Kebaikan dan Doa yang Melahirkan Karunia Bai’at

Saya Imas Helmi, seorang ibu rumah tangga dari dua orang anak; satu laki-laki dan satu perempuan. Sebenarnya, pertama kali saya masuk Ahmadiyah itu ketika saya masih remaja. Saya ingat, ketika itu saya bai’at dibina oleh Bapak Ade Rukmana yang merupakan suami dari Ketua Lajnah Imaillah Sanding: Ibu Halimah Syam. Tapi, berhubung usia remaja masih kental dengan sifat labil, akhirnya saya ke luar dari Ahmadiyah dan asyik main ke sana sini bersama teman-teman saya. 

Pada tahun 2001 saya menikah, Ibu Halimah menjadi perias untuk pernikahan saya. Disela-sela merias, beliau berkata, “Imas, ayo ke masjid lagi. Dulu Imas aktif sering ke masjid.” Saat itu saya hanya membalasnya dengan senyuman, tanpa menjawab sepatah katapun.

Singkat cerita, anak lelaki saya sudah menginjak usia 12 tahun, ia duduk di bangku kelas 6 SD. Ia rajin dan selalu semangat pergi ke masjid (Ahmadiyah), acara pengajian tidak pernah ia lewatkan. Bahkan, ia selalu pulang dengan membawa buku-buku Ahmadiyah di tangannya.

Ketika anak perempuan saya berusia 3 tahun, seorang teman memberinya mukena. Ia merasa sangat senang dan semangat untuk melaksanakan shalat 5 waktu di masjid. Karena jarak rumah saya dan masjid Ahmadiyah hanya terhalang beberapa rumah, suara adzan sangat terdengar jelas. Setiap adzan berkumandang, ia selalu mengajak saya untuk shalat di masjid, sejak saat itu saya dan anak-anak saya sering pergi ke masjid. 

Dan akhirnya, tepat di tanggal 23 Februari 2013 saya dan anak-anak saya bai’at oleh bapak Mln. Syihab Ahmad. Saya terus mempelajari tentang Ahmadiyah dan mulai membayar candah juga mengikuti perjanjian lain seperti Tahrik dan Waqfi Jadid. Saya mencoba mengajak suami saya untuk bai’at karena pada saat itu ia belum ikut kami masuk Ahmadiyah, tetapi ia belum siap. 

Suatu hari, saya jatuh sakit tapi anak perempuan saya merengek memaksa saya untuk pergi ke masjid setelah mendengar suara adzan. Ketika saya menjelaskan bahwa saya sakit dan tidak bisa pergi ke masjid, ia menangis, padahal saat itu ia sendiri pun sedang demam dan di luar sedang hujan.

“Ayo dede kita ke masjid, digendong sama bapak,” ucap suami pada anak perempuan saya. Mendengar itu saya sempat kaget, itu menjadi kali pertama suami saya menginjak masjid Ahmadiyah. Sejak saat itu, setiap hari suami saya selalu shalat di masjid. 

“Mah, Pak Ade Rukmana nyuruh kita main ke rumahnya nanti ba’da isya. Nawarin ngopi katanya,” ungkap suami saya.

Selepas shalat Isya, kami sekeluarga pergi berjalan kaki ke sana, karena rumahnya tidak jauh dari tempat tinggal kami. Ternyata sudah ada bapak Obay dan bapak Fathan di rumah pak Ade. Kami berbincang tentang Ahmadiyah. 

“Kalau ada yang tidak dimengerti, tanya saja ya pak Nana,” kata Pak Obay pada suami saya. “Tidak ada, pak,” jawab suami saya.

Tepat di tanggal 13 April 2013 pukul 8 malam, akhirnya suami saya bai’at, alhamdulillah. 

Saya ingin menarik mundur cerita pada saat saya belum masuk Ahmadiyah. Ketika saya melahirkan anak ke-2, mubaligh yang bertugas di Sanding saat itu bapak Mln. Hendra dan istri beliau yang namanya sama seperti nama saya: Imas. Mereka sangat baik memberi kado dan mendo’akan anak saya dengan tulus. 

Lalu, ketika mubaligh yang bertugas berganti menjadi bapak Mln. Jafar Ahmad, beliau juga sangat baik sering mendoakan anak-anak saya. Terutama ketika anak lelaki saya dikhitan, beliau mendoakan anak saya dengan sangat khusyuk. 

Mungkin saat itu Allah takdirkan, dari kami belum menjadi bagian dari Ahmadiyah, tapi orang-orang Ahmadiyah sangat baik dan mendoakan keluarga kami. Sehingga, berkat do’a dari para mubaligh, tidak saja kami sekeluarga mendapatkan karunia baiat, anak lelaki saya sekarang sedang menempuh pendidikan di Jami’ah. Mohon doanya. 

Dan alhamdulillah, saya mendapatkan karunia mengemban amanah sebagai pengurus LI menjadi Sekertaris Tahrik dan Waqfi Jadid sejak 2015 lalu sampai sekarang, ditambah Sekertaris Umur Talibat dan Tajnid juga. Semoga saya mampu menjalankan amanah ini dengan benar, aamiin. 

.

.

Penulis: Imas Helmi

Editor: Nurul Hasanah

Visits: 385

Imas Helmi

1 thought on “Kebaikan dan Doa yang Melahirkan Karunia Bai’at

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *