MEMAKMURKAN MESJID BAGIAN DARI JIHAD

Sejak kecil saya merasakan bagaimana bahagianya hati ini saat bareng-bareng ke mesjid untuk shalat berjamaah. Kebetulan di kampung saya, rumah-rumah anggota Ahmadi berdekatan dengan mesjid. Walaupun ada juga beberapa di antaranya lumayan jauh rumahnya sehingga harus berjalan kaki menelusuri pematang sawah dan kebun.

Pemandangan yang syahdu ini terus terbayang sampai sekarang. Setiap waktu datangnya shalat, adzan berkumandang memanggil setiap insan untuk sejenak meluangkan waktu bergegas ke mesjid untuk tujuan yang sama. Yakni, menyambut panggilan Ilahi shalat berjamaah di mesjid.

Tua muda, anak-anak kecil dan remaja bahkan ada yang sudah tua renta dengan bantuan tongkat melangkah dengan tubuh yang sudah bungkuk. Usia lanjut tidak menghalangi niat dan langkah kaki mereka untuk datang ke mesjid. Bahkan, di waktu malam setelah shalat Isya, dengan penerangan obor di tangan mereka melangkah pulang ke rumah masing-masing.

Demikian pula di waktu Subuh, mereka kembali datang ke mesjid dengan hanya sebuah obor sebagai penerang saat menelusuri jalan-jalan yang gelap. Itulah sedikit dari sebuah pengalaman hidup di saat menjalani kehidupan di masa lampau yang berkaitan dengan ghairat shalat berjamaah di mesjid.

Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala menyampaikan bahwa orang-orang berimanlah yang akan selalu memakmurkan mesjid. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah, Hari Kemudian, dan yang mendirikan shalat, membayar zakat, dan ia tidak takut kecuali kepada Allah, maka mudah-mudahan mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” [QS. At-Taubah 9: 18]

Teringat pula Hadhrat Rasulullah saw. begitu mencintai shalat berjamaah di mesjid sehingga beliau tetap datang ke masjid dengan dipapah sahabat karena sedang sakit. Beliau bersusah payah melangkah ke mesjid semata-mata untuk menunaikan shalat berjamaah. Hadhrat Rasulullah saw. tidak memberikan keringanan untuk meninggalkan shalat berjama’ah bagi orang yang buta dan tidak ada orang yang menuntunnya ke masjid.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Seorang laki-laki yang buta mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , lalu berkata, ‘Wahai Rasûlullâh! Sungguh, aku tidak memiliki orang yang mau mengantarkanku menuju masjid.’ Maka ia meminta keringanan kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk shalat di rumahnya, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan keringanan baginya.

Namun, ketika ia telah beranjak, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya dan berkata, ‘Apakah engkau mendengar suara panggilan untuk shalat (adzan)?’ Ia menjawab, ‘Ya.’ Maka Beliau bersabda, ‘Kalau begitu penuhilah panggilan itu.’” [HR. Muslim]

Mesjid adalah sebuah tempat yang paling dicintai Allah Ta’ala di muka bumi ini. Meringankan langkah kaki kita melangkah ke mesjid untuk shalat berjamaah adalah sebuah keharusan bagi kita. Jarak antara rumah kita dengan mesjid bukanlah sebuah penghalang untuk kita melangkah ke mesjid. Yang penting selalu ada niat dalam hati serta kerinduan untuk selalu hadir di dalam mesjid.

Di balik segala kesibukan dunia, menjadi sebuah jihad kita untuk bisa datang ke mesjid semata-mata untuk memakmurkan mesjid yang kita cintai. Tugas memakmurkan mesjid tidak hanya untuk kaum lelaki saja, tetapi juga kita sebagai kaum wanita. Indah terlihat mana kala kita sekeluarga berangkat bersama ke mesjid untuk menunaikan shalat berjamaah. Mari kita selalu memakmurkan mesjid kita sebagai bagian dari jihad kita di masa kini.

Visits: 57

Euis Hermawati

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories