Keajaiban Mempertahankan Kebenaran
Dewasa ini sungguh sulit untuk mempertahankan suatu kebenaran. Kebenaran sudah kehilangan jati dirinya karena terlalu banyak yang menafsirkan. Padahal kebenaran adalah sesuatu yang mutlak dan itu merupakan anugerah dari Sang Kuasa.
Sejarah telah banyak mencatat orang-orang yang berusaha mempertahankan kebenaran akhirnya harus gugur. Mereka baru menyadari bahwa apa yang diperjuangkan oleh mereka yang gugur adalah suatu kebenaran.
Galileo Galilei, seorang ilmuwan sejati yang lahir pada 15 Februari 1564, akan selalu dikenang oleh masyarakat seluruh dunia sebagai seorang ‘Pencerah’ paling berjasa demi perkembangan peradaban modern. Keyakinan aneh yang menentang ajaran geosentris dengan bumi sebagai pusat semesta, tentu saja gampang dianggap ‘merusak iman’ oleh pihak otoritas religius masa itu.
Dia terpaksa menerima hukuman tahanan rumah dan pengucilan sampai dengan akhir hidupnya pada 8 Januari 1642. Baru pada tahun 1992, Paus Yohanes Paulus II menyatakan secara resmi bahwa keputusan penghukuman itu salah. Dan dalam pidato 21 Desember 2008 Paus Benedictus XVI menyatakan bahwa Gereja Katolik Roma merehabilitasi namanya sebagai ilmuwan. (Wikipedia)
Kebenaran meskipun kadang seperti kalah tetapi suatu saat akan muncul sebagai suatu kebenaran yang sesungguhnya. Pantas saja Hadhrat Umar bin Khattab r.a. menyatakan bahwa, “Berpegang teguhlah pada kebenaran, bahkan meski kebenaran itu akan membunuhmu.”
Keyakinan akan kebenaran akan mendapatkan dukungan Allah Ta’ala. Walaupun dunia akan memusnahkannya tapi kebenaran tidak bisa mati. Bahkan dia akan selalu muncul dalam setiap zaman. Berpegang teguh pada kebenaran dalam dunia rohani sama dengan mempertahankan keimanan.
Kisah Bilal bin Rabah r.a. yang mempertahankan keimanannya walaupun siksaan yang berat menimpanya telah menjadi riwayat sejarah yang begitu masyhur. Keyakinan akan kebenaran menjadi suatu tenaga ajaib yang bisa membuat manusia teguh mempertahankannya.
Seorang Mukmin akan selalu mendapatkan batu ujian dalam setiap langkah kehidupannya. Berpegang pada kebenaran adalah dengan melaksanakan apa yang tersurat dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an meliputi ajaran-ajaran yang berdasarkan pada kebenaran-kebenaran yang kekal abadi dan tidak mungkin dapat dirusak. Allah Ta’ala berfirman, “Dia menurunkan kepada engkau Kitab yang mengandung kebenaran…” (QS. Ali Imran 3 : 4).
Kini pengulangan kisah mempertahankan kebenaran banyak dialami oleh Ahmadi yang tersebar di seluruh dunia. Pakistan, Aljazair, Yaman, Burkina Faso merupakan salah satu contohnya. Hanya karena mempertahankan kebenaran yang sudah seharusnya diperjuangkan mereka harus gugur atau harus ditebus dengan jeruji penjara.
Rupanya dalam setiap dekade, pengulangan sejarah akan terus bergulir. Dan itu merupakan satu bukti bahwa kebenaran tidak bisa lekang oleh waktu. Suara kebenaran yang diturunkan oleh Allah Ta’ala tidak bisa dibendung siapapun.
Ketika kita tidak berdaya saat mempertahankan kebenaran maka doa menjadi satu-satunya senjata yang paling ampuh. Tak heran bila Allah Ta’ala menyuruh untuk berdoa dalam setiap kesempatan. Tak peduli ketika aman, terlebih dalam kesusahan.
Dalam surat Ali Imran ayat 109, Allah berfirman, “Inilah ayat-ayat Allah yang berisi kebenaran. Kami membacakannya kepada engkau, dan Allah tidak menghendaki suatu keaniayaan atas seluruh alam.”
Allah Ta’ala menginginkan perdamaian bukan keaniayaan. Kebenaran yang diturunkan oleh Allah Ta’ala menginginkan agar bumi ini damai. Agar manusia mengerti makna ibadah yang sebenarnya sebagai satu penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Menyadari keberadaannya di alam semesta ini tidak lain adalah untuk memenuhi kehendak Allah Ta’ala. Menyatakan kebenaran yang Allah Ta’ala berikan dan menjadi penjelmaan sifat-sifat-Nya.
Semoga kita menjadi yang diinginkan oleh Allah Ta’ala untuk menyatakan kebenaran dan memperjuangkannya. Aamiin.
Visits: 124