CANDAH YANG MEMBUATKU PUNYA RUMAH DAN ANAK BISA SEKOLAH

Saya sama sekali tak pernah menyangka bahwa jalan hidup saya menjadi lebih baik. Padahal sebelumnya, saya memasuki satu episode paling mengerikan dalam hidup. Menjadi seorang janda, tak punya rumah, tak punya penghasilan tetap, dan anak-anak sudah besar.

Dan seluruh episode tentang peliknya hidup berubah drastis setelah saya baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah dan mengamalkan pengorbanan harta di jalan Allah yang biasa dikenal dengan istilah “candah”.

Saya pun tak pernah menyangka jalan cerita ini. Saya harus hijrah dari kota ke sebuah pedalaman di ujung timur Papua, tepatnya di Jagebob. Lalu saya nekat membangun rumah ala kadarnya dekat “rumah missi” mubaligh Ahmadiyah.

Semua jalan cerita ini seolah-olah telah didesain oleh Allah Ta’ala. Yang mungkin Dia merasa kasihan melihat hamba-Nya yang terlunta-lunta ini.

Hijrah ke Jagebob, bermodal uang hasil penjualan ternak yang tak seberapa juga perabotan yang tersisa. Pikir saya, tinggal di kampung bisa lebih kecil beban biaya hidup juga sekolah anak-anak.

Saya memulai hidup di kampung dengan menumpang tinggal di rumah seorang warga kampung. Rupanya, saya baru tahu gambaran seutuhnya Jagebob setelah tinggal beberapa lama.

Nyatanya, biaya hidup di kota dan di kampung tak jauh beda. Apalagi dengan kondisi kami masih satu atap dengan orang lain.

Saya pun dipertemukan dengan salah seorang anggota Jemaat Ahmadiyah. Saya bercerita tentang permasalahan yang saya alami. Ia menyarankan agar pindah rumah dan bangun rumah seadanya.

Bermodal tekad dan keyakinan yang kuat, saya putuskan untuk pindah dan membeli tanah di jalur 3. Dekat dengan rumah missi mubaligh Ahmadiyah.

Pak Mubaligh sering datang ke rumah. Sedikit demi sedikit, kami mulai diperkenalkan tentang Jemaat. Saya pun tertarik setelah mendengar penjelasan pak Mubaligh. Hingga akhirnya, saya memutuskan untuk baiat masuk Ahmadiyah.

Setelah baiat, saya dan anak-anak jadi rajin shalat berjamaah di rumah missi. Program tarbiyat pun tak pernah ketinggalan. Hingga satu bahasan menarik perhatian saya. Ya, tentang sarana untuk menjemput rezeki, yakni pengorbanan harta.

Awalnya saya berpikir, saya saja sudah susah, bagaimana saya bisa berkurban harta?

Tapi pak Mubaligh dan istrinya melakukan segala upaya agar para anggota di Jagebob bisa belajar berkorban harta. Salah satunya adalah dengan menjual daun katuk anggota ke kota. Jadi anggota tinggal mengeringkan daun katuk tersebut, nanti istri pak mubaligh yang akan menjualnya ke kota.

Hingga terjadi satu peristiwa yang menampar kesadaran saya untuk berkorban harta.

Karena istri pak mubaligh sudah menolong untuk menjualkan, pikir saya, wajar jika saya beri uang bensin. Tapi beliau menolak. Dan mengatakan, lebih baik sedikit keuntungannya diberikan untuk candah.

Dari situlah saya mulai belajar membayar candah. Dan dari situlah saya mulai merasakan Wujud Tuhan yang selalu menolong saya.

Suatu ketika saya menikahkan anak saya yang perempuan. Saat itu saya datang ke istri pak mubaligh. Sambil menangis saya utarakan permasalahan saya bahwa saya tidak punya uang untuk biaya pernikahan.

Istri pak mubaligh menyampaikan, saya hanya bisa bantu doa semoga Allah mempermudah rezeki dan sekiranya ibu berkenan, uang hasil penjualan katuk, labanya ibu hitung dan berusaha untuk jujur dengan Allah berapa yang harus ibu candahkan.

Saya pun langsung melaksanakan petunjuk istri pak mubaligh. Dan keajaiban itu benar-benar datang. Tiba-tiba saja, ada seorang bapak yang membayar upah kerja saya sekaligus memberikan saya bonus untuk biaya pernikahan anak saya.

Ada satu lagi pengalaman bagaimana Allah Ta’ala menzahirkan pertolongan-Nya yang khas kepada kami. Saat itu anak saya yang kedua akan masuk SMA. Alhamdulillah ia diterima di SMA yang dekat dengan cabang Jemaat. Tapi saya bingung soal uang masuk, SPP juga uang seragam yang jumlahnya cukup besar.

Saya pun menjual ayam-ayam saya. Rupanya uangnya jauh dari kata cukup. Akhirnya, saya putuskan dengan niat tulus ikhlas, hasil penjualan ayam saya candahkan sebagian. Dan benar saja. Keajaiban itu datang setelah saya membayarkan candah.

Tiba-tiba saja ada pesanan kopi yang cukup banyak jumlahnya. Saya pun dapat penghasilan tambahan dari tempat lain. Dan uang yang terkumpul ternyata melebihi dari yang kami perlukan. MasyaAllah.

Berkali-kali saya dibuat takjub dengan skenario yang dibuat Allah Ta’ala. Saya harus hijrah ke kampung. Saya bertemu dengan Ahmadiyah yang akhirnya saya baiat. Dan saya mendapatkan satu khazanah yang luar biasa untuk meraih ketenangan hidup, ya itu adalah pengorbanan harta.

Ekonomi kami pun mulai membaik. Sekarang sudah memiliki rumah semi permanen yang lebih layak dari sebelumnya. Semua karunia ini semata-mata saya dapat karena keberkatan membayar candah.

.

.

.

dituturkan langsung oleh: Suparmi

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 69

Endah Fitri

1 thought on “CANDAH YANG MEMBUATKU PUNYA RUMAH DAN ANAK BISA SEKOLAH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *