Amak Rasuni, Perempuan Berusia Senja yang Rajin Berkurban

Amak Rasuni begitulah saya biasa memanggilnya. Tiap hari berjalan ke ladang sejauh dua kilometer. Langkahnya sudah gontai dan gemetar. Di usia yang sudah 70 tahun, ia tetap rutin naik turun bukit menuju ladang. Di sebuah tempat di Sumatera Barat yang bernama Lurahingu.

Janda berusia senja ini tak lagi sekuat dulu. Tapi tekadnya tak pernah berubah. Semangatnya untuk menjemput rezeki dari Yang Maha Pemurah tak pernah lekang oleh lapuknya usia.

Ladangnya ia tumbuhi dengan beragam tanaman. Mulai dari kacang-kacangan sampai umbi-umbian. Amak merawatnya dengan penuh kasih sayang. Seolah ia tengah membesarkan anak sendiri.

Di balik langkah gontainya. Juga wajah keriput yang berbalut pahit getirnya hidup. Amak selalu berhasil untuk mensyukuri segala nikmat yang Allah beri. Tak pernah terdengar keluar kata-kata mengeluh dari mulutnya yang tak pernah kering dari doa dan dzikir. Bahkan, kala hasil tanamnya tak memuaskan.

Tak cuma berladang. Amak menjemput rezekinya dari “mengurek bawang”, yakni membersihkan ujung bawang merah. Ia mendapatkan upah darinya. Tak banyak, tapi selalu ia syukuri setiap keping rupiah yang didapat.

Dari hasil panen juga mengurek bawang, tak seberapa hasil yang Amak dapat tiap bulan. Tapi Amak tak pernah lupa menyisihkan sebagiannya untuk “infak fi sabilillah” untuk kepentingan agama.

Hatinya selalu diliputi rasa gelisah saat jirih payahnya selama sebulan belum dikeluarkan untuk pengorbanan harta di jalan Allah. Bukan seribu-dua ribu yang Amak beri. Bahkan, ia mengorbankan sepuluh persen dari pendapatan kotornya.

Tak hanya rajin berkorban harta, Amak juga giat memakmurkan Rumah Allah. Jarak masjid yang menanjak juga cukup jauh dari rumahnya, tak menyurutkan Amak untuk ikut Shalat Subuh dan Maghrib berjamaah di masjid.

Amak menjadi teladan untuk anak-anaknya bahkan dengan tanpa dalil sekalipun. Baginya, memberikan contoh adalah pelajaran tarbiyat yang efektif untuk anak-anaknya.

Ada satu hal lagi yang ingin saya ceritakan tentang Amak Rasuni. Yang ketika saya mendengarkan ceritanya langsung dari Amak, saya langsung merinding. Demikian kokoh keyakinannya kepada Wujud Allah Ta’ala Yang Maha Memberikan Rezeki.

Amak berkata kepada saya, “Selama saya masih hidup saya akan berusaha untuk berkurban (kambing) bu.” Tahun 2020 ini, Amak berniat berkorban satu ekor kambing. Ini adalah kambing ke-5 yang ia bisa berikan untuk Allah Ta’ala.

Dalam perjalanannya, Amak merasa niatnya untuk berkurban, jauh panggang dari api. Karena uang yang ada di tangan baru terkumpul tiga ratus ribu rupiah. Akhirnya, diberikanlah uang tersebut untuk pembangunan masjid Lurahingu.

Tapi, Amak tidak pernah kehilangan harapan. Amak membeli dua buah celengan lima ribuan. Tiap ada uang ia sisihkan, masuk ke dalam celengan. Beberapa bulan berlalu. Dua celengan pun dibongkar. Anak dan cucu yang membantu menghitung kaget terpana.

Padahal, secara hitung-hitungan Amak, uang yang dikumpulkan takkan cukup membeli satu ekor kambing. Saat dihitung, rupanya, jumlah uang dikumpulkan Amak sebanyak tiga juga rupiah.

Tentu, kita akan bertanya-tanya, niat besar seperti itu uang dari mana? Tapi itulah. Bagaimana keyakinan dan doa dapat mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Selama ini mungkin kita mengira bahwa berkurban hewan hanya untuk kaum berada. Tapi Amak Rasuni membuktikan bahwa ia pun bisa ikut serta dengan segala keterbatasannya.

Dan tahun ini, Amak mendapatkan taufik dari Allah untuk bisa menyembelih hewan kurban berupa satu ekor kambing.

 

Penulis: Aunurlia Arnani

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 19

Aunurlia Arnani

2 thoughts on “Amak Rasuni, Perempuan Berusia Senja yang Rajin Berkurban

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *