
COVID-19 DI ANTARA YIN-YANG DAN AL-QUR’AN
Yin-Yang atau Yin dan Yang adalah konsep dalam filosofi Tionghoa yang biasanya digunakan untuk mendeskripsikan sifat kekuatan yang saling berhubungan dan berlawanan di dunia ini dan bagaimana mereka saling membangun satu sama lain.
Konsep tersebut didasarkan pada asal muasal dari banyaknya cabang ilmu pengetahuan klasik dah filosofi Tionghoa serta dapat digunakan sebagai pedoman pengobatan Cina dan menjadi prinsip dari seni bela diri yang ada di Tiongkok.
Yin dan Yang saling berlawanan dalam interaksi dengan dunia yang lebih luas dan sebagai bagian dari sistem yang dinamis. Semua hal memiliki kedua aspek tersebut yakni Yin dan Yang, tetapi tidak setiap aspek tersebut memiliki perwujudan yang jelas pada objek dan mungkin pasang surut atau mengalir dari waktu ke waktu.
Ada beberapa persepsi (terutama di barat) yang mengatakan bahwa Yin dan Yang selalu dihubungkan dengan sesuatu yang baik dan jahat. Namun, filsafat Taoist biasanya tidak memperhitungkan sesuatu yang baik atau jahat dan penilaian moral, dalam kaitannya dengan konsep keseimbangan.
Sifat Yin dan Yang
Tidak mungkin kita berbicara tentang Yin dan Yang tanpa referensi dari seseorang yang berpendapat lain, karena Yin dan Yang terikat bersama sebagai bagian dari keseluruhan (misalnya Anda tidak dapat melihat bagian bawah sebelum melihat bagian atasnya).
Sebuah ilustrasi menjelaskan ide tentang pendalilan antara kehidupan pria saja atau wanita saja. Ras ini akan punah dalam satu generasi. Namun, pria dan wanita menciptakan generasi baru yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Interaksi dari keduanya dapat melahirkan ide-ide baru. Yin dan Yang mengubah satu sama lain seperti arus di dalam laut. Setiap yang hidup akan mati, benih akan tumbuh dan kemudian akan mati.
Yin adalah sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di lembah. Yin (secara harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang (secara harafiah yaitu tempat yang terang atau cerah) adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung.
Saat matahari bergerak, Yin dan Yang secara bertahap bertukar tempat satu sama lain, mengungkapkan apa yang tidak jelas dan menyembunyikan yang sudah terungkap. Yin ditandai dengan sesuatu yang lambat, lembut, menghasilkan, menyebar, dingin, basah, dan pasif. Berhubungan dengan air, bumi, bulan, feminitas dan malam hari. Yang sebaliknya ditandai dengan cepat, keras, padat, fokus, panas, kering, dan agresif. Berhubungan dengan api, langit, matahari, maskulinitas dan siang hari.
Taijitu adalah salah satu simbol yang tertua dan paling terkenal di dunia, tetapi masih banyak orang yang tidak memahami arti dari Yin dan Yang. Hal tersebut menggambarkan salah satu teori filsafat Tao kuno yang paling mendasar dan mendalam. Inti dari hal tersebut adalah dua unsur keberadaan yang berlawanan tetapi saling melengkapi.
Cahaya yaitu Yang digambarkan dengan warna putih, bergerak naik berpadu dengan kegelapan yaitu Yin yang digambarkan dengan warna hitam dan bergerak turun. Yin dan Yang adalah kekuatan yang berlawanan, tergantung dari aliran siklus alami. Mereka selalu mencari keseimbangan meskipun mereka bertentangan, tetapi mereka tidak selalu bertentangan satu sama lain.
Sebagai bagian dari Tao, mereka hanyalah dua aspek realitas yang sebenarnya berdiri sendiri. Masing-masing mengandung unsur dari yang lainnya, karena itu terdapat titik hitam dari Yin pada bagian putih dan begitu pula sebaliknya. Mereka tidak hanya sekadar saling menggantikan, namum mereka menjadi bersatu sama lain melalui aliran konstan alam semesta.
Dalam qaidah Islam, juga dikenal segala sesuatu itu bergandegan. Hitam dan putih, besar dan kecil, baik dan buruk, depan dan belakang, atas dan bawah dan seterunya. Bahkan setiap detik kedua hal itu bergerak dan berubah saling melengkapi. Semua yang diam, bergerak, hidup, bernafas, langit bumi, lautan, gunung, bumi, planet, matahari, bintang dan galaxy semu ada dalam naungan qanun hukum Allah Ta’ala.
Semua itu ada dalam naungan sifat Rahmaniyyat (Kasih) Allah Ta’ala. Allah memberikan karunia kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Semua berjalan menurut qanun-Nya. Tiak ada sebutir zarah atau atom pun yang terlepas dari kuasa qanun-Nya. Tidak terkecuali yang sekarang sedang menjadi perhatian dunia sang news maker covid-19.
Karena hukum Tuhan meliputi segala penciptaannya, maka fenomena Pandemik Covid -19 ini juga tidak terkecuali masuk dalam hukum Tuhan. Menurut Dr. Didit seorang Geolog dari UGM: “Alam selalu bisa menemukan jalannya sendiri. Setiap sesuatu yang menguasai maka akan mengalami kepunahan.”
Fenomena covid-19, baik itu rekayasa manusia atau lahir dengan sendirinya, keduanya merupakan produksi alam/respon alam yang dikibatkan ulah makhluk itu sendiri dan yang hulunya adalah qonun Tuhan. Apa yang manusia lakukan, akibatnya disana akan berlaku hukum taqdir Allah Ta’ala. Apa yang terjadi di dunia bukanlah trial dan errornya Tuhan.
“Musibah tidaklah dapat menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barangsiapa beriman kepada Allah Dia memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Taghaabun : 12)
Tuhan mengatur seluruh alam menurut hukum-hukum tertentu.Bila manusia menentang salah satu di antara hukum-hukum itu, ia melibatkan diri dalam kesusahan. Tetapi, karena Tuhan itu Al-Khaliq (Maha Pencipta) semua hukum alam dan derita manusia adalah dikarenakan pelanggaran terhadap salah satu dari hukum-hukum itu atau pelanggaran terhadap takdir khas, maka kesusahan dapat dikatakan telah timbul dari-Nya atau telah terjadi atas izin-Nya.
Pada akhirnya, dengan atau tanpa campur tangan manusia, alam akan mencari jalannya sendiri karena dia tunduk terhadap sifat Rahmaiyyat dan Qayyumiyyat Allah Ta’ala. Namun jika manusia ingin mempertahankan eksistensinya, maka dia harus mampu bermanfaat bagi makhluk. Hanya dengan kepedulian, saling menolong, menguatkan dan bermanfaat bagi yang lain dengan menyerap semangat Rahmaniyyat Allah Ta’ala, Manusia akan memenangkan episode ini.
“…apa yang bermanfaat bagi manusia akan tinggal tetap di bumi…” (QS. Ar-Ra’ad 13 : 18)
Views: 3919