Hoaks Merupakan Dusta Yang Sangat Mengerikan

Zaman now sebuah zaman dimana kita dapat menyaksikan perkembangan dunia ini yang sangat luar biasa, masalah ilmu Agama-Sosial-Politik dll, tentang pengobatan, resep menu makanan, apapun yang kita mau, alam ini seperti ada dalam genggaman tangan kita, tinggal gerakkan jari-jari otomatis informasi dan berita begitu cepatnya tersebar, berita dipelosok dunia sekalipun dalam waktu hitungan detik telinga kita bisa mendengar dan mata kita dapat menyaksikan melalui online  apa yang terjadi.

Semua ini adalah Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat. Melalui IT ini informasi telah menjadi sarana penting dan senjata andalan zaman now. Kehadiran media sosial (Medsos) sebuah media online, Blog, WordPress, Wiki, Forum dan Jejaring sosial. Zaman now dimana teknologi internet dan mobile phone makin maju maka Medsos pun tumbuh dengan pesatnya, hanya dengan mobile di tangan kita maka dimana saja dan kapan saja kita dapat mengakses dengan mudah dan cepat  melalui Whatsapp, Twitter, Facebook,  instagram, dan lainnya. . .

Dari  sarana – sarana ini, dua informasi/berita diterima oleh masyarakat dengan mudah dan cepat, apakah itu berita hak (benar) atau berita hoaks. Berita Hak adalah Informasi yang akurat dan benar adanya. Berita Hoaks adalah informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah – olah benar adanya. HOAKS sama dengan berita PALSU, berita BOHONG, berita DUSTA.

Di Negara kita – Indonesia, akhir-akhir ini Hoaks menjadi perbincangan ditengah masyarat Elit dan Alit, bisa dikatakan sebagai ancaman yang serius, karena aura negatif yang disebarkan akan merusak moral atau keamanan masyarakat dan Negara.

Islam yang telah didirikan oleh Nabi Muhammad saw dan bagi seseorang yang telah mengorbankan jiwanya untuk agama, mengajarkan kepada setiap orang untuk menjalankan zaki nafs  (jiwa  yang suci), Hoaks sangat bertentangan dengan ruh Zaki Nafs, karena Hoaks menciptakan insan menjalani hidup munafik.

Barangsiapa menjalani hidup munafik maka mereka akhirnya akan dipenggal (dipisahkan) dari Islam ini.  Ingatlah, ini merupakan janji Allah Ta’ala, bahwa yang kotor tidak dapat berkumpul dengan yang bersih, Insan tidak akan suci selama belum meninggalkan dusta.

Maka siapapun yang melakukan Hoaks, masih ada waktu untuk melakukan perbaikan pada diri masing-masing. “Al Quran mengatakan : Qad aflaha man zakkāha. Yaitu, dia yang mensucikan dirinya memperoleh  kesuksesan. Dan pensucian diri menuntut seseorang untuk terus bergaul dengan orang-orang yang baik dan dekat dengan orang-orang yang suci, hal itu sangat menolong.

Setiap orang harus meninggalkan dusta dan perbuatan buruk. Dia yang berjalan pada jalan itu harus dituntun pada petunjuk yang benar. Orang itu juga harus berangsur-angsur terus menyingkirkan kelemahan-kelemahannya. Sebab sebagaimana sebuah tulisan tidak mungkin sempurna tanpa diperiksa berulang-ulang, demikian juga moral pun tidak dapat sempurna kecuali orang itu terus menyingkirkan kelemahan-kelemahan, membuang jauh-jauh Hoaks dalam dirinya.

Insan adalah semacam hewan yang dia hanya dapat tetap di jalan yang benar jika dia terus mensucikan dirinya setiap waktu.  Jika hal-hal itu tidak dilakukan, dia dapat menyimpang kapan saja.”

Hoaks salah satu perbuatan insan yang merugikan. Ingatlah, Qolbu insan merupakan tamsil (cerminan) rumah Allah, dan rumah Allah tidak dapat menyatu di satu tempat dengan rumah insan. Selama manusia secara penuh belum membersihkan Qolbunya, maka selama itu pula hubungan dengan Allah Ta’ala tidak akan dapat terbentuk. Hoaks merupakan dusta yang sangat mengerikan sebab akan menjerumuskan insan dalam kehancuran dan kegagalan.

Sehingga Rasulullah saw telah bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ غَشَّنَا

Bukanlah dari kami (orang Islam), siapa  yang  suka  menipu (Hoaks)“.

Untuk sesaat dan untuk sementara waktu mungkin saja Insan mendapatkan manfaat dari Hoaks alias dustanya, Namun pada hakikatnya dengan melakukan kedustaan Qolbu insan menjadi gelap dan dari dalam digerogoti. Demi satu kedustaan dia terpaksa mengarang banyak sekali kedustaan lainnya. Sebab dia harus membalut kedustaan itu dengan warna kebenaran.

Demikianlah dari dalam potensi-potensi akhlak dan ruhaninya menjadi rubuh. Sampai-sampai dia menjadi demikian berani dan nekadnya sehingga diapun berdusta kepada Allah swt, kepada Utusan Allah swt dan berdusta kepada insan lainnya. Akhirnya disii Allah swt dia menjadi orang yang aniaya dan pada pandangan insan ia menjadi orang yang tidak layak didengar.

Mari kita simak firman Allah Swt, yakni ;

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللّهِ كَذِباً أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang mengada-ada kedustaan terhadap Allah swt atau mendustakan Tanda-tanda-Nya ? Sesungguhnya orang-orang aniaya itu tidak akan berhasil” {QS. Al-An’am, 6 : 22}.

Jadi siapakah yang dapat lebih aniaya dari orang yang mengadakan dusta dan kebohongan atas nama Allah swt. Ingatlah baik-baik dusta adalah sebuah petaka sangat buruk yang membinasakan Insan.

Dampak berbahaya dari kedustaan apa lagi, kecuali manusia tersebut menjadi layak menerima hukuman atas sikap mendustakan  para Rasul Alah Ta’ala dan Ayat-ayat-Nya (Tanda-tanda-Nya)? Oleh karena itu mutlak bagi kita supaya menerapkan sifat Shiddiq (jujur/benar).

Tertera di dalam riwayat tentang Hadhrat Sayid Abdul Qadir Jailani, bahwa ketika beliau berangkat dari rumah untuk menuntut ilmu, ibu  beliau menjahitkan 80 uang emas di lipatan kain baju beliau di bawah ketiak, lalu menasihati beliau, “Anakku, sekali-kali engkau jangan berdusta.”

Ketika Hadhrat Sayyid Abdul Qadir Jailani berangkat, pertama-tama beliau melewati sebuah hutan belantara tempat persembunyian gerombolan  pencuri dan penyamun, Di sana beliau berjumpa dengan gerombolan penyamun, mereka menangkap beliau dan menanyakan apa yang ada pada beliau.

Beliau melihat bahwa pada tahap pertama saja sudah dihadang oleh cobaan, maka beliau ingat akan nasihat ibu beliau, dan langsung menjawab, “Pada saya terdapat 80 keping uang emas, yang dijahitkan oleh ibu di baju saya.” Mendengar hal itu penyamun tersebut sangat heran, “Apa pula yang diucapkan faqir ini?  Belum pernah kami menemukan orang jujur seperti  ini.” Lalu mereka menangkap beliau dan membawa beliau kepada pemimpin mereka sambil menceritakan hal itu.

Ketika kepala penyamun  itu bertanya lagi kepada beliau, tetap saja beliau membeberkan jawaban yang sama. Akhirnya ketika jahitan di baju beliau itu dibuka, ternyata benar ada 80 keping uang emas. Mereka semua menjadi heran. Kepala penyamun itu menanyakan kenapa berbuat demikian?

Maka beliau pun menjelaskan tentang nasihat ibu beliau dan mengatakan, “Saya berangkat dari rumah untuk menuntut ilmu agama. Jika pada tahap pertama saja sudah berkata dusta, maka apalah yang dapat saya raih?  Oleh karena itu saya tidak meninggalkan kejujuran.”

Ketika beliau menjelaskan hal tersebut lalu kepala penyamun itu menangis meraung-raung dan menjatuhkan diri di telapak kaki beliau, dan dia bertaubat atas segala dosanya terdahulu. Diriwayatkan bahwa orang itulah yang menjadi murid pertama beliau.

Ringkasnya, lawan dari Hoaks yakni kejujuran (kebenaran) adalah sesuatu yang menyelamatkan manusia dari keadaan yang paling sulit sekalipun.

Jadi, seberapa banyak manusia menerapkan kejujuran (kebenaran) dan mencintai hal itu, maka sebanyak itu pulalah dalam Qolbunya (hatinya) timbul kalām (percakapan) Allah Ta’ala dan kecintaan terhadap para nabi serta makrifat, sebab itu merupakan suri-teladan dan sumber mata air segenap orang jujur (shiddiq).

Dan perintah,  “Kūnū ma’ash-shādiqīn – (bergaullah dengan orang-orang yang  jujur/benar” – At-Taubah, 119) adalah atas dasar prinsip tersebut.

Yang lebih mengerikan lagi adalah Hoaks alias Berdusta sama dengan membunuh. Dalam urusan-urusan dunia pun duniapun orang-orang betapa banyak melakukan penyelidikan dan penelaahan. Pada hakikatnya orang yang tergesa-gesa membentuk suatu pendapat, dia juga menjerumuskan orang lain ke dalam cobaan.

Jadi, mengungkapkan pendapat yang berlawanan dengan kenyataan yang sebenarnya sama dengan membunuh. Banyak sekali hal yang semakin dalam disimak oleh insan maka tampak semakin bagus hasilnya.

Bahkan “Tidak ada pekerjaan terkutuk lain seperti dusta, dan khususnya dusta yang berkaitan dengan harga diri serta kehormatan dan sebagainya.”

Dahsyatnya Al-Quran Karim juga telah menyatakan dusta itu sebagai najis dan rijsun.

Sebagaimana Allah swt berfirman :

فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ

Maka jauhilah kenajisan berhala, dan jauhilah ucapan-ucapan dusta.” {QS. Al Hajj, 22 : 31).

Lihatlah, di sini dusta disebandingkan dengan berhala. Dan pada hakikatnya dusta pun merupakan berhala juga. Jika tidak, mengapa [pendusta] meninggalkan kebenaran lalu beralih ke sisi lain ? Sebagaimana dalam berhala itu tidak ada hakikat apapun, demikian pula dalam dustapun tidak ada yang lain kecuali kepalsuan.

Kepercayaan terhadap pendusta menjadi runtuh sedemikian rupa, sehingga kalau pun dia berkata benar tetap saja dianggap dalam ucapannya masih terdapat campuran dusta. Jika para pendusta itu ingin supaya dusta mereka berkurang, tidak dapat mereka kurangi dengan cepat. Mereka harus kerja-keras untuk jangka masa yang panjang, barulah mereka akan terbiasa berkata benar.”

Insan yang awam maupun insan yang ‘alim banyak menganggap sepele masalah Hoaks, sehingga menjadi kebiasaan yang membudaya, yang seolah-olah sulit ditinggalkan. Yang lebih parah lagi adalah kebiasaan dusta ini tidak dipedulikan lagi walaupun besar terhadap bahaya yang ditimbulkan. Padahal urusan dusta adalah termasuk hal yang berbahaya, menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam neraka.

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda”Sesungguhnya dusta itu menuntun kepada kekejian dan kekejian itu menuntun ke dalam neraka. Tidak henti-hentinya seseorang itu berdusta dan membiasakan diri dalam dusta, sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” {muttafaqun ‘alaih}.

Dari gambaran tadi jelas Hoaks merupakan dusta yang mengerikan dimana dusta mempunyai beberapa pengaruh buruk, yang seandainya hal ini disadari oleh para pendusta pasti mereka akan meninggalkan kebiasaan dustanya dan akan kembali bertaubat kepada Allah swt.

Dusta adalah sesuatu yang akhirnya suatu hari manusia jadi letih dan bosan terhadapnya. Namun jika Allah swt memberikan taufik maka insan barulah bertobat. Jika tidak, dia akan mati  dalam keadaan seperti itu, sebagai penyebar Hoaks, sungguh Hoaks merupakan dusta yang sangat mengerikan.

Hits: 28

Mubarak Achmad. Penulis, Pengajar, Muballigh.
Akar segala sesuatu adalah takwa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Categories