Nabi Musa pun Bertutur Lemah-Lembut Kepada Fir’aun

Baru sekarang kita merasakan iklim perpolitikan di negeri begitu panasnya. Pilkada DKI 2017 menjadi alasan seseorang memutuskan hubungan persahabatan dengan temannya karena berbeda pilihan politiknya.

Menjelang Pilpres 2019, sudah tak terhitung lagi ujaran-ujaran kebencian di media sosial. Orang-orang merasa bebas menghujat siapapun. Mereka kini punya kegemaran baru, menyebut seisi kebun binatang di tempat-tempat dimana pilihan politik mereka terganggu.

Jangan dulu bicara agama. Jangan dulu bicara ajaran Islam. Berbicara jati diri bangsa saja, dimana kita dikenal sebagai bangsa timur yang menjunjung tinggi nilai sopan santun, kita seperti tak kenal siapa kita.

Kita seperti lupa dengan sejarah kita sendiri. Lupa dengan watak turun menurun yang diwariskan leluhur kita dulu. Dulu sekali, sebelum kita memulangkan segalanya kepada agama.

Saya pernah mendapatkan sebuah wasiat yang amat menyejukkan dari seorang. Wasiat ini biasa diwariskan oleh orang tua dulu kepada anak-cucunya dalam masyarakat Sunda.

Wasiat ini merupakan prinsip dasar Siliwangi, yaitu silih asah, silih asih, silih asuh.

Secara bahasa, kata silih dalam bahasa Sunda berarti “saling”. Sehingga, maksud dari silih asah (mengasah alias menajamkan) adalah saling mengasah akal, karsa dan pengetahuan.

Lalu, maksud dari silih asih adalah saling mengasihi. Dan silih asuh adalah saling mengasuh atau merawat.

Leluhur orang Sunda mewariskan prinsip dasar Siliwangi ini supaya dimanapun anak-cucunya hidup, tiga prinsip inilah yang harus diamalkan.

Tak ada yang berbeda, apalagi bertentangan prinsip dasar Siliwangi ini dengan ajaran Islam. Islam memerintahkan kepada umatnya agar menuntut ilmu sampai akhir hayat. Agar tidak mudah dibodohi. Agar tidak bersumbu pendek karena informasi yang tidak diasah, dipilah-pilah dulu.

Islam juga mengajarkan untuk saling mengasihi, bahkan di antara sesama manusia. Apalagi sesama umat Islam yang diibaratkan seperti satu tubuh.

Dan Islam mengajarkan juga untuk saling mengasuh dan merawat. Kehadiran seorang guru, ulama juga tokoh masyarakat bertujuan agar mereka dapat menuntun masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.

Saya ingin bercerita sedikit. Pagi ini saya membaca beberapa ayat Al-Quran dalam Surah Tha-Ha beserta arti juga tafsir singkatnya.

Dari ayat ke-40 hingga beberapa ayat setelahnya, semua ini menceritakan perihal Nabi Musa as. Saat dengan kasih Tuhan, Musa telah diselamatkan dari pembunuhan masal anak laki-laki yang dilakukan Fir’aun.

Bahkan, Tuhan mempunyai rencana tak terduga. Musa dibesarkan di tengah-tengah orang yang menyebut dirinya sebagai tuhan. Makhluk yang paling sombong, angkuh, dan zalim. Tapi ia telah membesarkan seorang anak yang kelak akan menjadi penyebab kebinasaannya.

Ada satu ayat yang membuat saya tergelitik. Ayatnya berbunyi, “Faqula lahu qaulal layyinal la’allahu yatadzakkaru au yakhsya.”

Yang artinya, “Maka hendaklah kamu berdua katakan kepadanya perkataan lemah-lembut supaya ia mendapat nasihat atau takut.”

Saya heran dan bertanya-tanya, mengapa Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk bertutur lemah-lembut kepada Fir’aun, dimana ia telah mendakwakan dirinya sebagai Tuhan.

Kekejian apa yang tidak dilakukan Fir’aun? Apa yang lebih keji dari pendakwaan diri sebagai Tuhan?

Tapi Tuhan malah menyuruh Musa dan Harun untuk memperlakukan raja zalim ini dengan lemah-lembut.

Artinya apa?

Artinya adalah tugas manusia dalam menghadapi kezaliman, keburukan dan kejahatan adalah memulainya dengan bertutur lemah-lembut. Supaya itu bisa menjadi nasihat, bisa juga menjadi rasa takut kepada Tuhan.

Urusan azab dan laknat adalah urusan Tuhan. Manusia hanya berupaya dengan amalan juga lisan dapat menjadi sarana perbaikan dan perubahan diri. Selebihnya, biar Allah Ta’ala yang bekerja.

Ah… Jika setiap orang di negeri ini bisa menyelami dan mengamalkan kisah Nabi Musa dan Nabi Harun ini. Alangkah indahnya negeriku.

Visits: 289

Writer | Website

Sab neki ki jarh taqwa he, agar yeh jarh rahi sab kuch raha ~ Akar dari semua kebaikan adalah takwa, jika ini ada maka semua ada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *