SALAM LINTAS AGAMA SUDAH ADA SEJAK DULU, KENAPA BARU DIPERMASALAHKAN SEKARANG?

MUI membuat manuver baru yang cukup mengagetkan satu nusantara. Meskipun berawal dari Jawa Timur, MUI Pusat seolah mengamini imbauan yang berisi larangan mengucapkan salam lintas agama.

Salah satu isi surat imbauan tersebut menyebutkan bahwa dalam dalam mengimplementasikan toleransi umat beragama perlu ada kriteria dan batasannya agar tidak merusak kemurnian ajaran agama.

Lebih jauh MUI Jatim menyatakan bahwa mengucapkan salam semua agama merupakan sesuatu yang bid’ah, mengandung nilai syuhbat,  dan patut dihindari oleh umat Islam.

Sebenarnya, implementasi salam lintas agama sudah terjadi sejak lama. Jauh sebelum perseteruan akbar Pilpres 2019 yang menyebabkan banyak pertemanan putus, padahal junjungan tiap kubu sudah berada dalam satu bahtera.

Di era reformasi, salam kenegaraan telah mengalami tranformasi yang cukup signifikan. Di era orde lama, Bung Karno biasa menggunakan salam kebangsaan dengan kata “Merdeka”.

Di era orde baru, salam kenegaraan berubah menjadi “Assalamu’alaikum wrwb.”. Era reformasi, salam kenegaraan berubah lagi dengan mengakomodir salam dari agama Kristen dan Katolik.

Bunyinya: “Assalamu’alaikum wrwb, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, Shalom”

Saat Megawati Soekarno Putri menjadi Presiden RI kelima, salam kenegaraan bertranformasi ke dalam bentuknya yang lebih mengakomodasi agama lain, yaitu Hindu dan Budha.

Bunyinya menjadi: “Assalamu’alaikum wrwb, Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Shalom, Om swastiastu, Namo Budhayya”

Dan di era Jokowi, salam kenegaraan mengakomodasi satu agama lagi dari agama Konghucu, hingga menjadi:

“Assalamu’alaikum wrwb, Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Budhayya, Salam Kebaikan”

Jadi, salam lintas agama sudah ada sejak lama. Dan diperuntukkan memang untuk mempersatukan keaneka-ragaman umat beragama di nusantara. Tidak ada yang salah dari semua bukan?

Salam lintas agama tidak lantas merusak kemurnian satu agama tertentu. Tidak juga ia menyebabkan kejatuhan dalam iman yang menyebabkan salah satu penganut agama tertentu jatuh dalam kekafiran.

Sepanjang niat untuk mengucapkannya sebagai bentuk toleransi antar umat beragama, hal itu takkan mengganggu akidah dan keimanan seseorang. Jadi, tidak perlu berburuk sangka, jika seseorang mengucapkannya dianggap sebagai amalan syuhbat yang dapat merusak iman.

Bentuk salam dalam berbagai agama sebenarnya adalah sebuah doa kebaikan bagi yang mengucapkannya, mendengarnya, juga yang membalasnya. Semua itu baik sepanjang niatnya baik.

Bentuknya yang seperti apa bukanlah yang perlu menjadi perdebatan, tapi pesan kebaikan yang terdapat di dalamnya bisa menjadi titik temu dalam merawat kehidupan berbangsa kita.

Bukankah lebih baik menyebarkan salam ketimbang menyebarkan kebencian?

Visits: 154

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *