MENCINTAI KARENA ALLAH

Bicara tentang cinta adalah sesuatu yang pastinya akan membawa kedamaian dalam hati maupun pikiran. Hidup tanpa cinta diibaratkan bagai makanan tanpa rasa, hambar dan tak bermakna apa-apa.

Cinta secara umum memiliki arti yang sangat luas, bukan hanya berhubungan dengan perasaan seseorang kepada orang lain. Dan cinta kepada sesama manusia inilah yang cenderung selalu diperlakukan secara berlebih-lebihan dan terkadang bisa membuat seseorang kehilangan akal untuk meraihnya.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah S.A.W. memberikan nasehatnya. Beliau bersabda, “Cintailah kekasihmu (secara) sedang-sedang saja, siapa tahu di suatu hari nanti dia akan menjadi musuhmu; dan bencilah orang yang engkau benci (secara) biasa-biasa saja, siapa tahu pada suatu hari nanti dia akan menjadi kecintaanmu.” (HR. Imam Turmudzi)

Tidak patut rasanya jika mencintai sesama hamba Allah Ta’ala melebihi cinta kepada Dia yang telah menciptakan hamba itu sendiri. Cinta yang sesungguhnya seharusnya kita limpahkan hanya kepada Sang Pencipta itu sendiri. Terlebih bila seseorang mencintai sesama hamba yang tidak memiliki rasa cinta kepada Allah.

Bagi orang yang tidak ada kecintaan kepada Allah maka dia akan dengan mudahnya meninggalkan Allah Ta’ala dan sangat mungkin bila dia pun akan dengan mudah meninggalkan kita. Jadi seorang yang seperti itu tidak layak untuk diberikan cinta yang tulus.

Imam Syafi’i dalam sebuah nasehatnya berkata: “Jangan mencintai orang yang tidak mencintai Allah. Jika mereka bisa meninggalkan Allah, maka mereka juga akan meninggalkanmu.” Nasehat Imam Syafi’i ini bisa kita jadikan pegangan.

Mencintai orang yang mencintai Allah maka dia akan mengajak kita semakin dekat dengan Allah. Sebaliknya, mencintai orang yang hanya mencintai kita dan tidak menuntun kita meraih cinta Allah Ta’ala maka akan banyak kekecewaan yang kita rasakan.

Dan pada kenyataannya banyak sekali umat muslim yang sudah jauh dari perilaku yang dicontohkan oleh baginda Nabi S.A.W. Umat muslim banyak yang mengatasnamakan cinta melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat.

Sebagai contoh ketika menginginkan seseorang dan keinginannya tidak disambut oleh orang yang disukainya maka hal bodoh pun berani dilakukan seperti menggunakan ‘guna-guna’. Padahal jalan pintas itu hanya akan menimbulkan kesukaan sesaat saja. Dan bisa jadi cinta tak didapat namun murka Allah yang datang karena perilaku syirik yang diperbuat.

Dalam menjalin sebuah hubungan cinta dengan sesama yang paling dikedepankan harusnya rasa takut kepada Allah supaya saling menumbuhkan dalam diri kedekatan satu sama lain dan juga kedekatan dengan Allah Ta’ala.

Hanya dengan jalan mengajak pada ketakwaan kepada Allah Ta’ala yang akan membawa kedekatan dan kecintaan kepada Allah Ta’ala, sehingga Habluminallah dan Habluminannas akan tercipta secara selaras dan seimbang dalam kehidupan ini.

Visits: 239

Rauhun Thayibah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *