CORONA KALAHKAN LOGIKA

CORONA KALAHKAN LOGIKAMiris rasanya, melihat berita di televisi tentang jasad pasien covid-19 yang ditolak warga untuk dimakamkan di salah satu kampung. Seolah-olah, jasad pun masih berpotensi menularkan bibit penyakit.

Bagi si mayit dan keluarga, ini seperti sudah jatuh ketiban tangga. Sudah tertimpa musibah terkena wabah, kini jenazahnya malah tak diterima warga untuk dimakamkan.

Pertanyaannya, sedemikian berbahayanya kah jasad mereka yang terserang covid-19, meskipun sudah memakai protokol penguburan yang aman?

Dr. Edy SPF. SH. MH. pernah mengatakan bahwa jika seorang pasien positif corona meninggal sudah lebih dari tujuh jam maka virus corona itu juga akan mati, karen virus itu sebuah bakteri yang tidak hidup mandiri dia membutuhkan tubuh yang bernyawa.

Ketika virus mau melakukan pembelahan atau berkembang biak dia harus cari inangnya, karena virus itu sejenis RNA, dia tidak punya DNA. Nah DNA hanya ada di manusia dan hewan. Kalau inangnya mati virusnya juga ikut mati.

Sampai disini sudah pahamkan?

Lalu, bagaimana dengan protokol pemakaman jenazah yang positif covid-19?

Tidak sembaragan untuk mengubur jenazah positif covid-19. Jenazah harus dibungkus dengan enam lapisan pembungkus. Setelah dibungkus, jenazah dimasukkan ke dalam peti jenazah. Prosesnya dilakukan oleh mereka yang memakai pakaian APD lengkap. Keluarga tidak diperkenankan mendekat, apalagi masuk ke liang kubur.

Sampai di titik ini, apakah masih mungkin potensi covid-19 menjangkiti sekitarnya?

Mereka yang menolak, bahkan sampai melemparkan petugas dengan batu, hanyalah orang-orang yang sedang diliputi rasa takut yang berlebihan. Mereka tidak benar-benar tahu soal ini. Hanya mengikuti prasangka berlebihan yang tidak pada tempatnya.

Banyak orang tidak tahu bagaimana beratnya menjadi petugas medis di barisan terdepan melawan corona. Meninggalkan keluarga dengan perasaan was-was dan khawatir yang terus menghantui. Ancaman kematian sudah menjadi resiko yang harus dihadapi dalam perjuangan.

Jadi, ketika ada petuga medis yang diusir dari kontrakan, dijauhi hanya karena mereka berpotensi tertular, bahkan sampai dilempari batu saat mau mengubur jenazah, mereka semua tidak tahu bahwa tanpa peran para petugas medis, virus corona ini akan semakin merajalela dan menjadi.

Corona bukanlah suatu kutukan. Ia hanyalah virus yang tak kasat mata, yang kini menyebabkan banyak kematian di dunia ini. Tapi, bukankah kematian adalah hal yang lumrah di dunia ini?

Tiap 6 detik ada satu orang yang meninggal karena jantung begitu juga diabetes. Tiap satu menit ada satu orang yang meninggal karena rokok. Dan tiap satu detik ada dua orang meninggal di dunia ini. Kematian hampir menghiasi kehidupan manusia.

Hari ini kita bisa bernafas lega. Esok siapa yang bisa jamin?

Kemulian manusia bukan dilihat dari seberapa lama ia hidup di dunia ini. Tapi kemulian itu dilihat dari seberapa besar ia berjuang untuk menegakkan kemanusiaan guna melindungi kaumnya sesama umat manusia.

Untuk semua sahabat mari kita buka mata hati dan logika kita. Jangan sampai corona membuat kita lupa akan kewajiban kita terhadap mereka yang pergi untuk selamanya.

Hiasi bumi kita ini dengan saling peduli, saling mengingatkan, saling menguatkan agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan.

Corona hanya mampir dibumi. Dia takkan lama. Makhluk super kecil ini hanya sekedar menyapa sambil membawa sebuah pesan kepada manusia.

Bisa jadi, fenomena corona ini terjadi untuk menyaring setiap kita. Siapa saja yang karena takut yang berlebihan hingga melupakan kemanusiaan? Dan siapa yang tetap memperlihatkan empati dan solidaritas kita sebagai manusia.

Mari kita sama-sama perangi corona dengan ikhtiar dan tawakkal kepada Allah Ta’ala

Visits: 16

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *