
Hadhrat Muslih Mau’ud: Insan yang Langsung Diajari Allah Ta’ala
Hadhrat Masih Mau’ud as. mendapatkan kabar gembira dari Allah Ta’ala akan adanya seorang anak laki-laki dari keturunannya sendiri yang akan diberkahi dengan banyak kualitas unggul dan sifat-sifat yang khas. Hal ini menggenapkan nubuatan yang disampaikan Hadhrat Rasulullah saw. bahwa Al-Masih akan datang serta akan memiliki anak-anak keturunan yang memiliki keistimewaan-keistimewaan yang akan menjadi penyebab penyebarluasan agama dan Tauhid Ilahi, kesemuanya itu akhirnya akan memuliakan martabat Rasulullah saw. di seluruh dunia.
Tahun 1889 ketika Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. dilahirkan adalah tahun yang sama ketika Hadhrat Masih Mau’ud as. mengambil baiat. Tahun itu Allah Ta’ala memerintahkan beliau agar mengambil baiat. Tahun itu juga Jemaat ini didirikan guna menjalankan pekerjaan tabligh Islam, memperindah keadaan-keadaan akhlak dan ruhaniah masing-masing, menjadi penyempurna nubuatan Hadhrat Rasulullah saw. dengan baiat kepada Masih dan Mahdi tersebut, dan inilah tujuan didirikannya Jemaat ini.[1]
Nubuatan yang diberikan oleh Allah telah terpenuhi. Segala sifat yang dinubuatkan dalam nubuatan itu menjadi nyata dalam pribadinya yang mulia. Hatinya dipenuhi dengan cinta Allah dan Rasulullah saw. Jiwa dan dadanya diterangi dengan cinta dan pengetahuan Al-Qur’an. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. memberikan contoh bagaimana Tuhan sendiri yang menganugerahkan ilmu kepadanya.
Suatu ketika, ketika beliau masih muda, beliau bermimpi di mana beliau mendengar bunyi bel yang keras. Beliau kemudian melihat sebuah bingkai terbentuk, dan di dalam bingkai itu ada sebuah gambar. Gambar itu mulai bergerak, kemudian keluarlah gambar itu dari bingkai berupa seseorang yang mengatakan bahwa dia adalah malaikat Tuhan. Ia mengatakan bahwa ia diutus untuk mengajarinya arti Surat Al-Fatihah, surat pembuka Al-Qur’an. Oleh karena itu, beliau mulai belajar hingga ayat ‘Hanya kepada Engkau saja kami memohon pertolongan.’
Malaikat kemudian mengatakan bahwa hingga saat itu, semua ahli tafsir hanya menulis tafsir mereka hingga ayat tersebut. Kemudian malaikat melanjutkan dengan mengajarkan Hadhrat Muslih Mau’ud ra. penjelasan seluruh bab tersebut. Hal ini untuk menandakan bahwa Hadhrat Muslih Mau’ud ra. dianugerahi pengetahuan sejati tentang Al-Qur’an. Oleh karena itu, Hadhrat Muslih Mau’ud ra. memberikan tantangan terbuka kepada dunia bahwa tidak seorang pun dapat menantang pengetahuannya tentang Al-Qur’an. Ini memang benar, karena tidak ada yang bisa menerima tantangan ini.
Hudhur aba. bersabda bahwa pada tahun 1900, ketika Hadhrat Muslih Mau’ud ra. berusia 11 tahun, beliau mulai bertanya-tanya apakah Tuhan itu ada dan mengapa ia beriman kepada-Nya. Beliau mengatakan bahwa bahkan pada usia itu, beliau banyak merenung, dan akhirnya yakin bahwa Tuhan benar-benar ada. Beliau sangat gembira atas kesadaran ini dan berdoa agar tidak pernah meragukan keberadaan Tuhan.
Pada usia yang sama, Hadhrat Muslih Mau’ud ra. mengenakan jubah Hadhrat Masih Mau’ud as. dan banyak berdoa. Kemudian, ketika merenungkan kebenaran Ahmadiyah, beliau berpikir bahwa jika Tuhan itu ada, maka Nabi Muhammad saw. adalah benar. Jika Nabi Muhammad saw. benar, maka Hadhrat Masih Mau’ud as. juga benar. Jadi, jika Hadhrat Masih Mau’ud as. benar, maka Ahmadiyah juga pasti benar.
Suatu malam, beliau melihat bintang-bintang dan berpikir apa yang ada di balik bintang-bintang? Beliau menyadari bahwa akan ada lebih banyak bintang. Beliau terus bertanya apa yang lebih dari itu, lalu sampai pada kesadaran yang sama. Beliau kemudian sampai pada kesimpulan bahwa jika sesuatu seperti bintang tampak berkesinambungan, maka Tuhan pastilah Tak Terbatas.
Jadi, ini adalah contoh lain bagaimana seorang anak yang tidak menyelesaikan pendidikan formal ini, dipenuhi dengan pemikiran dan kesadaran yang begitu rumit, sebagai hasil dari ilmu yang dianugerahkan kepadanya oleh Tuhan sendiri.
Selama masa jabatannya sebagai Imam Jemaat, beliau menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam berbagai bahasa untuk menyebarkannya ke seluruh bangsa di dunia. Beliau sendiri yang menulis pengantar Al-Qur’an yang di dalamnya menjawab kritik dan keberatan yang diajukan terhadap Islam dan pendiri Islam oleh para orientalis dan pemeluk agama lain. Orang-orang dari berbagai belahan dunia memberikan pendapatnya tentang terjemahan ini.
Beberapa di antaranya yaitu, Charles S. Bradon, Kepala Departemen Sejarah dan Sastra Keagamaan, Universitas Evanston, AS, menulis bahwa, secara keseluruhan, ini merupakan tambahan yang sangat berharga dalam literatur Islam dalam bahasa Inggris. Beliau lebih lanjut menyatakan apresiasinya atas penambahan literatur Islam yang berharga dalam bahasa Inggris yang dilakukan oleh komunitas Ahmadiyah. [2]
Mian Sultan Ahmad Wajoodi, anggota DPRD Punjab, juga sangat menarik. Ia menulis,”Mirza Mahmud Ahmad memiliki kekuatan luar biasa untuk bekerja. Ia adalah seorang pria dengan kepribadian yang luar biasa. Ia menyampaikan pidato selama berjam-jam tanpa jeda. Pidatonya fasih dan penuh dengan pengetahuan. Ia adalah penulis banyak buku. Setelah bertemu dengannya, orang akan sangat terkesan dengan perilakunya yang luhur. Ia memiliki bakat admisnistrasi yang hebat. Di usianya yang ke-50, ia memiliki semangat seperti seorang pemuda. ia adalah pelindung besar bahasa Urdu.” [3]
Akan tetapi, kita harus ingat juga bahwa kesempurnaan nubuatan ini bukan hanya berkaitan dengan kelahiran sosok seseorang dan karya-karya yang dilakukannya. Hakikat nubuatan ini akan terpancar cemerlang apabila di antara kita ada banyak orang yang memajukan pekerjaan (misi) tersebut, yang untuk itulah tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as.
Dan, selanjutnya Allah Ta’ala telah menganugerahkan Muslih Mau’ud untuk beliau guna menyokong dan menolong beliau, di mana beliau dengan segala kemampuan dan sarana yang ada padanya melakukan tabligh Islam dan ishlah di dunia. Tugas kita adalah melanjutkan pekerjaan dan misi untuk menyebarkan kebenaran Islam yang hakiki. Kemenangan sudah di depan mata, karena Allah Ta’ala akan menurunkan pertolongan-Nya.
Referensi:
[1] https://ahmadiyah.id/nubuatan-tentang-muslih-mauud
[2] https://www.alislam.org/articles/pearls-memory-remembrance-hazrat-musleh-maud/
[3] Al-Hakam, Jubilee Number, Desember 1939, hal. 36
Visits: 69