
Tarawih: Tangga Menuju Keberkahan Ramadan yang Sering Diabaikan!
Waktu terus berjalan, hingga tak terasa kita telah sampai pada bulan yang penuh berkah dan ampunan. Bulan ini begitu dinantikan karena terdapat banyak begitu banyak keistimewaan, dan bisa menjadi waktu yang pas bagi kita untuk berusaha meningkatkan ketaqwaan. Di bulan ini pula setiap muslim beribadah lebih sering dari biasanya, masjid-masjid dipenuhi para jamaah yang seolah setiap diri mereka larut dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, bulan tersebut adalah bulan Ramadan.
Salah satu ibadah yang khas dan selalu menghiasi malam-malam Ramadan adalah shalat Tarawih. Masjid-masjid dipenuhi jamaah, suasana khusyuk terasa di setiap rakaatnya. Tarawih merupakan sunah yang dilaksanakan nabi Muhammad Saw., sebagaimana dijelaskan oleh hadhrat Masih Mau’ud as,
“Sunnah Nabi saw dalam perjalanan ialah mengqashar shalat. Tarawih juga adalah sebuah Sunnah. Kalian harus mengerjakannya. Seseorang dapat melaksanakan shalat Tarawih sendiri di rumah karena Tarawih sebenarnya adalah sholat Tahajud. Ia bukan shalat yang baru. Shalatlah witr sebagaimana kalian suka ” [1]
Sebagaimana shalat qashar, shalat tarawih pun memiliki kedudukan sebagai sebuah sunnah. Dan sunnah ini apabila dikerjakan tentunya bernilai ibadah yang lebih, apalagi bila kita laksanakan setiap hari di bulan Ramadan. Tarawih dapat dilaksanakan setelah shalat Isya sebagaimana yang dilakukan di zaman Hadhrat Khalifah Umar ra, dikarenakan mereka tidak dapat melakukan shalat tarawih pada waktu Tahajud maka kaum muslim melaksanakan shalat tarawih setelah shalat isya.
Pada umumnya, shalat Tarawih dikerjakan setelah shalat Isya. Namun, sebetulnya waktu yang lebih utama adalah di penghujung malam, seperti halnya shalat Tahajud. Hal ini diperkuat dalam hadits Muslim,
“Barangsiapa yang menunaikan shalat di waktu malam di bulan Ramadan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lampau.” [2]
Adapula pendapat dari Abdurrhaman bin Abdun Al-Qari yang menjelaskan bahwa,
“Suatu malam di bulan Ramadan, saya bersama Umar berangkat menuju ke masjid. Ternyata orang-orang shalat berpencar-pencar. Ada yang shalat seorang diri, dan ada yang shalat dengan sejumlah orang yang mengikuti di belakangnya. Maka Umar berkata: “Demi Allah, sesungguhnya aku berpandangan, lebih baik kalau mereka dikumpulkan di belakang satu qari (imam) (yaitu biarkan mereka shalat berjamaah). Setelah keinginan beliau bulat, mereka dikumpulkan dengan imam Ubay bin Ka’b. Kemudian saya keluar lagi bersama Umar pada malam lain, orang-orang menunaikan shalat dengan satu qari (imam). Maka Umar ra. berpendapat: “Inilah sebaik-baik bid’ah (sesuatu yang baru), waktu yang mereka gunakan untuk tidur (akhir malam) lebih baik dibandingkan waktu yang mereka gunakan untuk shalat – maksudnya shalat tahajud akhir malam. Pada awalnya, orang-orang waktu itu menunaikan shalat pada awal malam.” [3]
Namun, tidak sedikit Muslim yang tetap melaksanakan keduanya: shalat Tarawih setelah Isya dan Tahajud di sepertiga malam.
Tidak seperti shalat tarawih yang bernilai sunnah dibulan Ramadan, maka shalat tahajud adalah sunnah yang selalu memiliki nilai ibadah sepanjang tahun. Adapun jumlah rakaat shalat tahajud Hadhrat Rasulullah Saw biasa melakukan shalat tahajud 8 rakaat (begitu juga berlaku untuk shalat tarawih) tetapi jika karena alasan tertentu hanya melakukan rakaat yang lebih sedikit, maka ini juga diperbolehkan.
Banyak dari kita mungkin merasa lelah setelah seharian berpuasa, tetapi shalat Tarawih adalah kesempatan emas untuk menambah pahala. Shalat ini bukan sekadar ritual, melainkan jalan untuk mendapatkan ampunan dan rahmat Allah SWT.
Semoga Allah menganugerahi taufik pada kita di bulan Ramadan ini dengan semangat untuk melaksanakan setiap ibadah dengan penuh kekhusyuan dan kekonsistenan
Referensi :
[1] Malfuzhat, jilid 10, h. 22, edisi 1985, UK
[2] HR. Muslim
[3] HR. Bukhari
Visits: 51