MELURUSKAN DENGAN KEBAIKAN

Seorang mukmin yang satu dengan yang lainnya, ibarat saudara walaupun tanpa ikatan darah. Apabila saudaranya merasakan sakit, maka ia pun merasakan sakit. Apabila saudaranya merasakan kesedihan, maka ia pun merasa sedih. Apabila saudaranya melakukan kesalahan atau aib, maka seorang mukmin tidak akan membiarkannya begitu saja.

“Seorang mukmin itu cermin bagi saudaranya. Apabila dia melihat aib pada diri saudaranya, maka dia perlu meluruskannya.” (HR. Abu Daud)

Seorang mukmin menjadi cermin bagi saudaranya karena ikatan kuat kerohanian yang tertanam dalam diri mereka. Bila saudaranya melakukan kesalahan atau aib, seorang mukmin akan tahu bahwa kesalahan atau aib itu akan mendatangkan dosa bagi saudaranya tersebut. Dan ganjaran dari dosa tiada lain adalah hukuman dari Allah Ta’ala.

Seorang mukmin tahu bahwa hukuman atas dosa yang diperbuat manusia hanya akan mendatangkan kepedihan. Karena itulah seorang mukmin akan senantiasa meluruskan saudaranya yang melakukan kesalahan dan mengarahkannya untuk segera bertaubat.

Karena saudara atau sahabat yang baik adalah mereka yang mencintai dengan sepenuh hati. Dorongan cintanya membuatnya hanya menginginkan kebaikan dan kebahagiaan yang sejati untuk saudaranya yang lain. 

Karena itu, bila seorang mukmin meluruskan saudaranya, itu semata-mata hanyalah wujud cinta dan kasih sayang yang tulus. Akan tetapi, meluruskan pun harus dengan kebaikan. Tanpa kebaikan, ketulusan cinta seseorang hanya menjadi sebuah gambaran abstrak yang sulit untuk dipahami.

Adalah tidak dibenarkan menasehati atau meluruskan seseorang tanpa mempertimbangkan kondisinya. Rasulullah saw. sendiri memiliki berbagai macam cara dalam mengingatkan para sahabat apabila mereka melakukan kesalahan atau aib. Ada yang diingatkan Rasulullah saw. dengan menyampaikan nasehat langsung di hadapannya, ada yang dengan sindiran, ada pula yang dengan sikap. 

Tapi dua hal yang selalu sama, Rasulullah Saw. selalu menggunakan kata-kata yang baik. Beliau saw. juga hanya menasehati seseorang berdua saja, tanpa di hadapan orang lain. Inilah adab meluruskan yang baik.

Kita perlu berhati-hati dan menggunakan cara yang sebaik-baiknya dalam meluruskan seseorang. Karena walaupun niat kita benar, tanpa cara yang baik, maka tindakan meluruskan bisa menjadi menghinakan.

Visits: 34

Lisa Aviatun Nahar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *