Sifat-Sifat-Nya yang Mengedepankan Perdamaian
Manusia diciptakan Allah Ta’ala untuk beribadah kepada-Nya, menjadi perwujudan atau cermin sifat-sifat-Nya yang terangkum dalam Asmaul Husna. Dengan menyadari hal ini, fokus manusia seharusnya hanya akan terarah kepada segala cara yang akan menyenangkan-Nya dan diridhai-Nya.
Namun, sebagai makhluk-Nya yang dikaruniai kebebasan berkehendak dan membuat keputusan, manusia selalu dibayang-bayangi ketergelinciran. Dalam persinggungannya dengan sesama manusia misalnya, manusia pun dibayang-bayangi konflik yang bisa mudah sekali pecah karena ketidakmauan untuk mengelola ego dan hawa nafsunya.
Gus Dur pernah menyatakan, “Faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalah mau menang sendiri tanpa batas, jadi tidak ada toleransi.” Ingin menang sendiri tanpa batas inilah yang hingga hari ini menjadi bara yang menyulut api konflik di berbagai negeri, termasuk penindasan terhadap saudara-saudara kita di Palestina.
Padahal, dalam tujuan penciptaan kita manusia sebagai cerminan sifat-sifat Allah Ta’ala, sudah selayaknya kita kembali mengingatkan diri bahwa dunia yang penuh rahmat hanya bisa diraih dengan kemauan untuk hidup rukun dan harmonis satu sama lain. Sifat-sifat penuh damai ini seharusnya bisa kita tanamkan dalam diri, agar kita bisa memenuhi tujuan hidup kita.
Allah Ta’ala berfirman, “Dan hamba-hamba sejati Tuhan Yang Rahman ialah mereka yang berjalan di muka bumi dengan merendahkan diri; dan apabila orang-orang jahil menegur mereka, mereka mengucapkan, “Sejahtera.” [1] Ayat ini memberikan gambaran bagaimana karakter hamba-hamba-Nya yang memiliki sifat Ar-Rahman. Jangankan menyulut konflik, berjalan dengan pongah saja tak mau dan rasanya tak mampu dilakukan oleh hamba-hamba Allah Yang Rahman. Inilah salah satu dasar revolusi akhlak yang perlu kita amalkan.
Berkenaan dengan sifat kasih sayang, selain rahman juga ada sifat rahim dari Allah Ta’ala. “Al-Rahmān (Maha Pemurah) dan Al-Rahīm (Maha Penyayang) keduanya berasal dari akar yang sama. Rahima artinya, ia telah menampakkan kasih-sayang; ia ramah dan baik; ia memaafkan, mengampuni.” [2] Sifat rahman dan rahim yang melekat pada Allah Ta’ala menunjukkan bahwa Dia adalah wujud yang penuh cinta dan kasih. Dan tugas manusia untuk bisa menjadi cerminan sifat-sifat tersebut.
Beberapa sifat Allah Ta’ala berikut ini pun menunjukkan bahwa betapa Allah Ta’ala sesungguhnya adalah wujud yang mengedepankan kedamaian. Dia menunjukkan keadilan (Al-Adl’), pengampunan (Al-Ghaffar), kelembutan (Al-Latif), kesantunan (Al-Halim), kebijaksanaan (Al-Hakim), dan kesabaran (As-Shabuur).
Asmaul Husna yang senantiasa kita lafazkan bukan sekadar hafalan di atas air yang mudah hilang esensinya. Sudah selayaknya kita mempelajari, mengamalkan, dan bertekad menjadikannya sebagai sifat-sifat yang juga tertanam dalam diri kita, walau tentu dengan derajat yang berbeda.
Dengan menjadi cerminan sifat-sifat-Nya yang penuh cinta dan kedamaian, maka dunia yang rukun, harmonis, sehat jasmani dan rohani bagi seluruh penghuninya akan bisa tercapai. Insya Allah.
Referensi:
[1] QS. Al-Furqan 25: 64
[2] Tafsir Surah Al-Fatihah dalam Al-Qur’an, Terjemah dan Tafsir Singkat terbitan Jemaat Muslim Ahmadiyah Indonesia.
Visits: 43