PERTAHANKAN JANJI BAI’AT WALAU BAHTERA RUMAH TANGGA KANDAS

11 April 2020 Aida mengikrarkan janji bai’atnya.  Walau situasi masih pandemi covid-19 tapi tidak menyurutkan keinginannya untuk bergabung menjadi murid Imam Mahdi.  Aida membawa serta ketiga putrinya dalam pangkuan Jemaat. 

Suaminya tidak mengetahui jika ia dan anak-anaknya sudah bai’at.  Saat aku tanya bagaimana jika suaminya nanti  tahu? Dengan keyakinan yang teguh Aida menjawab, “Saya tidak takut Bu, karena keyakinan saya sudah bulat.”

Lantas, Aida aku masukkan ke grup whatsapp Sumbar 02 dan Ketua Lajnah juga memasukkan nomor whatsapp Aida ke grup Lajnah Talang.  Ucapan Mubarak datang kepada Aida dari seluruh Lajnah Sumbar 02.  Di grup Lajnah Talang Aida mulai aktif mengirimkan postingan yang berbau agama.  Alhamdulillah senang sekali melihat Aida semangat aktif di grup.  Walaupun hanya sebatas lewat udara tapi kami semakin akrab.

Sampai pada suatu hari ada informasi dari salah seorang anggota Lajnah.  Lajnah itu mengatakan bahwa  nomor Bu  Aida dikeluarkan saja dulu karena telepon genggamnya dipegang oleh suaminya.  Dengan cepat langsung kukeluarkan nomor tersebut. 

Beberapa hari kemudian kuhubungi Bu Aida lewat pesan di whatsapp.  Balasan yang kudapat terasa dingin.  Biasanya jika aku hubungi, beliau  sangat senang.  Tapi ya sudahlah, aku anggap, mungkin beliau sedang sibuk.

Dengan tidak adanya nomor Aida di grup otomatis segala macam kegiatan ataupun informasi tidak bisa diketahuinya. Tidak mau gegabah aku pun sabar menunggu kabar darinya.  Ingin hati ini silaturahim ke rumahnya tapi bagaimana jika beliau nanti tidak nyaman dengan kehadiranku? 

Akhirnya kuputuskan untuk sabar menunggu kabar darinya.  Kadang saat hari pasar tiba aku berharap bisa  berjumpa dengannya tapi lagi-lagi harapanku hampa.

Di suatu Jum’at, Aida datang ke mesjid.  Selesai shalat Jumat kami pun berbincang-bincang dengan Aida bersama seorang ibu Lajnah.  Saat kutanya tentang telepon genggamnya, Aida menjawab bahwa handphonenya sudah dibanting oleh suaminya.  Ternyata suaminya sudah mengetahui semuanya.

“Kami bertengkar hebat Bu, suamiku menyuruh agar aku  keluar dari Jemaat Ahmadiyah,” katanya lirih. 

“Terus  bagaimana Bu?” 

“Dia marah besar dan mengancam akan menceraikanku jika aku tidak menuruti keinginannya”. 

Kemudian Aida melanjutkan perkataannya, “Aku bai’at tidak ada yang memaksa, aku ingin bai’at karena keinginanku. Keinginanku untuk berada di Jemaat sudah bulat dan aku juga tahu yang diajarkan di Jemaat adalah kebaikan, sedangkan suamiku shalatpun tidak.”

Kemudian ibu Lajnah yang satu lagi langsung mengatakan kepadaku, “Jadi Bu intinya, Bu Aida ini sudah diceraikan oleh suaminya”. 

Seketika aku kaget dan menanyakan lagi kepada Bu Aida.  “Benar begitu Bu?”

Lalu dijawab dengan anggukan.  “Jadi bu, sudah sebulan aku diceraikan suamiku karena aku masuk ke dalam Jemaat, aku tidak sedih diceraikan karena keyakinanku ini, mohon doanya saja ya Bu, “katanya kepadaku. 

Bu Aida memiliki tiga orang putri, yang pertama SMK kelas 1, yang kedua masih SMP dan yang ketiga masih balita.  Bukan hal yang mudah menghidupi ketiga buah hati yang masih membutuhkan biaya, baik itu biaya sekolah mereka, juga untuk makan sehari-hari. 

Bu Aida mencari nafkah dengan menerima vermak baju-baju atau celana-calana yang akan dibesarkan ataupun dikecilkan.  

“Ketiga anakku, kini aku tanggung sendiri, ayahnya melepaskan tanggung jawabnya,” lanjut Aida. 

“Selama sebulan ini mantan suamiku pernah memberi uang hanya sepuluh ribu rupiah kepada anakku yang paling besar,” katanya kemudian. 

Saat penerimaan siswa baru  bulan lalu keluarga besar Aida lah yang membantu segalanya untuk kebutuhan sekolah putri-putrinya.  Kedua kakak  Aida sudah lebih dulu masuk Jemaat. Sedangkan yang lainnya belum menerima karunia. 

Kini bahtera rumah tangganya kandas. Diterpa ombak ganas yang bernama dunia. Tapi Aida layaknya karang yang tak bergeming, bahkan ketika harus berhadapan dengan badai perceraian sekalipun.

Sebab imanlah yang membuatnya kuat juga tegar. Tak mudah bagi perempuan 42 tahun itu berjuang sendirian. Menghadapi dunia yang demikian keras, dimana hanya sedikit orang yang bisa bertahan dan memilih untuk berdamai dengannya. Dan Aida memilih untuk melawan.

Di akhir perbincangan kami Aida mengatakan, “Ibu jika ada baju-baju yang mau divermak jangan ke orang lain ya, ke saya saja biar ada pemasukan,” katanya sambil tersenyum. 

Lagi-lagi aku terkesima dengan raut wajahnya, tidak ada sedikitpun terlihat gundah-gulana. Air muka tak pernah menunjukkan bahwa ia telah salah melangkah.

.

.

.

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 47

Nurunnisa Nuni

2 thoughts on “PERTAHANKAN JANJI BAI’AT WALAU BAHTERA RUMAH TANGGA KANDAS

  1. Subhanallah
    Luar biasa……, Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pertolongan-Nya dan perlindungan-Nya kepada ibu Aida

    Amiiin ya rabbal Aalamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *