
Surga Menanti Mereka yang Sabar dan Berjihad di Jalan Allah
Surga merupakan dambaan bagi setiap umat manusia. Karena pada dasarnya semua agama mempunyai konsep yang dinamakan surga. Begitu juga dengan umat Islam. Surga merupakan tempat tujuan utama kita kembali setelah mengarungi dunia fana ini.
Namun, bagaimanakah caranya agar surga itu kita dapatkan? Dan jika hal ini hanya sebatas keinginan tanpa usaha tentu surga hanya akan menjadi dambaan belaka, diperlukan kerja keras yang akhirnya dapat mengantarkan kita menuju surga-Nya.
Hal inilah yang diingatkan oleh Allah Swt dalam Al-Qur’an, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal Allah belum menampakkan orang-orang yang berjihad di antara mu dan menampakkan orang-orang yang sabar?” [QS. Ali Imran 3: 143]
Ayat di atas merupakan kelanjutan dari ayat sebelumnya yang memberikan penjelasan terhadap kaum Muslim seputar kekalahan mereka dalam Perang Uhud. Jika mereka kalah, kekalahan serupa juga pernah diderita kaum kafir.
Kekalahan yang menimpa kaum muslim itu dijadikan sebagai ujian bagi keimanan mereka. Juga untuk menjadikan sebagian di antara mereka gugur menjadi syahid. Dan ayat di atas Allah Swt. juga mengingatkan tentang kesabaran.
Kesabaran merupakan sikap yang penting untuk dimiliki oleh setiap muslim. Kesabaran untuk tetap kukuh dan teguh beriman, menjalankan semua perintah, dan menjauhi semua larangan-Nya dalam keadaan apa pun. Termasuk ketika kalah dalam peperangan, tertimpa musibah, dan segala perkara yang menghimpit hati dan pikiran kita.
Dalam khutbahnya tanggal 28 April 2023, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba. bersabda:
“Hendaknya harus senantiasa diingat bahwasanya kesabaran itu timbul tidak boleh disebabkan oleh kelemahan atau ketakutan-ketakutan yang sifatnya duniawi semata, melainkan kesabaran itu harus timbul semata-mata demi Allah Ta’ala dan yang sesuai dengan perintah-Nya. Kita diperintahkan untuk tetap bersabar semata- mata karena itu adalah perintah dari Allah Ta’ala Yang Maha Esa.”
Berkenaan akan kesabaran ini saya teringat akan seorang teman yang pernah mencurahkan kesedihan hatinya. Selama 25 tahun hidupnya, ia tidak pernah sekalipun melihat wajah ayahnya. Bahkan dari cerita ibunya ia mengetahui kenyataan pahit.
Sebelum ia lahir ke dunia ini, sang ayah telah berkali-kali berusaha untuk menggugurkan janin yang ada di kandungan ibunya, yaitu teman saya ini. Dia sangat sedih hinga sering kali ia meratapi nasib malang yang ia derita. Dan tak jarang ia seolah menyalahkan Allah akan nasib buruk yang ia terima ini. Akibatnya dia mulai menjauh dari Allah.
Tapi itu dulu, sebelum ia mengetahui bahwa nyatanya ia tidak sendirian yang mengalami nasib malang ini. Ada seorang wanita yang sangat mulia lagi dicintai oleh Allah Swt. dan menjadi satu-satunya perempuan yang namanya dijadikan nama surah dalam Al-Qur’an dan namanya disebutkan oleh Allah dalam sekitar 30 kesempatan. Dan hal itu tentu mengandung banyak hikmah. Ia memiliki nasib yang hampir sama dengan teman saya itu. Dialah Sayyidah Maryam binti Imran.
Menukil dari berbagai sumber, Sayyidah Maryam dilahirkan dari ayahandanya yang bernama Imran, putra Masan, putra Yasyham, putra Amun, putra Minsya, putra Hazkiya, putra Ahaz, putra Yusam, putra Azriya, putra Yawsy, putra Ahzihu, putra Yaram, putra Yah Afas, putra Asa, putra Abya, putra Rahba’am, putra Sulaiman A.S, putra Daud A.S. Sementara ibunya bernama Hannah binti Faqudha, beliau adalah saudari dari istri Nabi Zakaria AS, yang bernama Al-Isya.
Ibunda Maryam adalah seorang perempuan yang sudah lanjut usia, puluhan tahun kehidupannya hidup dengan Imran tidak kunjung memberikannya buah hati. Dan pada saat itulah ia bernazar, apabila nanti dikaruniai seorang anak akan dikorbankan kepada Allah untuk menjadi pengabdi dan penjaga Rumah Suci (bait Allah) di Baitul Maqdis. Nazar tersebut diterima oleh Allah, hal itu dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali Imran, ayat 38.
“Maka Tuhannya telah mengabulkannya dengan pengabulan yang baik dan menumbuhkan nya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaan-nya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria datang menemuinya di mihrab ia mendapatinya ada rezeki padanya. Ia berkata, “Hai Maryam, dari manakah engkau mendapatkan rezeki ini?” Ia berkata: “Rezeki itu dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.”
Sayyidah Maryam lahir dari kandungan ibunya dalam kondisi yatim, Imran yang menjadi ayahandanya wafat tatkala ia masih berada dalam kandungan. Dan pada saat itulah, ibundanya memanjatkan do’a kepada Allah agar melindungi bayinya dari kejahatan setan. Dan memang benar, para alim di masa-masa kemudian telah menjadi saksi bahwa Maryam adalah seorang yang terlindungi dari setan dan kenistaan.
Ibundanya mengasuh Maryam hanya sebentar, lantaran ia juga wafat pada saat mengantarkan bayinya ke masjid di Baitul Maqdis. Begitulah kondisi Maryam yang lahir sebagai yatim piatu.
Dari runutan nasib malang menerpa Sayyidah Maryam tidak membuatnya mengeluh akan keadaannya. Sebaliknya, ia tumbuh menjadi pribadi yang baik, tidak sembarangan berdekatan dengan laki-laki yang bukan mahramnya.
Beliaulah Sayyidah Maryam, ibunda nabi kita Nabi Isa a.s. Wanita mulia lagi suci yang patut menjadi contoh teladan kita semua umat Muslim. Beliau juga merupakan salah satu dari empat wanita yang dijamin masuk surga. Wanita yang dijadikan penghuni dunia pemimpin pemukanya bidadari dan wanita mukminah.
Kini bagaimana kita menyikapi kisah Sayyidah Maryam? Apakah kita bisa seperti Sayyidah Maryam? Paling tidak kita haruslah mengambil pelajaran penting dari beliau dan mengaplikasikannya dalan kehidupan kita sehari-hari akan kesabaran dan budi pekerti luhur beliau.
Semoga kita dapat menjadi bagian dari orang-orang yang sabar layaknya Sayyidah Maryam yang akhirnya dapat membawa kita ke surga-Nya kelak. Aamiin.
Visits: 59