan bacaan-bacaan Firman-Nya. Seolah-olah, kita tengah membangun sebuah tempat ibadah di rumah.

Dan itulah amal saleh di tengah pandemi yang telah memporak-porandakan tatanan baik jasmani maupun rohani kita.

Sebuah video yang viral di media sosial. Di sebuah masjid yang tengah ramai dengan jamaahnya. Terlihat satu orang tengah berteriak, dengan nada tinggi, seolah memprovokasi jamaah untuk tidak perlu takut dengan corona, takut hanya pada Allah. Bahkan ia menuding dan mendoakan buruk imam masjidnya dengan bahasa yang tak pantas untuk dizahirkan dalam Rumah Allah yang suci itu.

Tidak kah kita sadar, mengapa virus ini menjauhkan kita dari Rumah Tuhan? Kita bukan tengah dituntut untuk berlagak berani menyambangi Rumah-Nya, apapun resikonya. Tuhan tidak sedang menuntut hal itu.

Kalau Dia menuntut sebuah keberanian, tentu tidak akan terjadi kasus seperti di sebuah masjid, di Kebon Jeruk. Tentu tidak akan terjadi kasus seperti Ijtima Jamaah Tabligh di Gowa. Tentu tidak akan terjadi kasus di sebuah masjid di Banyumas.

Jihad kita sekarang adalah menemukan Wujud-Nya yang penuh Kasih dan Sayang di atas ubin rumah kita yang dingin. Disitulah tempat terbaik untuk bersimpuh. Merendahkan diri kita untuk memohon dengan setulus hati, sebuah pertolongan khas-Nya.

Getarkanlah ‘Arasy Ilahi di balik tembok-tembok rumah kita yang mungil. Carilah Dia di balik tiap kesulitan yang kini tengah kita rasakan. Saat segala kebutuhan kita menjauh, datanglah mendekat kepada-Nya. Mengemislah bagaikan seorang anak yang sedang merengek-rengek. Tumpahkanlah air mata di atas sajadah rumah yang jarang tersentuh itu.

Berani bukan soal bisa datang ke masjid tiap hari. Berani adalah soal bagaimana kita bisa mengasihi sesama kita, sebagaimana Dia yang tak pernah membatasi Wujud-Nya untuk mengasihi setiap makhluk-Nya.

Berani bukan soal lebih takut meninggalkan shalat Jumat. Berani adalah soal bagaimana kita mampu meninggalkan rasa keegoisan kita terhadap sesama, sebagaimana Dia yang selalu mendengarkan keluh-kesah hamba-hamba-Nya yang berlutut memohon belas kasihan-Nya.

Berani model gitu bukanlah amal saleh. Tapi amal salah yang tengah ditunjukkan oleh mereka yang beragama baru sampai di kulit saja.

Yang mereka cari di Rumah-Nya bukan Wujud-Nya. Tapi adat kebiasaan dan kebesaran diri untuk merasa yang paling suci dan bersih.

Padahal, kebersihan hati adalah tentang siapa yang paling peduli dengan sesamanya. Siapa yang paling empati dengan kesulitan hidup orang lain.

Bahkan seorang pelacur pun bisa masuk surga, hanya karena menolong seekor anjing yang tengah kehausan.

Ini bukan tentang siapa kita. Ini adalah soal apa yang bisa kita berikan di tengah-tengah musibah besar yang menyerang rasa kemanusiaan kita.

Visits: 27

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

2 thoughts on “SAAT AMALAN MENJADI SALAH, BUKAN SALEH

  1. mereka beragama tapi tak paham ajaran agamanya,hanya bentuk zahir saja namun tak ada yang benar2 memahami..itulah ajaran para ulama mrk selama ini hanya mengutamakan zahir namun ruh secara rohaninya nol besar

  2. mereka yg dengan demonstratip datang ke tempat ibadah dng bicara tidak takut corona sepertinya tindakan pembodohan terhadap masy. Mereka sok merasa dekat dengan Tuhan ini adalah contoh dari manusia paling bodoh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *