MAKSUD TERBEBAS DARI NERAKA PADA 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN

Mengajak manusia untuk meyakini keberadaan Allah Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang Maha sempurna, menyelamatkan manusia dari hawa nafsunya dan menciptakan kecintaan pribadi kepada Allah Ta’ala sebagai Wujud yang Maha Kuasa adalah tujuan agung dari sebuah Agama yang dijelaskan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as.

10 hari terakhir bulan Ramadhan yang sedang kita jalani saat ini, merupakan hari-hari terakhir yang sangat besar keutamaannya, dimana setiap orang yang beriman diarahkan untuk berupaya dengan segenap kemampuannya meningkatkan amal ibadah agar mendapatkan keberkahan Laitul Qadar.

Seibarat sebuah bangunan, 10 hari terakhir ini adalah fase penyempurnaan amalan agar Allah Ta’ala dengan sifat ke-Rahiman-Nya menyelamatkan kita dari api jahanam yang membinasakan. Sehingga menimbulkan ghairat cinta kepada Sang Maha Pencipta. Dengan demikian terbukalah jalan untuk mewujudkan tujuan Agama tersebut.

Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadits :

وَهُوَ شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ وَ أَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ وَ آخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّارِ

“…Ini adalah suatu bulan yang sepuluh hari pertamanya rahmat (kasih sayang), sepuluh hari pertengahannya memberikan maghfirah (ampunan) dan sepuluh hari terakhir menyelamatkan dari api (neraka Jahannam).”
(Al-Jaami’ li Syi’bil Iimaan, Kitab tentang Shiyam (Puasa), bab keutamaan bulan Ramadhan, jilid 5, h. 224, Maktabah ar-Rusyd, Saudi Arabia, terbitan 2004, no. 3336)

Mari kita renungkan sejenak, apa sebenarnya makna terhindar dari api neraka (عِتْقٌ مِنَ النَّارِ) yang dimaksudkan dalam hadits ini? Dan bagaimana cara agar manusia dapat dan mendapatkan keselamatan agar terhindar darinya?

Sejalan dengan tujuan dari sebuah agama untuk menyelamatkan manusia dari pengaruh buruk hawa nafsu, pada tempat lain Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. menjelaskan bahwa ketika seseorang tidak menyadari adanya Tuhan, menjauh dari-Nya dan ketiadaan kecintaan sejati kepada-Nya adalah neraka yang akan berbentuk beraneka macam di akhirat nanti.

Karena ketiadaan cinta akan wujud Sang Maha Pencipta inilah yang akan membuat orang menjadi lalai, manusia dengan mudah menjadi gemar berbuat dosa, puas melihat orang lain susah, juga tak suka melihat kebaikan dalam diri orang lain.

Dosa dan kejahatan yang selalu dilakukan tersebutlah yang akan membuat hatinya penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Sehingga akhirnya setiap kekhawatiran dan kegelisahan itulah yang akan menciptakan neraka di dalam diri sendiri. Jadi sejatinya, maksud terbebasnya seseorang dari api adalah ketika ia berhasil melepaskan dirinya dari cengkeraman hawa nafsunya sendiri.

Melalui ibadah Puasa di bulan Ramadhan Allah Ta’ala menghendaki agar neraka tersebut hilang dalam kehidupan kita. Bagaimana caranya?

Sebagaimana Rasulullah Saw telah menjelaskan bahwa puasa adalah sebuah perisai bagi keimanan seseorang. Dengan jalan itulah cinta dan kasih sayang Allah Ta’ala senantiasa akan hadir melindungi hamba-hamba-Nya yang tetap istiqamah dalam beribadah dan teguh menjalankan perintah Allah Ta’ala dari pengaruh syaitan yang dia hembuskan bersama hawa nafsu keburukan. Sehingga manusia terhindar dari api neraka yang ia selama ini ia ciptakan dalam dirinya.

Namun karunia yang Allah Ta’ala berikan melalui puasa Ramadhan, Lailatul Qadr dan pengampunan atas dosa tersebut tetaplah harus memenuhi syarat tertentu. Yaitu segala amal perbuatan yang dilakukan harus diiringi dengan adanya faktor keimanan, koreksi diri dan mengharapkan pahala serta ridha dari-Nya

Berkaitan dengan hal ini Hazrat Mirza Masroor Ahmad aba menjelaskan, “Terhindarnya dari api neraka tersebut akan terpenuhi ketika seseorang mengenakan selimut rahmat Ilahi, dengan maghfirat-Nya meraih cahaya dan kekuatan dari-Nya dan tetap istiqamah dalam itu, maka jelaslah ia akan semakin dekat dengan-Nya.”

Beliau aba juga menyampaikan, “Jika kalian beristighfar secara dawam kepada Allah Ta’ala dan berpegang teguh dalam istighfar dengan kontinyu serta berusaha untuk tetap melakukan kebaikan dan bersiteguh diatas itu dengan cara meminta perlindungan dan jaminan Ilahi, maka pintu-pintu Neraka tidak hanya ditutup bagi kita pada Ramadhan saja, bahkan taubat serta istighfar tersebut akan secara permanen menutup pintu-pintu neraka bagi kita.”

Hal ini sejalan dengan apa yang disunnahkan Rasulullah Saw, yaitu memperbanyak do’a untuk memohon ampunan pada 10 malam terakhir Ramadhan tersebut. Sebagaimna Telah diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, “Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (Hadits Riwayat Tirmidzi 3760, Ibnu Majah 3850)

Semoga setelah segala persyaratan yang telah kita penuhi pada 10 hari pertama dan 10 hari kedua sebelumnya, kita telah tergolong dari antara orang-orang beruntung, orang-orang yang mampu menjemput rahmat juga ampunan-Nya yang dengannya kita dapat terhindar dari api keburukan hawa nafsu, mampu mewujudkan perubahan akhlak dan ruhani yang lebih baik setelah Ramadhan berlalu.

.

.

.

editor: Muhammad Nurdin

Visits: 401

Aisyah Begum

1 thought on “MAKSUD TERBEBAS DARI NERAKA PADA 10 HARI TERAKHIR RAMADHAN

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *