RAHASIA DIBALIK KONSEP IKHLAS DAN SABAR YANG HARUS DIKETAHUI

Ikhlas dan sabar itu “Ilmu Tingkat Tinggi”. Belajarnya tiap hari, latihannya tiap saat, ujiannya sering mendadak, sekolahnya seumur hidup.

Ikhlas dan sabar adalah dua kata yang selalu bergandengan dalam kehidupan kita. Layaknya adik-kakak, dimana ada ikhlas sudah semestinya ada sabar. Dan takkan mungkin ada sabar tanpa ikhlas.

Ikhlas berarti merelakan apa yang sudah bukan milik kita. Ketika seseorang sudah merelakan berarti ia harus bisa tidak mengungkit-ungkit lagi. Jika diungkit atau dibicarakan, berarti ia belum siap untuk ikhlas.

Memang sulit untuk merelakan sesuatu yang pernah kita miliki namun kini ia lepas dari genggaman. Tapi hendaklah diingat dan dipahami bahwa pada hakikatnya kita tidak memiliki apapun di dunia ini. Semua yang kita miliki hanyalah titipan yang sewaktu-waktu Sang Pemiliknya akan mengambilnya kembali.

Kita hanya bisa menjaga titipan tersebut sebaik mungkin. Dan siap untuk ikhlas kapanpun jika Sang Empunya mengambilnya kembali.

Saat kita sakit. Terbaring lemas di tempat tidur. Tak bisa berbuat banyak. Bahkan makanpun harus disuapi layaknya anak bayi. Kita harus ikhlas menerima kenyataan saat amanat sehat itu diambil untuk sementara waktu oleh-Nya.

Begitu juga saat anggota keluarga kita dipanggil kehadirat-Nya. Meninggalkan kita juga dunia ini. Kita harus bisa mengikhlaskan kepergiannya, tanpa harus berlarut-larut dalam kesedihan dan ratapan yang tak kunjung usai.

Kini kita masuk ke sabar. Sabar adalah suatu kondisi ketika kita berusaha untuk menahan emosi dan keinginan untuk melakukan hal-hal tidak semestinya dilakukan. Sabar dan ikhlas, sebagaimana saya sebutkan di awal, layaknya adik-kakak yang tak bisa dipisahkan.

Sabar tanpa mampu menerima takdir atau kenyataan, yakni nama lain dari ikhlas, tentu takkan membuat orang tersebut bisa menahan emosi dan keinginannya.

Begitu juga dengan ikhlas. Saat kita kehilangan orang yang kita cintai. Menahan diri untuk marah atau menunjukkan rasa tidak suka atas takdir-Nya, merupakan peran sabar agar seseorang bisa ikhlas menerima setiap takdir dari Allah Ta’ala.

Memang bukan pekerjaan yang sepele untuk menghadirkan sabar dan ikhlas dalam kehidupan kita. Tapi jika terus berusaha melatih diri, lalu mengevalusinya, maka kedua hal itu lama-kelamaan akan menjadi bagian dari hidup kita.

Sabar dan ikhlas akan membawa kita pada ketenangan hidup. Sebab, yang membuat hidup ini jadi tidak tenang adalah suka tidak sabaran dan suka tidak ikhlas dalam menghadapi banyak kemalangan.

Nah, ketika ketenangan hidup bisa kita raih. Maka, sudah barang tentu kebahagiaan pun akan mengikuti.

.

.

.

Penulis: Indriana Gani

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 656

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *