DARI FITNAH SAYA MASUK AHMADIYAH DAN ISTIQAMAH

“Ciah… Imam Mahdi sudah datang.” Itulah kata-kata yang pernah diucapkan oleh ibu tiri saya. Saya tak mengerti apa maksudnya. Karena saya seorang muallaf dan belum lama mempelajari Islam.

Awalnya saya penganut Kristen Katolik. Saya keluar dari gereja dan mulai belajar tentang Islam dari ustadz-ustadz. Ada 7 ustadz yang jadi guru saya. Mereka baik semua ke saya.

Tak berselang lama, saya diangkat jadi ketua pengajian Nurul Yaqin oleh seorang ustadz. Pada satu waktu kami mengadakan peringatan Isra’ Mi’raj yang mengundang ustadz dari Surabaya. Saya waktu itu bertugas sebagai pembawa acara.

Di akhir ceramahnya, sang ustadz menyampaikan, “Awas jangan dekat-dekat dengan orang Ahmadiyah, mereka itu orang sesat dan menyesatkan, syahadatnya asyhadu alla ilaha illaLlah wa asyhadu anna Ahmad lor kali.”

Baru sejak itu nama Ahmadiyah menjadi perhatian saya. Saya pun jadi teringat dengan ayah saya yang nikah lagi dengan orang Ahmadiyah asal Cianjur namanya Ny. Nurhayati.

Selalu terngiang-ngiang kata-kata, “Ahmad lo kali.” Saya tidak tahu apa maksudnya. Tapi akhirnya, hal itu yang membuat saya ingin tahu tentang Ahmadiyah. Dan saya pun mulai dekat dengan ibu tiri saya yang sebelumnya saya bersikap acuh.

Waktu itu profesi saya sebagai perias pengantin dan fotografer. Saya dipromosikan oleh ibu tiri saya, sehingga saya sering diundang merias pengantin di sebuah daerah dimana banyak berkumpul orang Ahmadiyah disana. Nama Jemaat Ikatan Saudara.

Kalau ada kerjaan disana, saya suka menginap. Jadi saya banyak tahu apa dan bagaimana orang Ahmadiyah itu dari siang sampai malamnya. Saya menyaksikan mereka shalat lima waktu seperti pada umumnya. Azannya juga sama. Syahadat yang dibacanya juga sama. Dan saya sungguh terkejut menyaksikan mereka shalat tahajud berjamaah sambil disertai isak tangis.

Keyakinan saya soal Ahmadiyah sesat pun mulai goyah. Hati saya mulai membenarkan kebenaran Ahmadiyah. Ganjalan saya hanya tinggal satu lagi, mengapa setelah Nabi Muhammad Saw ada lagi nabi?

Suatu hari usai melaksanakan shalat dhuha. Saya membaca Surah Qaf ayat 15-16 yang artinya, “Dan penghuni hutan, kaum Tubba’. Semuanya mendustakan rasul-rasul yang sebagai akibatnya, maka sempurnalah janji azab-Ku. Maka apakah Kami lelah dengan penciptaan yang pertama? Tidak, bahkan mereka dalam keraguan tentang penciptaan yang baru.”

Entah mengapa, setelah membaca ayat tersebut keyakinan saya semakin mantap terhadap Ahmadiyah. Tepat pada tanggal 11 bulan 11 tahun 1982 saya putuskan masuk Ahmadiyah. Saya pamitan dengan suami. Beliau tidak melarang saya. Beliau hanya berkata, “Nanti kalau kamu masuk Ahmadiyah tidak punya teman.”

Saya pun menjawab secara spontan, “Biarlah. Teman saya Allah Ta’ala.” Saya pun langsung pergi ke cabang Ikatan Saudara dan baiat di tangan Bapak Daeng Malinta.

Singkat cerita, berita tentang saya masuk Ahmadiyah menyebar kemana-mana terutama kepada guru-guru saya, kaum kerabat juga mertua. Setelah tersiar berita saya masuk Ahmadiyah karir saya sebagai tukang rias dan fotografer anjlok drastis. Akhirnya saya jadi tukang onde-onde.

Suatu hari saya mendapat berita yang sangat mengejutkan dari seorang siswa yang bernama Tusinem bahwa saya akan diusir dari Tanjung Senang tempat dimana saya tinggal. Sedih sekali. Waktu itu saya masih punya anak bayi namanya Yanti Irma Sari (kini mendapat amanah menjadi Ketua Daerah LI Jateng 4).

Saya hanya bisa pasrah dan terus berdoa. Guru-guru saya menasehati agar saya bertobat. Sementara keyakinan saya sudah sangat mantap saat itu. Saya akan terus berpegang teguh atas keyakinan tersebut.

Di suatu pagi buta, kira-kira jam dua dini hari, saya dibangunkan oleh suara orang mengaji. Surat yang dibaca adalah Surah Al-Kautsar. Saya tak tak tahu maksud dari semua itu.

Jam delapan paginya. Waktu saya masih cuci piring. Terjadi sebuah ledakan yang sangat kuat di depan rumah saya. Saya lari untuk melihat apa yang terjadi. Ada kecelakaan mobil. Saya melihat keadaan dalam mobil tersebut, rupanya berisi rombongan guru-guru ngaji saya.

Saya pulang mengambil obat merah dengan niat menolong. Tapi saya malah dibentak. Saya kaget dan menangis. Lalu saya pulang dan duduk termenung sambil bertanya dalam hati, apakah peristiwa tadi ada kaitannya dengan mimpi saya?

Hari berganti hari. Lambat laun, suara-suara bising tentang pengusiran saya menghilang. saya bertanya dalam hati, apakah ini bentuk pertolongan Allah Ta’ala?

Suatu hari. Ketika saya sedang duduk-duduk sambil membaca buku berjudul “KAMI ORANG ISLAM”, tiba-tiba datang guru ngaji saya. Ia datang dengan kondisi yang memprihatinkan. Kakinya patah akibat kecelakaan, wajahnya pusat pasi dan perutnya terlihat membesar.

Maksud dan tujuan kedatangan beliau adalah hendak meminta maaf atas semua kesalahannya selama ini. Buku yang sedang saya baca pun dimintanya. Saya merinding melihat pemandangan tersebut. Padahal dulu, saya hampir diusir dari kampung.

Dan rupanya, guru-guru saya yang lain juga mengalami hal yang sama cuma dalam bentuk lain yang berbeda.

Saya pun jadi teringat akan sebuah wahyu yang turun kepada Hadhrat Imam Mahdi as bahwa Allah Ta’ala akan menghinakan siapa yang menghinakan engkau.

Keyakinan saya semakin kuat tentang kebenaran bahwa Imam Mahdi sudah datang, seperti yang selalu diucapkan ibu saya, “Ciah… Imam Mahdi teh udah datang.”

Itulah tabligh ibu saya yang tadinya saya tidak mengerti dan pahami. Semoga beliau ditempatkan di surga keridhaan-Nya. Aamiin…

.

.

.

Penulis: Sujiyah

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 502

Sujiyah

6 thoughts on “DARI FITNAH SAYA MASUK AHMADIYAH DAN ISTIQAMAH

  1. Yaallah .. sampe nangis aku bacanya
    Semoga keluarga teteh bisa dilindungi terus oleh Allah ta’alla .. aminn
    Jazakumullah ya teh udaj menginspirasi banget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *