
BATU BESAR ITU BERGESER BERKAT DOA
Kisah ini mungkin merupakan kenangan terindah masa kecilku dengan ayah tercinta. Di suatu masa, ayahku seorang mubaligh yang bertugas di wilayah Cianjur dan sekitarnya. Kini, ayah telah berpulang ke Rahmatullah.
Segala kisah yang beliau ceritakan masih teringat di benakku. Menjadi inspirasi bagiku untuk selalu ikhlas dan penuh semangat dalam berkhidmat kepada Jemaat Ilahi. Aku diajarkan untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala di setiap saat.
Ada satu momen yang ingin aku kisahkan tentang ayah. Kala itu, jadwal ayah bertugas di cabang Panyairan. Sebuah desa yang pemandangannya sangat asri. Dikelilingi gunung yang berkabut.
Udara di desa tersebut sangat dingin karena matahari baru memancarkan sinar hangatnya sekitar pukul 11 siang setiap harinya. Dari pagi sampai jam 10 siang masih terhalang oleh kabut dari gunung Beser.
Pagi-pagi sekali ayahku berangkat menuju cabang Panyairan. Beliau berniat mengunjungi anggota di sana dan sekaligus melaksanakan pertablighan di sepanjang perjalanan yang beliau lewati.
Perjalanan dari cabang Ciparay ke cabang Panyairan dilewati dengan berjalan kaki. Naik turun gunung dan pesawahan yang begitu luas dan sangat asri pemandangannya.
Saat itu akses yang menghubungkan antara cabang Ciparay dan cabang Panyairan masih rusak dan jalannya berbatu-batu. Kendaraan pun masih agak sulit. Hanya ojeg yang ada pada waktu itu.
Tetapi karena ayahku ingin menempuh perjalanan sekaligus bersilaturahmi dan bertabligh dengan warga masyarakat di daerah tersebut maka beliau sangat senang berjalan kaki.
Sampailah perjalanan ayahku di perbatasan desa Panyairan dan Cicakra. Di tempat tersebut beliau melihat ada kerumunan orang yang ramai sekali.
Banyak petugas pembangkit listrik yang terlihat di tempat itu. Kendaraan buldoser pun terlihat di tempat tersebut. Terlihat sebuah aluran sungai yang panjang dan airnya sangat deras.
Akhirnya. Karena ayah penasaran, beliau pun bertanya kepada salah seorang warga, “Ada apa kok ini sangat ramai sekali?”.
Ia menjawab, “Sedang ada pembuatan irigasi untuk pembangkit listrik, Pak. Sekarang ada masalah karena di aliran hulu sungai tersebut ada sebuah batu yang sangat besar. Itu menghalangi aliran air sungai dan sudah 3 hari batu itu tidak bisa bergeser. Walau pun sudah menggunakan alat berat seperti beko dan buldoser. Kami juga warga di sini sudah berusaha gotong royong untuk mendorong batu besar itu, namun tidak dapat bergeser sedikit pun.”
“Oh begitu,” kata ayah. “Coba ayo semua berkumpul. Kita berdoa bersama. Mudah-mudahan Allah Ta’ala dapat memberikan pertolongan kepada kita!”
Warga sempat saling lirik ketika mendengar saran ayah. Mungkin, pikir mereka, teknologi sudah secanggih gini, apa yang bisa diperbuat oleh doa?
Tapi, akhirnya semua warga di tempat itu menuruti ajakan ayahku untuk berdoa bersama yang dipimpin oleh beliau.
Semua warga tersebut dengan khusyu berdoa dan mengamini doa yang diucapkan ayah. Setelah doa selesai dipanjatkan, ayah mengajak semua warga disitu untuk menempelkan tangannya ke batu besar tersebut sambil mengucapkan “Bismillahirahmanirrahim lahaula walaquwata illa billah”. Ayah menempelkan tangannya ke batu itu.
Belum juga mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong batu itu dan baru hanya menempelkan tangannya saja. Degup jantung mereka mulai terpacu saat mulai mendorong batu dengan tangannya.
Subhanallah… Allahu Akbar… batu besar tersebut bergeser dan langsung jatuh ke hilir sungai. Seolah ada kekuatan di luar kemampuan manusia yang membantu mendorong batu itu.
Sontak saja warga di tempat tersebut mengucapkan Alhamdulilah karena batu sudah bergeser dan tidak menghalangi aluran air yang akan di buat irigasi. Aparat di tempat tersebut dan petugas yang sedang mengerjakan proyek lantas mengucapkan terimakasih kepada Ayah.
Dengan perasaan yang terheran-heran petugas bertanya kepada ayah, “Maaf, Bapak manusia atau malaikat? Kok Bapak bisa menggeser batu ini sedangkan alat berat pun tidak bisa menggerakannya.”
Ayahku hanya tersenyum mendengar pertanyaan petugas tersebut. Sambil menjawab santai, ayah berujar, “Hanya Allah lah yang dapat menolong kita dalam berbagai permasalahan. Yang dianggap manusia tidak mungkin akan tetapi apabila Allah sudah berkehendak maka terjadilah. Kun fayakun.”
Setelah itu ayah berpamitan kepada warga di tempat itu. Mereka satu persatu bersalaman dan mengucapkan terimakasih kepada Ayah. Sebagai tanda terima kasihnya mereka memberikan hadiah sebungkus rokok pada ayah.
Tentu ayah menolak dengan halus, “Mohon maaf saya tidak merokok, silakan bagikan saja rokoknya pada warga yang sudah membantu.”
Ayah berlalu sambil mengucapkan salam kepada warga di tempat tersebut.
Ayahku mendengar celotehan dari beberapa warga yang merasa heran dengan kehadiran ayah di tempat itu. “Orang itu manusia apa malaikat ya? Kok bisa ya menggeser batu sebesar itu.”
Terdengar pula oleh ayah ada salah seorang yang berceloteh,” Oh..saya kenal orang itu. Dia ustadnya Ahmadiyah.” Serentak warga di sana mengucapkan, “Oohhh….”
Ayah pun berlalu membiarkan mereka membicarakan tentang dirinya.
.
.
.
editor: Muhammad Nurdin
Visits: 206
Masya Allah… Berkat kekuatan doa yang luar biasa dahsyatnya👍👍
Masya Allah Luar biasa kemakbulan Doa nya
MasyaAllah.. semoga kita bisa mengikuti teladan ketaqwaan yg telah ditunjukkan oleh pendahulu2 kita.
Mengharukan & menakjubkan sekali kisah beliau.
Masya Allah, ketika Allah berkehendak mengabulkan doa seseorang . Kun fayakun.