MENCINTAI SEWAJARNYA

Bicara tentang “cinta” tentu tak akan ada habisnya. Sebuah ungkapan dengan ratusan, bahkan ribuan makna. Seringkali cinta didefinisikan sebagai bentuk emosi. Ada juga yang menyebutnya perasaan yang datang dari hati.

Terlepas dari begitu banyaknya makna cinta dari berbagai sudut pandang manusia, semua pasti setuju bahwa cinta membawa ketertarikan dan keterikatan. Selalu merasa tertarik ketika ada topik yang dibahas tentangnya. Merasa terikat untuk memberi perhatian lebih banyak dari sebelumnya.

Pada dasarnya rasa cinta membawa kebahagiaan dan kebaikan dalam hidup. Manusia bisa menjadi lebih bersemangat jika mencintai, dan berani untuk membuktikan diri. Semua akan terasa indah jika dijalani sesuai dengan koridornya.

Sebaliknya, cinta bisa menjadi bumerang ketika dijalani secara berlebihan. Karena cinta memiliki kekuatan untuk mengatur dan mengendalikan tingkah laku manusia. Apapun bisa dilakukan dengan dalih cinta. Bahkan ada sebuah Hadits yang berbunyi, “Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli.” (HR Abu Daud)

Buta dan tuli yang dimaksud bukanlah buta atau tuli secara fisik. Buta dalam arti menutup mata dari apa yang seharusnya dilihat. Contohnya, ketika mencintai sesuatu, tak ingin melihat hal lain kecuali yang kita cintai. Tuli yang dimaksud adalah tidak ingin mendengar apapun dari orang lain kecuali dari yang kita cintai. Tak ingin menerima masukan dari orang lain.

Singkatnya, menjadikanmu buta dan tuli bisa berarti mencintai dengan begitu hebatnya tanpa akal sehat sampai melupakan nasehat-nasehat agama. Persis seperti syair dari Imam Syafi’i yang mengatakan, “Pandangan simpati menutupi segala cela, sebagaimaan pandangan benci menampakkan segala cacat.”

Bahaya cinta seperti itu adalah mampu menyamarkan hal-hal negatif menjadi seolah terlihat positif. Maka dari itu, mencintailah sewajarnya. Karena mencintai bukan berarti memberikan pembenaran terhadap hal yang jelas-jelas salah.

Segala yang berlebihan tentu tidak baik. Begitupula cinta yang berlebihan, tak akan mendatangkan kebaikan. Apakah wajar jika akal sehat dibutakan oleh hati?

Visits: 432

Mumtazah Akhtar

1 thought on “MENCINTAI SEWAJARNYA

  1. ماشآء اللّه

    Izin rewrite kalimat indahnya bu Tazah :

    “Karena mencintai bukan berarti memberikan pembenaran terhadap hal yang jelas-jelas salah.”

    Berkibar terus karya-karya indahnya bu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *