Keselarasan Sempurna Ucapan dan Amal Adalah Kunci Kesuksesan Rasulullah saw.

Pada suatu ketika seorang tahanan yang sudah banyak berdosa membunuh orang-orang Muslim dibawa ke hadapan Rasulullah saw. Umar yang juga hadir percaya kalau orang ini pantas dihukum mati dan memandang berkali-kali kepada Rasulullah saw. mengharap Rasulullah saw. akan mengisyaratkan orang itu dihukum mati. Setelah Rasulullah saw. menyuruh pergi orang itu, Umar menyatakan bahwa orang itu harus dihukum mati, karena hanya itulah hukuman yang setimpal.

Rasulullah saw. menjawab, “Jika demikian, mengapa ia tidak kau bunuh?” Umar menjawab, “Ya, Rasulullah! Jika Anda memberi isyarat, sekalipun hanya dengan kedipan mata, tentu aku akan melaksanakannya.”

Atas itu Rasulullah saw. menambahkan, “Seorang nabi tidak bertindak dengan mendua perasaan. Betapa aku dapat memakai mataku untuk memberi isyarat menjatuhkan hukuman mati kepada orang itu sementara lidahku sedang dipakai berbicara dengan ramah kepadanya.” [1]

Pada suatu waktu, seseorang menghadap Rasulullah saw. dan berkata, “Ya Rasulullah, aku mempunyai tiga kejahatan: dusta, kecanduan minuman keras, dan zina. Aku telah berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari kejahatan itu, tetapi tidak berhasil. Dapatkah Anda mengatakan apa yang harus kuperbuat?”

Rasulullah saw. menjawab, “Jika kamu mau berjanji sungguh-sungguh kepadaku untuk melepaskan satu dari antaranya, aku jamin kamu akan terlepas dari kedua kejahatan lainnya.” Orang itu berjanji dan meminta kepada Rasulullah saw. untuk memberi tahu dosa mana dari ketiga macam dosa itu yang harus ditinggalkan. Rasulullah saw. bersabda, “Tinggalkanlah dusta.”

Beberapa waktu kemudian orang itu kembali dan mengatakan kepada Rasulullah saw. bahwa sesudah mengikuti nasihat beliau, ia sekarang bebas dari ketiga dosa itu. Rasulullah saw. bertanya kepadanya bagaimana perjuangan mengatasi kelemahannya.

Orang itu berkata, “Pada suatu hari aku ingin minum arak dan hampir aku lakukan. Ketika itu aku ingat janjiku kepada Anda dan menyadari jika salah seorang dari sahabatku menanyakan apakah aku telah minum arak, aku akan terpaksa mengakuinya, karena aku tidak mungkin lagi mengucapkan dusta. Hal itu berarti aku akan mendapat nama buruk di tengah sahabatku dan mereka akan menjauhiku di kemudian hari. Dengan pikiran demikian, kubujuk diriku untuk meninggalkan minum sampai kesempatan lain, dan aku dapat menahan keinginan pada waktu itu.”

“Demikian pula pada waktu aku cenderung berzina, aku berdebat dengan diriku sendiri. Kalau melakukan kejahatan akan menjadikanku kehilangan penghargaan sahabat-sahabatku, karena aku tidak mungkin berkata dusta jika ditanya oleh mereka, dengan demikian aku membatalkan janjiku kepada Anda atau aku harus mengakui dosaku. Demikian pula aku terus berjuang antara tekad menyempurnakan janjiku kepada Anda dan keinginan nafsuku minum-minuman keras dan berzina. Ketika beberapa waktu telah lewat, aku mulai terlepas dari mengikuti hawa nafsu dalam dosa itu dan bertekad untuk menjauhkan diri dari berdusta. Dan itu sekarang telah membebaskanku dari kedua kejahatan lainnya
juga.” [2]

Rasulullah saw. adalah seorang nabi yang kehidupannya dipenuhi dengan kejujuran. Tidak ada satu pun aspek dari kehidupannya yang tidak mencerminkan prinsip-prinsip yang beliau ajarkan. Beliau mencontohkan setiap ajaran Islam dengan perbuatan nyata, sehingga tidak ada keraguan atau kebingungan bagi para pengikut beliau tentang bagaimana mereka seharusnya bertindak. Sebagai pemimpin, beliau tidak hanya memberikan perintah, tetapi juga menunjukkan jalan dengan teladan pribadi.

Hadhrat Masih Mau’ud as. menyoroti bahwa keberhasilan Rasulullah saw. dalam menaklukkan hati manusia terletak pada keselarasan sempurna antara ucapan dan perbuatan beliau. Beliau tidak hanya mengajarkan, tetapi juga menjalani ajaran-ajaran itu dalam setiap aspek kehidupan.

Itulah yang membuat ajaran Islam yang beliau bawa begitu efektif dalam mengubah hati dan kehidupan manusia, serta menciptakan peradaban yang berlandaskan pada keadilan, persaudaraan, dan cinta kasih. Rasulullah saw. adalah teladan bagi umat manusia sepanjang zaman, dan kisah hidupnya akan terus menjadi inspirasi bagi semua orang yang mencari kebenaran dan kedamaian hati.

Kesuksesan dan pengaruh pada kalbu (hati) yang diraih oleh Rasulullah saw. tidak pernah didapat oleh siapa pun di dalam sejarah umat manusia ini. Dan penyebab kesemuanya itu adalah bahwa pada ucapan dan amal (perbuatan) beliau terdapat keselarasan yang sempurna. [3]

Referensi:
[1] Hisyam, Jilid 2, hal. 217
[2] Riwayat Rasulullah saw., hal. 274
[3] Hadhrat Masih Mau’ud a.s.

Visits: 38

Hanifah Taheratun Nisa

1 thought on “Keselarasan Sempurna Ucapan dan Amal Adalah Kunci Kesuksesan Rasulullah saw.

  1. Semoga Allah senantiasa membimbing kita untuk bisa meneladani akhlak Rasulullah SAW yang mana tak pernah bertentangan antara perbuatan, perkataan dan isi hati beliau.

    Allahumma shalli ‘alaa Muhammad wa ali Muhammad wa ‘alaa ashaabihi ajma’iin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *