
Amarah yang Berakibat Fatal
Bila manusia tak mau mengendalikan amarahnya, maka hanya tragedi dan penyesalan yang akan dia dapatkan. Kisah berikut ini hanyalah satu dari sekian banyaknya tragedi yang berawal dari kemarahan. Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita.
Sebut saja namanya Pak Eddy, dia ditinggal oleh istrinya karena tidak tahan dengan ekonomi yang sulit. Si istri memilih untuk pergi dengan mantan kekasihnya dan meninggalkan Pak Eddy bersama kedua putranya. Pak Eddy pun dengan ikhlas merawat kedua orang putranya itu dan kembali menikah dengan seorang wanita muda setelah dua tahun menyendiri.
Awalnya si istri baru Pak Eddy ini sangat perhatian kepada anak-anaknya. Tapi ternyata hal itu hanya sekedar di depan mata Pak Eddy saja. Setiap hari setelah Pak Eddy berangkat bekerja, istrinya akan menyiksa kedua putra tersebut.
Mereka tidak diizinkan berangkat ke sekolah dan selalu disuruh untuk mengurus semua pekerjaan rumah, mulai dari mencuci hingga memasak. Jari -jemari kecil kedua kakak adik itu sudah dipaksa untuk melakukan hal-hal yang berat.
Seharusnya mereka masih mendapat belaian dari seorang ibu. Perceraian kedua orang tua kandungnya membuat mereka harus menerima nasib yang tak seharusnya mereka dapatkan di usia belia.
Hari itu sekitar jam 12.00 WIB, matahari sudah berada di tengah-tengah kepala. Sang adik, sebut saja namanya Indra, umur 7 tahun, merasakan lapar karena dari pagi tidak diberi makan oleh istri Pak Eddy sebab mereka membuat satu kesalahan. Mereka mencampurkan pakaian kesayangan istri Pak Eddy ini sehingga pakaian itupun terkena luntur.
Si kakak, sebut juga namanya Aldi, 9 tahun, berusaha mencari sesuatu di dapur secara diam -diam untuk adiknya agar bisa dimakan. Namun nasib tidak berpihak kepada mereka. Si kakak berusaha menjangkau sebuah mangkuk yang ada di dalam lemari dengan menggunakan kursi. Akan tetapi karena ketinggian, mangkok tersebut tidak dapat diraih dengan baik yang mengakibatkan jatuh dan pecah.
Hal ini membuat si istri pak Eddy murka atas perbuatan anak-anak tersebut. Malang tak dapat dihindari, emosi si ibu menggelegar melihat mangkok kesayangannya pecah. Amarahnya pun memuncak sehingga, entah khilaf ataukah memang tiada beriman, istri Pak Eddy ini menampar Aldi dan menarik dia turun dari kursi sambil memarahinya dengan penuh emosi.
Dia melempar Aldi yang mengakibatkan Aldy terpental sampai ke bawah meja dan kepalanya terbentur tak sadarkan diri. Kejadian itu disaksikan oleh Pak Eddy yang ternyata sudah pulang dari pekerjaannya.
Memang tak biasanya Pak Eddy pulang di siang hari. Akan tetapi hasil dari pernyataannya pada polisi waktu itu, dia memang punya firasat yang tidak enak terhadap anak-anaknya sehingga dia meminta izin untuk pulang pada atasannya untuk melihat kondisi anak-anaknya.
Ternyata sesampainya di rumah, dia menyaksikan sendiri perbuatan istrinya yang sebelumnya sudah diberitahukan oleh para tetangga. Selama ini Pak Eddy tidak percaya sampai dia menyaksikan sendiri perbuatan istrinya itu.
Melihat sulungnya tak berdaya di bawah kaki meja, Pak Eddy pun tak mampu menahan emosinya. Dia kemudian menarik istrinya dan menampar serta mengambil pisau yang ada di atas meja dan menusukkan pisau tersebut ke tubuh istrinya.
Para tetangga berdatangan karena mendengar teriakan si bungsu Indra. Aldi dan istri Pak Eddy meninggal seketika, tak sempat diselamatkan. Tetangga pun memanggil polisi, Pak Eddy pun menyesali kekhilafannya. Namun hukum tetap harus ditegakkan. Pak Eddy dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Itulah salah satu kisah yang terjadi di masyarakat akibat kemarahan. Kemarahan yang tak terkendali hanya akan mengarahkan manusia pada kekhilafan yang berujung pada penyesalan. Sebagaimana Hazrat Ali bin Abi Thalib menyampaikan, “Kemarahan dimulai dengan kegilaan dan berakhir dengan penyesalan.”
Hits: 315