Makna Tawakal yang Sejati

Dalam kondisi covid seperti saat ini banyak orang mengalami peristiwa yang mungkin menimbulkan kecemasan. Misalnya kesulitan ekonomi, takut kekurangan harta, bangkrut atau bahkan PHK. 

Sebenarnya kecemasan adalah reaksi yang dapat dialami oleh siapapun. Apabila penyebabnya adalah suatu ketakutan dan kekhawatiran tersendiri, maka mengapa orang yang beriman harus takut? Sedangkan segala sesuatunya berada dalam kekuasaan Allah. 

Apabila ia takut akan lapar ataupun jatuh miskin, maka sesungguhnya rezeki ada di tangan Allah. Apabila manusia takut akan segala cobaan dan derita di dunia, maka bertaqwalah kepada Allah. Bukankah Allah sudah menjamin rezeki untuk setiap hamba-Nya? 

Dalam suatu hadis dikatakan bahwa, “Andaikan kalian benar-benar bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian sebagaimana Dia memberikan rezeki kepada burung yang keluar pada waktu pagi dengan perut kosong dan ia kembali dengan perut kenyang pada sore harinya.” (HR. At-Tirmidzi)

Berdasarkan hadis di atas, kita bisa belajar hakikat tawakal dari seekor burung. Burung yang pergi pagi hari dan pulang sore hari demi mencari rezeki untuk bertahan hidup. Burung tidak berpangku tangan dan bermalas-malasan. Sebuah isyarat bahwa tawakal itu tidak berarti meninggalkan usaha. 

Alkisah, suatu ketika Hazrat Khalifah Umar bin Khattab r.a. berjalan melewati sekelompok orang yang malas tak mau bekerja. Beliau kemudian bertanya, “Mengapa kalian tak berangkat untuk bekerja?” Mereka menjawab, “Kami semua adalah golongan yang bertawakal kepada Allah.” 

Maka, sang Khalifah pun menghardik mereka, “Kalian semua bukanlah orang yang bertawakal kepada Allah. Kalian semua adalah orang-orang yang putus asa. Ketahuilah, gambaran orang-orang yang bertawakal kepada Allah adalah seperti seseorang yang berusaha menanam benih di ladang kemudian ia memasrahkan hasilnya kepada Allah.”

Ada lagi kisah dimana Rasulullah S.A.W. bertanya kepada sahabat yang datang dengan mengendarai unta namun tidak diikat ke sebuah pohon. “Mengapa engkau tidak mengikat kekang untamu?” Sahabat menjawab, “Aku bertawakal kepada Allah S.W.T.” 

Rasulullah S.A.W. bersabda, “Itu bukanlah tawakal. Melainkan sedang menguji Allah S.W.T. Arti tawakal adalah ikatlah untamu terlebih dahulu setelah itu berserahlah kepada Allah.”

Dengan begitu, jelas sudah bahwa tawakal itu bukan masalah berpasrah diri tanpa usaha sebelumnya. Melainkan sebuah totalitas hati dalam kepasrahan penuh kepada Allah, sembari berusaha dan bekerja semampu diri. Layaknya seekor burung yang juga mengais rejeki dari pagi hingga sore, terbang kesana kemari.

Allah telah memberikan banyak nikmat kepada kita, salah satunya akal. Pergunakanlah akal kalian untuk mengenali diri, potensi dan bakat. Sehingga dari pengenalan diri itu dapat memunculkan ide-ide menarik, inovasi baru, dan berakhir pada terbukanya jalan rezeki kita. 

Allah juga akan memberikan kita rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Semoga kita senantiasa selalu bertawakal dengan segala ketentuan Allah.

 

Visits: 640

Endah Fitri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *