
Mushlih Mau’ud ra. Pemimpin yang Visioner dan Penuh Dedikasi
Hadhrat Rasulullah saw. telah bernubuat bahwa akan datang seorang putera rohani dengan sebuah misi untuk menghidupkan kembali dan memperkuat akidah Islam yang melaluinya, Islam yang sejati akan kembali muncul ke permukaan bumi.
Rasulullah saw. menyebut Putra Rohani yang suci ini sebagai Muslih Mau’ud (Reformis yang Dijanjikan) dan beliau saw. bersabda tentangnya, “Yatazawwaju-wa-yuuladu-lahu. Almasih yang dijanjikan akan menikah dan akan memiliki anak.” Ini merupakan indikasi bahwa penikahan ini bersifat khusus dan melaluinya, Allah mengenugerahi keturunan yang akan membantu dan bekerja sama dalam menjalankan misinya.
Ketika masa Hadhrat Muslih Mau’ud telah tiba dan lahirnya Putera yang Dijanjikan, pada 12 Januari 1889, yang bernama Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra., Allah telah menganugerahi beliau ilmu rohani yang mendalam dan pemahaman tentang Al-Qur’an. Tidak hanya memiliki ilmu zahiriah dan batin, namun wawasannya tentang hikmah begitu luas dan mendalam, sehingga menjadi cendekiawan yang terpelajar dibekali pengetahuan duniawi.
Sejak masih muda, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. telah memiliki keinginan yang kuat untuk beribadah, dan tampil ke muka dalam mengkhidmati Islam. Pada tanggal 14 Maret 1914, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. terpilih sebagai khalifah ke-2.
Sepanjang hidupnya, beliau tidak pernah menimbulkan permusuhan atau kebencian terhadap orang lain, dan beliau selalu berusaha keras untuk memajukan Islam dan Ahmadiyah. Beliau mengatakan, “Saya ingin melihat kebenaran Ahmadiyah bersinar di seluruh penjuru dunia. Ini tidaklah sulit bagi Tuhan kita untuk mewujudkannya.” [1]
Untuk memenuhi tujuan ini, beliau mendirikan berbagai pusat dakwah di dalam dan luar negeri untuk penyebaran Islam. Salah satu pencapaian besarnya adalah dapat mengupayakan penerjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa penting di dunia, sehingga mereka yang tidak mengetahui bahasa Arab dapat menikmati kemuliaan dan kebijaksanaan Kitab Ilahi ini berdasarkan bahasa mereka masing-masing.
Selain itu, beliau mendirikan berbagai lembaga untuk mengkhidmati agama, tabligh Islam dan Ahmadiyah, menyebarkan kerukunan, cinta dan persaudaraan universal. Membuka berbagai pusat dakwah di luar negeri juga membangun masjid-masjid di seluruh dunia.
Masjid juga berfungsi sebagai pusat akademis untuk pengetahuan agama dan pelatihan untuk penyebaran Islam. Di 46 negara Islam, pusat Ahmadiyah telah berdiri dengan kokoh sampai beliau meninggal dunia. Hal ini menjadi bukti bahwa beliau ra. berhasil dalam membangkitkan semangat dan ghairat yang besar dalam pekerjaan dakwah dan tarbiyat.
Di bawah kepemimpinannya, Jemaat Ahmadiyah berkembang pesat, tidak hanya di anak benua India tetapi juga ke berbagai belahan dunia, termasuk Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia. Beliau memimpin komunitas Ahmadiyah yang berasal dari berbagai bangsa, budaya, dan bahasa, menyatukan mereka di bawah satu sistem khilafah.
Para anggotanya memiliki ketaatan yang tinggi kepada Khalifah, ini didasarkan pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw. Khalifah dipandang sebagai pemimpin spiritual yang membimbing umat dalam urusan agama dan kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad) serta para pemimpin di antara kamu.” [2]
Ketaatan kepada Khalifah bertujuan untuk menjaga persatuan, disiplin, dan kemajuan Jemaat. Khalifah bertindak sebagai pemersatu umat, memastikan bahwa semua anggota Jemaat bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan spiritual dan kemanusiaan.
Dalam rentang 52 tahun kekhalifahan, beliau mengirim misionaris ke berbagai negara, termasuk Inggris, Jerman, Indonesia, dan negara-negara Afrika, untuk menyebarkan pesan Islam Ahmadiyah. Jemaat Ahmadiyah menjadi komunitas Muslim yang terorganisir dengan baik dan aktif dalam kegiatan dakwah.
Tak hanya itu, beliau mendirikan sekolah, rumah sakit, dan lembaga sosial untuk melayani masyarakat, baik Ahmadi maupun non-Ahmadi. Beliau juga menekankan pentingnya pendidikan, terutama bagi perempuan.
Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. menulis banyak buku dan memberikan khutbah yang mendalam tentang berbagai topik keagamaan, sosial, dan politik. Karyanya, Tafsir-e-Kabir (Tafsir Al-Qur’an Besar), adalah salah satu kontribusi terbesarnya dalam bidang tafsir Al-Qur’an.
Beliau selalu menekankan pentingnya perdamaian, toleransi, dan persatuan umat manusia. Beliau aktif dalam upaya mempromosikan dialog antaragama dan perdamaian dunia.
Tuan Mian Sultan Ahmad Wajoodi, anggota DPRD Punjab, bekas wilayah India, menulis, “Jika Kamal Ataturk pernah memerintah atas 2.94.416 mil persegi dan 15,2 juta orang, jika Joseph Stalin adalah penguasa yang tak terbantahkan atas 171 juta orang, jika Mussolini adalah raja atas 42 juta orang Italia dan 8,6 juta orang Ethiopia, jika Adolph Hitler memerintah atas 65 juta orang Jerman, maka Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad juga memerintah atas orang-orang yang tersebar di seluruh dunia yang termasuk dalam semua bangsa di dunia, yang ketaatannya dianggap sebagai kewajiban terpenting dalam hidup mereka oleh orang-orang ini.” [3]
Pengaruh dan kepemimpinan Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. dengan beberapa pemimpin dunia terkenal seperti Mustafa Kemal Ataturk, Joseph Stalin, Benito Mussolini, dan Adolf Hitler. Dalam kutipan tersebut, Wajoodi menekankan bahwa meskipun para pemimpin tersebut memerintah atas wilayah dan populasi yang besar, pengaruh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. melampaui batas geografis dan nasional, karena beliau dianggap sebagai pemimpin spiritual yang tersebar di seluruh dunia.
Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. adalah pemimpin yang visioner dan penuh dedikasi. Di bawah kepemimpinannya, Jemaat Ahmadiyah tumbuh menjadi komunitas global yang bersatu dalam ketaatan kepada Allah, Rasul-Nya, dan sistem khilafah. Ketaatan kepada Khalifah bukan hanya sekadar kewajiban, tetapi juga sumber kekuatan dan persatuan bagi umat Ahmadiyah di seluruh dunia.
Referensi:
[1] ahmadiyah.id
[2] QS. An-Nisa 4: 59
[3] Al-Hakam, Nomor Yubileum, Desember 1939
Visits: 50