Tawakal dalam Proses Meraih Kesuksesan

Setiap hari kita disuguhi kesuksesan orang lain. Ada yang sukses dengan bisnisnya sehingga mampu membeli segala macam barang yang diimpikan semua orang. Dan ada pula yang berhasil dengan pendidikannya hingga bisa melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Pasti kita pernah merasa takjub ketika melihat pencapaian-pencapaian orang lain, namun di sisi lain justru merasa pesimis dengan kemampuan kita.

Kita merasa pesimis karena kita hanya diperlihatkan kesuksesan orang lain, tergiur dengan segala yang mereka punya lewat usahanya. Iya, kita hanya sekedar diperlihatkan sisi nikmat yang mereka raih. Namun apakah pernah terbersit di pikiran kita apa saja yang sudah dilalui orang lain itu sebelum mencapai kesuksesan? Sebelum sukses mereka pasti pernah ada di posisi kita, berangan-angan untuk sukses, berandai-andai jika berhasil dengan perkerjaan atau pendidikan. 

Yang membedakan mereka dengan kita adalah ketika mereka berangan dan berandai-andai, maka mereka akan mulai memutar otak juga menggunakan otot mereka untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan. Sebagaimana Lao Tzu mengatakan, “Perjalanan ribuan mil dimulai dengan langkah pertama.”

Lalu apakah dalam sekali usaha mereka langsung sukses? Kenyataannya setiap perjalanan tidak selalu mulus, ada lika-liku dan kesulitannya masing-masing. Itu sebabnya selain keinginan untuk berusaha yang tinggi harus disertai dengan ketawakalan.

Apa hubungannya antara bertawakal dan berusaha? Kita boleh berandai-andai dan berangan-angan, tapi jangan lupa bahwa ketetapan hanya milik Allah swt. Kita boleh bekerja hingga peluh membasahi sekujur tubuh, namun ingat bahwa Allah swt lah yang berkehendak.

Seperti tadi disinggung bahwa perjalanan seseorang tidak selalu mulus. Maka apa jadinya bila manusia memiliki ekspektasi terhadap sesuatu hingga menggebu-gebu, lalu dipertemukan dengan kesulitan atau bahkan kegagalan? Dia akan merasa kecewa, merasa usahanya tidak memiliki arti dan lain-lain, di sinilah fungsi tawakal berperan.

Tawakal berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam konteks ini artinya berserah diri sepenuhnya kepada Allah swt. dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan. Jika Allah swt. menghendaki, maka sebanyak apapun rezeki kita akan tetap menjadi milik kita. Layaknya paus biru yang mengkonsumsi kurang lebih sebanyak 3600 kg krill perharinya, bila Allah swt sudah menghendaki maka jadilah.

Mungkin bila dianalogikan, usaha kita adalah sebuah sepeda dan tawakal adalah remnya. Seberapapun menggebunya kita ketika mengayuh sepeda untuk mencapai tujuan, jika tanpa rem akan sangat bahaya. Dengan rem kita menghindari segala bentuk obstacle di jalanan, atau rintangan mendadak yang bisa langsung kita rem.

Begitu pula tawakal, dengan mengingat dan berpasrah diri kepada Allah swt., ketika kita dipertemukan dengan kesulitan dan kegagalan maka rasa optimisme kita tidak akan menghancurkan harapan kita. Justru kita akan sadar betul bahwa plan pertama adalah keinginan kita dan plan kedua adalah ketentuan Allah swt .

“Telah Kami kokohkan posisi kalian di muka bumi dan Kami sediakan sumber penghidupan di dalamnya. Namun, sedikit sekli kalian bersyukur.” (Q.S Al-Araf: 10) 

Sudah jelas sekali bahwa setiap orang telah Allah swt. turunkan rezekinya, baik berupa materi hingga kesehatan. Banyaklah bersyukur atas segala yang telah Allah swt tetapkan atasmu. Rezeki harus dijemput dengan tawakal dalam ikhtiar dan ikhtiar dalam tawakal. Jadikan kesuksesan orang lain motivasi untuk menjemput rezeki namun tetap berpasrah diri dan ingat semua butuh proses.

Visits: 267

Renna Aisyah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *