Teladan Nabi Muhammad saw. dalam Hal Kejujuran

Akhlak mulia Rasulullah saw. begitu kita sanjung dan terus diceritakan oleh para pengikutnya. Hal ini tak lain dilakukan sebagai upaya agar umat Islam senantiasa mengamalkan segala perbuatan baik yang telah beliau saw. contohkan. Di era serba modern saat ini, begitu sulit menemukan pribadi yang mengamalkan amalan beliau saw., contohnya dalam hal kejujuran.

Menariknya di era yang serba digital seperti media sosial, orang-orang lebih menyukai konten-konten yang berbau “dusta” tetapi menghibur dan viral. Sedangkan, konten yang “jujur” malah dianggap tidak kekinian, karena biasanya bertolak belakang dengan kehidupan saat ini. 

Rasulullah saw. sendiri telah mendapatkan julukan Al-Amin karena kejujurannya dalam berdagang telah diakui oleh penduduk Mekkah. Salah satu contohnya adalah ketika Rasulullah saw. berangkat ke Syiria untuk membawa barang dagangan Hadhrat Khadijah ra. Ditemani oleh Maisarah, mereka melewati gurun pasir yang panas sekali. 

Sesampainya di Syiria, beliau saw. bersama dengan Maisarah menjual seluruh dagangannya dengan sangat baik, tidak ada pengurangan timbangan atau bahkan melebih-lebihkan barang yang dijualnya. Kemudian, saat kembalinya Maisarah ke Mekkah bersama dengan beliau saw., ia menceritakan bagaimana perjalanan mereka.

Kemudian, hasil penjualan ini seluruhnya diberikan ke Hadhrat Khadijah ra. Karena sifat kejujuran ini Hadhrat Khadijah ra. sangat kagum dengan Rasulullah saw. begitu pula dengan Maisarah dalam menjaga kepercayaan dari Hadhrat Khadijah ra.

Teladan beliau saw. tentu harus kita teladani dan amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kejujuran berlaku pula pada hal-hal yang bersifat kerohanian, seperti kepercayaan terhadap teman, tidak menyalahi janji. Karena sejatinya jika kita berdusta kepada manusia, kita telah berdusta pula kepada Allah SWT. yang telah menciptakan kita semua.

Oleh karena itu, setiap perbuatan yang kita lakukan akan ada timbal balik di akhirat kelak. Bahkan, Hadhrat Khalifatul Masih ke-2, Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. pernah mengatakan bahwa, “Seseorang yang berdusta kepada manusia adalah seorang pendusta; dia berbuat dusta yang tak berakhlak. Jika dia berdusta terhadap Tuhan, itu berarti dia mati secara ruhani.”

Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. dikenal sebagai pribadi yang cerdas dengan pengetahuan yang luas. Beliau begitu mumpuni dalam menafsirkan Al-Qur’an yang terbukti dengan terbitnya Tafsir Kabir karya besarnya.

Banyak yang mengambilnya sebagai referensi karya ilmiah dengan bahasan kerohanian. Hal ini membuktikan betapa besarnya kecintaan beliau ra. kepada Allah SWT. dan kepada Yang Mulia Baginda Nabi Muhammad saw. Sungguh, menjadi bukti yang nyata.

Pernyataan beliau ra. tentang dusta memberikan gambaran yang jelas bagaimana beliau ra. menjunjung tinggi nilai kejujuran. Keberadaan Rasulullah saw. menjadi cahaya yang menerangi gelapnya alam kerohanian.

Sebagai umatnya, sudah seharusnya untuk menerapkan contoh teladannya dalam kehidupan sehari-hari dimana pun berada, agar kerohanian tetap hidup dan berkembang. Semoga kita menjadi bukti-bukti nyata dari kejujuran. Aamiin.

Visits: 48

Munirah Sidiqah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *