Pandangan Non-Ahmadi Terhadap Hadhrat Muslih Mau’ud ra.

Pada tahun 1880-an, para pemimpin Arya Samaj memberikan tantangan untuk membuktikan bahwa Islam adalah agama yang hidup. Hadhrat Masih Mau’ud as. menerima tantangan tersebut. Beliau as. mengasingkan diri untuk berdoa khusus selama 40 hari di Hoshiarpur dan beliau diberi kabar gembira akan ada seorang anak laki-laki yang diberkahi, banyak kualitas unggul, itulah Hadhrat Muslih Mau’ud ra.

Dalam nubuatan tersebut, salah satunya disampaikan bahwa keunggulan Islam dan status Al-Qur’an menjadi nyata pada manusia. Hal tersebut dapat kita buktikan dari pernyataan seorang pemimpin Muslim terkenal Maulvi Zafar Ali Khan seorang penyair, editor surat kabar Zimindar. Ketika berbicara kepada para penentang Khalifatul Masih II ra., beliau berkata:

“Dengarkan baik-baik, Anda dan pengikut Anda tidak akan pernah bisa bersaing dengan Mirza Mahmud Ahmad. Mirza Mahmud memiliki Al-Qur’an dan dia memiliki pengetahuan tentang Al-Qur’an. Apa yang kamu punya? Kamu belum membaca Al-Qur’an bahkan dalam mimpimu. Mirza Mahmud mempunyai komunitas bersamanya yang siap mengorbankan segala sesuatu yang mereka miliki jika ada petunjuk sekecil apa pun. Mirza Mahmud memiliki sekelompok pengkhotbah, ahli di berbagai bidang. Di setiap negara di dunia ia telah mendirikan kekuasaannya.” (Aik Khaufnak Saazish, hal. 196, penulis Mazhar Ali Azhar).

Sifat lain yang dinubuatkan dalam nubuatan itu adalah sang putra akan memiliki kecerdasan yang sangat menonjol. Di dalam surat kabar Arab, Chaudhry Fatal Haq mengakui ketidakmampuan partainya dalam melawan kecerdasan dan ilmu Hudhur ke II yang luar biasa, dengan kata-kata berikut, “Jumlah uang yang dibelanjakan oleh Jamaah Qadiani dan otak luar biasa yang bekerja di balik gerakan ini, cukup untuk menghancurkan kerajaan terkuat sekalipun dalam hitungan detik.” (Surat Kabar “Mujahid”, 10 Agustus 1935)

Prof Stenko, asal Yugoslavia, Kepala Departemen Studi Agama di Wagner College, Pennsylvania, AS, mengunjungi Pakistan pada tahun 1960-1961, saat mempelajari Studi Perbandingan Agama. Setelah kembali ke AS, ia menulis tesis komprehensif tentang “Gerakan Ahmadiyah dalam Islam”. Dalam hal ini beliau menulis tentang Komunitas Ahmadiyah dan Hadhrat Imam Jamaat. Beliau melihat Hudhur adalah seorang pemimpin yang mempunyai tekad besar dan sangat cerdas. (Dunia Timur, Desember 1961)

Selain tanda-tanda lain dalam nubuatan, salah satu tandanya berkaitan dengan dia yang saleh dan tampan. Sehubungan dengan hal tersebut Bapak M. Aslam menuliskan kesannya, “Kami senang sekali bisa bertemu dengan Sahibzada Mirza Bashiruddin Mahmood Ahmad. Sahibzada Sahib adalah pria yang sangat sopan dan rendah hati. Selain sopan, dia juga seorang pemikir yang sangat mendalam. Saya akan selalu mengingat kesalehan, kebenaran, keluasan pikiran dan kesopanan Sahibzada Sahib.” (Ta’assurrat-e-Qadian, hal.136-137)

Surat kabar terkenal lainnya di Damaskus, Fatal Arab, dalam terbitan bulan Agustus, menulis, “Dia berusia 40 tahun dalam hidupnya. Fitur wajahnya mencerminkan kecerdasannya yang kuat. Dia memiliki janggut hitam penuh. Dia memiliki kulit gandum. Keagungan dan kemurahan hati terlihat jelas dari wajahnya. Matanya mencerminkan pengetahuan dan kecerdasan yang luar biasa. Ketika Anda berhadapan dengannya, Anda akan menyadari bahwa Anda sedang berdiri di depan seseorang yang sangat memahami Anda sebelum Anda dapat memahaminya. Beliau selalu tersenyum yang terkadang tersembunyi dan terkadang terlihat jelas.” 

Sifat lain yang dinubuatkan dalam nubuatan itu adalah bahwa ia akan baik hati dan lembut hatinya. Beliau ra. diberkahi dengan kasih terhadap orang-orang miskin, memiliki perhatian yang tinggi akan kebutuhan mereka, dan berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Beliau selalu terlibat dalam pelayanan kemanusiaan.

Sebagai bentuk keimanan, beliau berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga harkat dan martabat umat manusia. Beliau ra. tidak hanya memperhatikan kebutuhan non-Muslim tetapi beliau ra. juga memberikan tunjangan rutin kepada para janda dan anak yatim piatu dari non-Muslim, Sikh dan Hindu.

Semua itu hanya baru sebagian kecil saja dari yang dapat kita ketahui bagaimana pendapat dari non Ahmadi tentang Hadhrat Muslih Mau’ud ra. Masih banyak hal lain yang akan kita temui di berbagai literatur. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam mengkhidmati Islam dan Jemaat dan semoga kita selalu berusaha untuk memenuhi keinginan Hadhrat Masih Mau’ud as. beserta Khalifah-khalifahnya. Aamiin Allahumma Aamiin.

 

Referensi:

Ahmadiyah Gazzete, Februari 1997 oleh Choudhery Muhammed Siddique Sahib

 

 

 

 

 

 

 

Visits: 49

Nuri Nur Melati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *