Media Sosial Membawaku Kembali ke Pangkuan Ahmadiyah

Saya Nisa. Saya seorang Ahmadi. Ya saya memang seorang Ahmadi. Tapi dulu, itu adalah sebuah ironi.

Sebab, saya tahu saya seorang Ahmadi pun ketika saya duduk di bangku SMP. Meski tahu, untuk apa? Saya merasa itu tak penting.

Saya menapaki jalan hidup yang amat kelam. Jangan tanya soal pakaian dan pergaulan. Mungkin saya sangat malu untuk sekedar mengingatnya, apalagi menuliskannya disini.

Tahun 2015 saya putuskan untuk hijrah. Untuk memakai pakaian yang lebih tertutup. Dan. Saya pun mulai penasaran dengan yang namanya Ahmadiyah.

Ibu saya memang seorang Ahmadi. Tapi ayah saya tidak. Saya belum berani mengakui identitas Keahmadian saya. Sebab, stigma tentang Ahmadiyah terlalu negatif dalam pandangan umum.

Kegelisahan saya semakin hari semakin menjadi-jadi, dan sayapun bingung harus bercerita kepada siapa. Ibu saya bisa dibilang kurang aktif juga di Jemaat karena ibu saya semenjak menikah dengan ayah saya ikut tinggal di daerah yang sangat jauh dari lingkungan Jemaat.

Setiap kali saya bertanya kepada ibu masalah Jemaat, ibu saya hanya diam. Dan saya pun bingung, karena dari kecil saya tidak memiliki teman yang sama sama Jemaat.

Semenjak SMA pun saya sering menyendiri karena saya ragu bagaimana jadinya jika mereka tahu jika saya adalah seorang Ahmadi?

Dari saat itulah saya suka menulis. Berawal dari kegelisahan saya dalam mencari jati diri, sayapun sering menulis karena saya ingin mengeluarkan sedikit beban dan kebingungan saya.

Ketika memasuki perguruan tinggi, dengan karunia Allah, saya masuk di salah satu PTN Islam. Semenjak saat itu, saya bergaul dengan orang-orang yang mungkin bisa dibilang baik dalam hal Agama.

Suatu ketika, saya bertanya kepada salah satu teman mengenai pandangan mereka terhadap Ahmadiyah. Dan jawabannya seperti yang saya kira sebelumnya, yaitu “Ahmadiyah itu sesat”.

Lagi lagi saya bergulat dengan perasaan saya sendiri. Karena di satu sisi ibu saya mengharapkan saya bersekolah di PTN Islam ini agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan bisa menjadi anggota Ahmadiyah yang, tapi di sisi lain saya memiliki ketakutan yang sangat besar untuk mengakui Kejemaatan saya.

Saya belum cukup ilmu untuk meluruskan kesalahfahaman tentang Ahmadiyah. Ditambah lagi kefanatikan di kampus soal agama dan soal Ahmadiyah, membuat saya makin tak nyaman berada di lingkungan seperti itu.

Hingga suatu hari, saya mencoba menghubungi bibi saya dan menceritakan kegelisahan saya ini. Bibi menyarankan untuk ikut AMSAW Priangan Barat agar saya memiliki teman untuk bercerita dan untuk mencari tahu lebih banyak tentang Jemaat Ahmadiyah.

Namun berhubung kondisi saya yang pada saat itu belum bisa membagi waktu, dan sibuk dengan praktikum-praktikum kampus, saya jadi kurang aktif di AMSAW itu sendiri.

Saya mulai mencari-cari di media-sosial terkait Ahmadiyah. Tentunya ada yang yang positif, ada juga yang negatif. Namun, ketika saya sedang membuka akun IG, saya melihat salah satu teman saya me-repost postingan akun Instagram dari Islamrahmahid. Saya mulai stalk akun IG Islamrahmahid dan membaca kisah-kisah inspiratif disana.

Saat itu ketika saya membuka account IG Islamrahmahid, saya membaca sedikit kisah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, dan saat itu pula saya mulai luluh dan semakin yakin bahwa Jemaat itu tidak sesat seperti apa yang orang lain pikirkan.

Sejak saat itu saya semakin sering mencari tahu kebenaran tentang Jemaat Ahmadiyah untuk menambah keyakinan saya terhadap Jemaat. Alhamdulillah semakin sering saya berusaha mencari tahu tentang Jemaat, Allah sering sekali memberikan jalan serta kemudahan.

Mulai dari dikirimkannya satu per satu teman sesama Jemaat, sampai bertemulah saya dengan jati diri saya yang sekarang, yang tanpa ragu mengakui bahwa saya seorang Ahmadi.

Suatu kali, saya berbicara dengan salah satu saudara saya yang bernama Amtul Waheed yang kebetulan dia juga seorang penulis di IslamKuKerenId. Saya merasa sangat bersyukur sekali karena dia banyak sekali membantu saya dalam meyakinkan diri saya untuk mencapai semua mimpi-mimpi saya termasuk salah satunya menjadi seorang penulis di IslamKuKerenId.

Saya pernah bermimpi untuk bisa menjadi seorang penulis di IKK karena saya ingin bisa menjadi seperti anak-anak muda Jemaat lainnya yang bisa berkarya sekaligus bertabligh lewat media sosial. Saya sangat kagum dengan IslamKuKerenId karena disini kita bisa mempunyai wadah untuk berkarya dan bisa berbaur dengan orang-orang hebat lainnya.

Rupanya, satu per satu do’a saya dan ibu saya berhasil menembus langit. Impian saya satu per satu Allah kabulkan. Dan semakin saya dekat dengan Jemaat semua jalan saya, urusan saya, Allah berikan kemudahan, juga kelancaran. Inilah diri saya yang “baru”, semoga Allah Ta’ala senantiasa selalu menyertai saya untuk bisa selalu istiqomah dalam kebaikan.

.

.

.

Penulis: Anisa Islamiati Noor

Edito: Muhammad Nurdin

Visits: 390

Anisa Islamiati Noor

2 thoughts on “Media Sosial Membawaku Kembali ke Pangkuan Ahmadiyah

  1. Masya Allah karunia luar biasa buat Neng Anis. Mubarak ya. Semoga menjadi penulis yang dapat menerangi jalan bagi para pencari kebenaran. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *