Berbuat Adil Dimulai dari Berpikir Adil

Adil merupakan salah satu perbuatan terpuji yang harus dilakukan oleh manusia. Allah SWT. sendiri telah memerintahkan manusia agar berbuat adil sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Quran, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil dan berbuat kebajikan.” [1]

Adil berarti bahwa seseorang harus memperlakukan orang lain “sama” seperti seseorang itu telah diperlakukan. Namun, apakah adil itu harus selalu berarti “sama?” Di sinilah manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT. yang telah dianugerahi akal dan pikiran harus mempergunakannya dengan sebaik mungkin.

Pramoedya Ananta Toer, seorang penulis yang termasyhur di Indonesia pernah menyampaikan sebuah kutipan bijak di dalam bukunya, “Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” 

Kutipan tersebut telah menimbulkan sebuah pertanyaan. Mengapa seorang manusia apalagi mereka yang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikirannya? Karena dari dalam pikiran seorang manusialah sebenarnya semua perbuatan yang adil itu bermula. Perbuatan manusia merupakan cerminan dari pikirannya tidak terkecuali dalam berbuat adil.

Bagaimana bisa seorang manusia akan berbuat adil jikalau pikirannya saja tidak bisa berbuat adil? Di zaman ini, sebagian besar manusia tengah sibuk berlomba-lomba dalam mencintai dunia, sehingga berbuat adil sering kali menjadi perbuatan yang cukup sulit untuk dilakukan.

Amatilah bagaimana orang-orang yang menjadi pemimpin di zaman ini, apakah mereka orang-orang bodoh? Tentu saja tidak, mereka adalah orang-orang yang terpelajar, namun bila diamati dari kebijakan-kebijakan yang mereka buat, rasa-rasanya masih banyak kebijakan yang tidak berpacu pada keadilan bagi seluruh rakyat yang dipimpinnya.

Berkenaan dengan berbuat adil sejak dalam pikiran, Hadhrat Masih Mau’ud as. pun pernah bersabda, “Suatu perbuatan dapat dikatakan berakhlak apabila perbuatan tersebut dilakukan pada waktu dan keadaan yang tepat.” [2] Dan pikiran manusialah yang akan mempertimbangkan apakah suatu perbuatan itu harus dilakukan atau tidak.

Berpikir adil hingga berbuat adil telah dicontohkan sendiri oleh Hadhrat Rasulullah saw. Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Al-Hudud bahwa saat itu ada kejadian yang begitu menggemparkan, yakni seorang perempuan bangsawan telah terbukti mencuri. Jika perempuan bangsawan itu dihukum, maka keluarganya yang dinilai terhormat itu akan menjadi terhina. 

Beberapa orang ingin Hadhrat Rasulullah saw. membebaskannya dari hukuman, namun orang-orang itu tidak berani mendesak Hadhrat Rasulullah saw. Kemudian mereka mengutus Usama untuk menyampaikannya kepada Hadhrat Rasulullah saw.

Namun, Hadhrat Rasulullah saw. bersabda, “Kamu sebaiknya menolak perintah itu. Banyak bangsa yang celaka karena mengistimewakan orang-orang yang mempunyai kedudukan yang tinggi, namun berlaku kejam kepada rakyat jelata. Ajaran Islam tidak akan mengizinkan perbuatan itu dan aku pun sekali-kali tidak akan mengizinkan.”

Hadhrat Rasulullah saw. melanjutkan ucapannya, “Sesungguhnya, jika Fatimah, anakku sendiri melakukan kejahatan, maka aku tidak akan segan-segan menjatuhkan hukuman kepadanya dengan adil.” [3]

MasyaAllah! Dari kisah tersebut dapat kita ambil hikmahnya bahwa Hadhrat Rasulullah saw. sebagai seorang pemimpin telah berpikir adil dan berbuat adil. Beliau memutuskan untuk tetap menjatuhkan hukuman, walau yang beliau hadapi adalah seorang bangsawan yang memiliki kedudukan terhormat.

Sungguh nyata bahwa saat ini banyak bangsa yang rusak akibat dari orang-orang terpelajar yang tidak bisa berbuat adil sejak dalam pikirannya. Sehingga sebagai umat Muslim, kita patut meneladani kepemimpinan Hadhrat Rasulullah saw. dalam berpikir dan berbuat adil.

 

Referensi:

[1] QS. An-Nahl 16: 90

[2] Filsafat Ajaran Islam, hal. 32

[3] Riwayat Rasulullah saw., hal. 249-250

Visits: 32

Laesa Nurul Kautsar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *