Sombong Ciri Hati yang Kosong

Perkembangan zaman yang semakin canggih, bila tidak diiringi dengan perbaikan akhlak, maka kemunduran akhlak akan semakin dirasakan. Tren mengikuti sesuatu yang viral di media sosial justru malah merusak mental anak-anak. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa media sosial memberikan sesuatu yang positif, tetapi bila tidak diiringi dengan pertimbangan akal pikiran yang berimbang, maka akan menjadi bumerang.

Penggunaan gadget yang tidak terkontrol oleh orang tua akan membawa dampak yang kurang baik bagi anak. Banyak sekali berita yang mengabarkan kekerasan yang dilakukan anak kepada orang tua karena pengaruh tontonan yang tidak mendidik, sehingga anak berani melawan dan tidak menerima nasihat orang tua.

Selain itu, waktu untuk ibadah pun jadi tersita karena keasyikan bermain gadget. Kurangnya komunikasi dalam keluarga karena anggota keluarga memiliki kesibukkan masing-masing juga memperparah situasi. Maka tak heran jika kewajiban beribadah sudah dinomorduakan, maka kesombongan mulai nampak pada diri seseorang.

Kisah sesatnya kaum Nabi Nuh as. berawal dari meninggalnya salah satu orang saleh dan dicintai kaumnya bernama Wadd, yang membuat semua orang merasa sedih dan meratap. Lalu, iblis pun berkata, “Sesungguhnya, aku mengetahui apa yang kalian rasakan atas kematian orang ini (Wadd). Bagaimana menurut pendapat kalian jika aku membuat sebuah gambar yang serupa dengannya sehingga ia selalu berada di tengah-tengah perkumpulan kalian dan kalian pun selalu ingat kepadanya?”

Lalu mereka pun mengiyakan dan setelah itu iblis membuat gambar yang serupa dengan wajah Wadd. Ia juga membuat patung yang serupa dengan Wadd yang diletakkan di rumah masing-masing perkumpulan tersebut. Mereka lantas terus mengingat-ingat Wadd yang kemudian diturunkan kepada anak cucu mereka, sehingga membuat patung tersebut menjadi Tuhan yang disembah selain Allah SWT.

Di tengah-tengah kesesatan kaum tersebut, Allah SWT. mengutus salah satu hamba-Nya yang bernama Nabi Nuh as. Nabi Nuh as. menyuruh kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, “Wahai kaumku, sembahlah Allah, tiada Tuhan bagimu selain Dia. Sesungguhnya, aku khawatir atas dirimu akan azab Hari yang besar.” [1]

Namun, perjuangan Nabi Nuh as. untuk mengembalikan kaumnya dari jalan yang sesat ini tidak membuahkan hasil. Bahkan, mereka semakin tenggelam dalam kesesatan dan kesombongan. Mereka semakin giat untuk menyembah berhala, mengejek Nabi Nuh as. dan ajarannya, dan bahkan berbuat jahat kepada pengikut beliau yang telah beriman. [2]

Kisah di atas mengingatkan akan sabda Khalifatur Rasyidin, Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq, “Jika nasihat yang baik tidak membawa pengaruh bagi perubahan seseorang, maka ketahuilah bahwa hatinya itu kosong.”

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. di dalam buku Bahtera Nuh bersabda, “Jadilah kalian orang-orang yang mengendalikan hawa nafsu, agar umurmu tambah panjang, dan memperoleh keberkatan dari Allah. Menikmati kemewahan hidup hingga melampaui batas adalah suatu kehidupan terkutuk. Bertingkah laku buruk hingga melampaui batas serta tidak mengenal belas kasihan adalah suatu kehidupan terkutuk. Mengabaikan rasa kasih terhadap Tuhan atau terhadap sesama makhku-Nya hingga melebihi batas-batasnya adalah suatu kehidupan terkutuk. Setiap hartawan akan diminta pertanggungjawabannya atas kewajiban-kewajibannya terhadap Tuhan dan terhadap sesama manusia, seperti halnya akan dimintakan kepada seorang fakir bahkan lebih.” [3]

Selanjutnya beliau as. bersabda, “Wahai kalian yang kusayangi! Anda sekalian singgah di dunia ini hanya untuk sekejap saja, dan itu pun sebagian telah anda lalui. Oleh karena itu janganlah membangkitkan amarah Tuhan. Suatu pmemerintahan manusiawi yang lebih berkuasa dari anda, jika marah terhadap anda, ia dapat membinasakan anda. Maka bayangkanlah betapa anda dapat menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah Ta’ala. Apabila pada pandangan Allah anda dianggap seorang yang bertakwa tidak ada seorang pun yang dapat membinasakan anda. Dia sendiri akan melindungi anda dan musuh yang selalu mengintai jiwa anda tidak akan menguasai anda.” [4]

Janganlah melupakan tugas kita sebagai hamba Allah, hindarilah sifat sombong yang apabila mulai memasuki diri maka nasihat-nasihat baik yang diberikan tidak lagi dianggap sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Inilah tanda-tanda orang yang celaka hidup di dunia.

 

Referensi:

[1] QS. Al-A’raf 7:60

[2] detikhikmah

[3] Bahterah Nuh, hal. 101

[4] Bahtera Nuh, hal. 102

Visits: 99

Ekawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *