IKIN SODIKIN: BERJUALAN SAMBIL BERTABLIGH

Pada tahun 1992 beliau meninggalkan dunia yang fana ini. Menyisahkan sesak dalam dada saya juga dada banyak orang yang mengenalnya. Kami seolah kehilangan satu sosok yang baik hati dan demikian cintanya kepada Jemaat ini hingga akhir hayatnya.

Belasan mobil dan dua buah mini bus mengantar beliau ke tempat peristirahannya yang terakhir. Begitu ramainya orang. Mereka larut dalam sebuah luka. Luka yang makin terasa pedih saat mulai mengingatnya dulu. Ya dulu, saat beliau masih hidup.

Namanya Ikin Sodikin. Beliau lahir di Singaparna, Tasikmalaya. Beliau salah seorang awalin yang mempunyai hobi yang sulit dijelaskan dalam kacamata dunia. Ya, hobinya bertabligh, menyampaikan pesan kebenaran Jemaat.

Pada suatu hari, tabligh beliau terdengar oleh para santri dari pesantren terkemuka di Singaparna yang tidak senang dengan keberadaan Ahmadiyah. Waktu itu terdengar rencana bahwa beliau akan dibunuh.

Rupanya, rencana ini sampai ke telinga adik beliau. Akhirnya Pak Ikin disuruh mengungsi ke kota Bandung.

Ketika di Bandung, Pak Ikin bertemua dengan Pak Abas dan Ma Oyo. Rupanya, mereka berdua juga berasal dari Singaparna. Mereka mengajarkan Pak Ikin berdagang. Dari situlah Pak Ikin mulai berjualan kupat tahu.

Pak Ikin berjualan kupat tahu di RS Hasan Sadikin Bandung. Menurut penuturan anak pertama beliau, Pak Maman Rakiman, kebiasaan Pak Ikin setiap pagi adalah mengantarkan dua bungkus kupat tahu ke ruangan Direktur Rumah Sakit.

Inilah yang membuat beliau dikenal banyak kalangan di Rumah Sakit. Selain pembawaan beliau yang menyenangkan banyak orang, beliau juga baik ke setiap orang khususnya kepada para anggota Jemaat.

Itulah mengapa, mahasiswa-mahasiswa Jemaat era 70-90an kenal baik dengan beliau. Karena cukup ucapkan salam dan sampaikan bahwa kita Jemaat, maka hidangan kupat tahu Pak Ikin siap tersaji secara cuma-cuma.

Karena bertabligh sudah menjadi hobi. Saat di Bandung dan sudah berjualan kupat tahu pun, hobi ini tidak bisa dilepaskan. Brosur-brosur tabligh pun menghiasi lapak jualannya. Hingga menarik perhatian mereka yang beli.

Sebelum gencarnya program “Tabligh Desk” sekarang-sekarang ini, Pak Ikin memanfaatkan lapak jualannya untuk kegiatan tabligh.

Kadang, istrinya sibuk menyiapkan kupat tahu, Pak Ikin dengan pembawaannya yang ramah dan masuk ke berbagai kalangan memulai obrolan dengan mereka yang beli. Dari obrolan sederhana yang dikemas secara alami, lalu obrolan diarahkan kepada topik tentang Imam Mahdi, Nabi Isa dan masalah Kenabian.

Beliau tak pernah takut jualannya jadi tidak laku karena memajang brosur-brosur tabligh. Beliau malah berkeyakinan bahwa dengan bertabligh pasti Allah Ta’ala menganugerahkan berkat-berkat-Nya atas perniagaan dunia yang beliau usahakan.

Sudah banyak orang yang beliau Tablighi dan akhirnya masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah. Semangatnya tak pernah pudar dengan beragam reaksi yang mereka yang ditablighi. Tentu, ada saja yang merasa tak nyaman, tapi ketika niat kita tulus semata-mata membuka jalan untuk orang lain menuju Allah Ta’ala, keberkatan itu pasti akan turun.

Ada satu kebiasaan unik beliau dalam pengorbanan harta di jalan Allah Ta’ala, yakni membayar candah.

Pak Ikin mempunyai sebuah kaleng kue spesial. Spesial karena setiap hari selesai berjualan dan mendapatkan keuntungan dari berjualan, beliau sisihkan 1/16-nya untuk candah. Setelah sebulan, uang yang terkumpul itu dipindahkan ke kantong kresek. Lalu diberikan ke muhasil untuk dibayarkan candahnya.

Alasannya sederhana ketika ditanya, mengapa harus tiap hari disisihkan? Katanya, biar pas sesuai aturan.

Banyak sekali hal-hal yang baik dari seorang Kakek Ikin Sodikin. Semua itu membuat saya bangga menjadi cucunya. Mudah-mudahan, spirit yang beliau telah bangun di sepanjang kehidupannya bisa terus dihidupkan oleh anak keturunannya dari generasi ke genarasi.

.

.

.

Penulis: Mia Kurniawati

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 100

Mia Kurniawati

2 thoughts on “IKIN SODIKIN: BERJUALAN SAMBIL BERTABLIGH

  1. MashAllah,smg alm.Bpk Ikin Sodikin mendpt surga keridhoanNya,Aamiin Alka aamiin dan smg semangat Beliau dlm bertabligh,membuat kita LBH giat dan berani dlm bertabligh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *