Hakikat Rizki di Balik Kehilanganmu

“Warisan yang kau tinggal

Petuah sederhana 

Aku catat dalam jiwa 

dan coba ku jalankan.” 

Bait indah gubahan seorang musisi legendaris tanah air ini menghiasi goresan pena di album foto kenanganku bersama Bapak. Sebuah keniscayaan yang tak bisa ditolak jika kebanyakan orang berpikir bahwa rizki hanya berupa harta benda atau warisan dalam bentuk kekayaan. Meskipun sejatinya Allah memberi kita rizki dalam beragam bentuk. Kesehatan, waktu luang, ketentraman hati bahkan sakit yang kita alami pun merupakan rizki dari Allah yang harus kita syukuri, karena mungkin dengan rasa sakit itu kita mendapatkan karunia untuk lebih dekat pada Wujud-Nya dan menguatkan keyakinan kita akan ke Maha Kuasa-an -Nya. 

“Bapak harus di rujuk ke RS yang lebih besar, karena peralatan di RSUD tidak memadai untuk bisa mendeteksi secara mendalam penyakit Bapak,” lirih suara kakakku dari seberang gawai yang aku pegang. Sesaat tubuhku terasa melunglai tak berdaya. Pikiranku berkecamuk, “Ya Allah jika ini memang jalan yang Engkau Ridhai untuk kebaikan orangtua kami, maka kami percaya sepenuhnya akan Kuasa-Mu, mudahkanlah langkah kami ya Allah,” bisik nuraniku menaruh harap penuh pada Dia-Pemilik Segala Sesuatu. 

Bapak, sosok yang tak pernah khawatir akan kekurangan meski harus berbagi di saat-saat membutuhkan. Sosok yang selalu siap sedia menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengkhidmatan bagi urusan agama. Sosok yang tak pernah mengeluh atas rizki yang tak pernah diperoleh lebih banyak dari orang lain, yang selalu menerima dengan lapang dada segala keadaan dan kesederhanaan hidup. 

Takdir membawa kami dan Bapak untuk berjuang melawan penyakitnya hingga ke RS besar di Ibu Kota Provinsi. Segala kemudahan datang silih berganti tanpa putus. Seperti air yang mengalir tanpa hambatan. Doa dan berbagai bantuan dari saudara, kerabat dan sahabat menguatkan langkah kami untuk mendampingi Bapak menjalani perawatan di RS Ibu Kota yang secara geografis letaknya cukup jauh dari keluarga, meskipun akhirnya beliau harus tetap berpulang sesuai ketentuan takdir Yang Maha Kuasa. 

Banyak hikmah berhargat yang bisa kami petik dari kehidupan Almarhum. Bagi beliau, rizki bukan hanya sekedar materi dan harta benda, namun setiap bentuk  nikmat yang Allah karuniakan kepada hamba-Nya adalah rizki yang harus disyukuri. 

Dalam kondisi setengah sadar menahan sakit yang beliau rasakan, beliau masih bertanya tentang beberapa tugas yang biasa beliau kerjakan: Tahrik Jadid sudah, Waqfi Jadid sudah, apa lagi yang belum? Candah sudah dibayarkan? Yang menyimak MKH di kantor apa sudah disiapkan jamuannya? Tamu yang akan berangkat Syuro sudah disiapkan makannya?

Padahal kondisi beliau saat itupun sedang tidak stabil menahan sakit. Hingga di saat-saat terakhir masa hidupnya, Bapak masih terus menginfakkan rizki yang beliau terima baik berupa harta, waktu, pikiran dan tenaga, dengan berupaya memberikan pengkhidmatan terbaik sebagai pengemban amanah yang Jemaat percayakan kepada beliau. Hal inilah yang atas izin Allah telah membuka berbagai jalan kemudahan bagi Bapak dan kami dalam menghadapi masa-masa terberat melepas kepergian beliau kembali kepada Sang Pencipta. 

Di balik rasa kehilangan sosok hangat beliau, kami merasakan sebuah refleksi indah ungkapan yang disampaikan oleh Imam Malik, “Rizki itu telah dibagi, tidak akan bertambah atau berkurang. Rizki itu disebut bertambah jika pemiliknya memperoleh kemudahan dari Allah untuk menginfakkannya dalam ketaatan.” Semoga Allah dengan sifat Kasih Sayangnya menerima segala amal ibadah, pengorbanan dan pengkhidmatan orangtua kami, serta menempatkan beliau pada tempat terbaik yang Dia Ridhai.

 

 

Visits: 410

Aisyah Begum

1 thought on “Hakikat Rizki di Balik Kehilanganmu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *