CORONA CIPTAKAN TATANAN DUNIA BARU
“Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhai bagimu sebuah pahala kecuali surga.” (HR. Ibnu Majah)
Berselancar di dunia baru. Begitu banyak dinamika dan pesona. Tiap hari banyak kejutan. Hanya kata “WOW” untuk apa yang corona hadiahkan dari hari ke hari.
Gemericik hujan membasahi bumi Bekasi. Mendung menyelendangi buana. Raung ambulans memecah keheningan. Tak lama berkumandang suara pak RT menyampaikan pengumuman. Salah satu tetangga kami tak terselamatkan dari serangan virus. Syahid meraihnya. Hati tersayat pilu.
Berita semacam itu menjadi konsumsi sehari-hari kini. Indera pendengaran hiruk pikuk dengan positif, PDP, ODP. Meski di luar negeri corona merenggut hanya 3% saja dan 97% nya sembuh namun tidak demikian data di sini.
Meskipun daerah tropis tapi menunjukkan angka yang bikin jantung bergejolak bak game halilintar. Bayangkan! Setiap terlihat news di TV terdeskripsikan jumlah meninggal selalu lebih banyak dari yang sembuh. Hari-hari pun menjadi terbiasa dengan berlatih tawakal menghadap ketidakpastian ini. Entah sampai kapan.
Masa stay at home yang tadinya hanya 2 minggu kemudian diperpanjang sesuai kondisi yang semakin menukik mencekam. Jalanan kian sepi. Tak ada jalan lain kecuali mulai harus mengakui corona sebagai sahabat.
Mungkin Tuhan ingin manusia bersepi diri dulu. Bersemedi bagai kepompong yang kemudian bereformasi menjadi kupu-kupu yang indah kelak pada saatnya.
Tuhanlah yang Maha Tahu kapan saatnya. Sementara tim medis sedang berjuang di garda depan pertempuran dengan mengorbankan nyawa, kita berjuang dengan tinggal di rumah. Melakukan segala kegiatan dari rumah.
Awalnya canggung dengan life style baru di masa stay at home ini. Tidak menyangka bisa bekerja dari rumah. Dulu yang terbayang adalah kejenuhan. Namun setelah mempraktekkannya dua pekan ini. Wow luar biasa hikmahnya. Bekerja dari rumah lebih penuh dinamika.
Dulu sebelum pandemi…
Pagi saat fajar menyingsing, setelah pekerjaan domestik kemudian segera bersiap ke sekolah. Menjalankan tugas negara mendidik anak bangsa. Action di kelas. Setelah semua kelas selesai bisa segera pulang dan istirahat.
Kini! Ajaib berkegiatan mengajar dari Rumah non stop tidak ada jamnya. Setiap detik harus siap memberikan pelayanan kepada setiap siswa dan orang tua yang terus berkonsultasi. Hujan pertanyaan memberondong di setiap jam hingga keriting jari ini menekan tuts HP. Selesai mengajar pun harus segera membuat laporan kinerja hari tersebut. Lumayan menyita waktu.
Cakrawala dunia baru yang seru. Pelayanan extra ini membuat lelah namun ada kepuasan batin tersendiri. Happy. Kerja profesional di dalam rumah dengan segala kreatifitas dan produktifitas. Mengimbangi pengorbanan para pahlawan kemanusiaan di luar sana.
Training guru pun semakin membuncah. Lebih dahsyat dibanding sebelumnya. Masa work from home yang begitu tiba-tiba diinstruksikan tanpa aba-aba sebelumnya menjadikan galau melanda hati para pendidik. Sosialiasasi ke anak pun jadi serba mendadak. Hal ini membuat para guru harus berpikir keras cara terbaik membuat anak jadi bisa dan terbiasa belajar dari rumah. Melalui zoom meeting kami diskusi di udara mendesain pembelajaran.
Hampir tiap hari sampai malam larut merancang skenario terbaik yang bisa dimainkan anak dengan praktis dan gembira. Amazing! Cakrawala terbuka seluas-luasnya. Corona memaksa semua melek dan gegap gempita mengenal teknologi tercanggih saat ini tanpa memarginalkan suatu level masyarakat pengguna.
Akhirnya terciptalah budaya belajar meraih siswa datang ke kelas melalui zoom meeting room, google classroom, mengajar live di WAG diskusi dengan voice note, ber-skype ria, dan lain-lain.
Sayangnya belum semua siswa bisa menikmati karena ada yang tidak punya HP dan ada yang rendah kemampuan adaptasinya dengan sistem ini. Menyerah kalah sebelum perang. Tidak mau pusing memasuki kelas online.
Selain work from home yang seru. Aktivitas pengajian ibu-ibu pun terasa lebih hidup. Pengajian online ternyata menarik. Semua petugas acara menshare voice note saat gilirannya tiba. Materi tersampaikan dengan baik. Prinsip harus FOKUS membuat sesi tanya jawab pun dapat disimak dengan baik. Anggota pengajian yang biasanya tidak bisa hadir di pengajian kini dengan dunia maya yang sudah menjadikan dunia tanpa batas ini berhasil membuat ibu-ibu menjadi hadir pengajian.
Begitu juga pertemuan dengan komunitas tetap terjalin lebih heboh. Rapat-rapat kini bisa dihadiri oleh orang-orang penting komunitas yang selama ini sulit hadir karena kendala jarak. Namun sekarang itu sudah bukan kesulitan lagi. Kami bisa rapat online dengan formasi lengkap. Corona membuat sesuatu yang sebenarnya dulu pun bisa kini membuat semua terinspirasi untuk bisa merealisasikan.
Hmmmm…..waktu 24 jam sehari terasa tidak cukup.
Rapat-rapat online terasa lebih khidmat. Semua membahas tampilan yang dishare di media komunikasi dengan tertib sesuai giliran bicara. Meeting harian kantor terus berjalan dengan rutin. Saling menanyakan kabar menjadi hal penting saat ini. Kita tak mau kehilangan saudara dan ikut sedih saat mendengar ada berita sakit. Kepedulian kepada sesama menjadi meningkat. Jangan sampai di saat isolasi myself ini ada saudara atau tetangga yang tidak makan.
Corona juga berhasil menyuruh tarbiyat keluarga dihidupkan. Suara adzan mendayu dari mesjid membuat keluarga tersentuh untuk segera berkumpul di mushola rumah.
Mushola yang kini menjadi bintang episentrum pusat kegiatan ibadah bersama untuk keluarga. Mushola rumah yang dulu hanya terjamah saat shubuh dan maghrib kini semarak terisi setiap 5 kali sehari.
Bahkan rumah yang sebelumnya tidak ada mushola pun demi memenuhi kebutuhan pengajian keluarga dan shalat berjamaah maka secara mendadak mensetting mushola rumah. Peran bapak sebagai imam keluarga yang dulu hampir 100% diambil alih oleh ibu kini dikembalikan posisinya. Ibu fokus di dapur dan mendampingi anak-anak belajar.
Peluh ibu kian deras mengucur. Tanduk ibu semakin runcing. Bukan hal mudah mendampingi belajar apalagi sistem on line. Ibu harus punya persediaan puyer bintang tujuh.
Lembayung senja mulai merangkum alam. Mengajak tenggelam dalam tafakur Ilahi. Tak ada keindahan selain larut bersamaNya. Back to Allah! Mungkin selama ini terlalu sibuk di luar maka Tuhan berikan pasukan coronanya untuk menarik mundur semua untuk back to home. Rumah adalah madrasah dan universitas kehidupan. Dari sinilah akar pendidikan. Dari sinilah semua berawal.
Back to basic.
Home is base.
Selamat berjuang, ibu-ibu!
Jadilah pejuang sinyal yang tangguh.
Teknologi bukan musuh manusia.
Optimalisasikan untuk agama dan kemanusiaan.
Tak ada sesuatu terjadi tanpa izin Allah
Tak ada sesuatu tanpa hikmah indah dari Allah
Corona membuat manusia jadi kepompong yang kelak akan lahir baru menjadi kupu-kupu yang indah
#Iim Kamilah
Visits: 15
Semoga kita semua, khususnya para Pendidik bisa mengambil hikmah dari semua hal yang kita hadapi saat ini. Masya Allah bu Iim… Sebuah karya tulis luar biasa yang sangat menginspirasi… Jazaakumullaah ibu dan semua tim Islam Rahmah. Sukses selalu dengan karya-karya berikutnya.
Ada ide untuk mengumpulkan semua Karya tulis di Islam Rahmah untuk dirilis dalam sebuah buku gak bu? Terkhusus karya2 tulis edisi Covid-19.
Agar bisa diakses oleh semua kalangan, termasuk yang gak punya kouta, selain berbagi Isnpirasi, hasilnya nanti bisa kita sumbangkan untuk bantuan kemanusiaan.