Mln. H. Abdul Basit Shd: Ketenangan dan Keberaniannya Menghadapi Persekusi

Tahun 2011 menjadi tahun yang tak pernah saya lupakan. Karena pada saat itu, saya mendapatkan karunia besar untuk mengawal orang nomor satu dalam Jemaat ini, yakni Almarhum Bapak Amir Nasional, dimana pada saat itu sedang berlangsung Jalsah Salanah di Makassar.

Saya pribadi merasakan satu bentuk kebahagiaan yang luar biasa bisa dekat dengan Bapak Amir Nasional yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya merasa sosok beliau seperti medan magnet yang mampu menarik diri saya yang lemah ini kepada Allah Ta’ala.

Sosok beliau adalah pribadi yang sangat rendah hati, tawadhu, mudah senyum dan tidak pernah membeda-bedakan siapapun. Dan beliau sangat humoris, membuat orang di sekitarnya nyaman.

Itulah mengapa saya selalu menunggu beliau menyampaikan ceramah atau nasehat. Entah mengapa, setiap kata yang beliau ucapkan memberikan dampak keruhanian yang luar biasa dalam diri saya.

Singkat cerita, Jalsah pun berlangsung dengan khidmat di Masjid An-Nushrat Jemaat Makassar yang terletak di Jln. Anoang. Kami merasakan kebahagiaan yang luar biasa dalam kegiatan yang dihadiri oleh Bapak Amir tersebut.

Namun kebahagiaan tersebut terkoyak dengan datangnya sekelompok massa yang mau menyerang dan membubarkan kegiatan. Suasana yang tadinya khidmat berubah menjadi genting.

Dalam situasi demikian, yang pertama kami pikirkan adalah Bapak Amir Nasional. Para pengurus Jemaat, terlebih lagi keluarga besar Almarhum Bapak Ibnu Sidik Umar merasa gelisah akan keselamatan Bapak Amir tercinta kita.

Kami tidak lagi memperdulikan diri kami juga keluarga. Yang kami khawatirkan pada saat itu adalah keselamatan beliau dan masjid. Jangan sampai massa masuk dan mengusai masjid. Lalu berbuat tindakan anarkis.

Dalam situasi mencekam seperti itu, Bapak Amir kita tetap tenang. Air muka muka beliau tidak sama sekali menunjukkan kegentaran. Beliau terus memotivasi kami, yang membuat kami kuat, meski dalam lingkaran kebuasan para penentang yang jumlahnya tak sedikit itu.

Para penyerang tahu bahwa ada Pimpinan Ahmadiyah di dalam Masjid. Itulah mengapa mereka memaksa masuk dengan segala cara. Mereka tak peduli lagi soal mengedepankan dialog. Mereka juga sudah lupa makna dari sebuah kemanusiaan.

Tapi lihatlah. Bagaimana barisan Khuddam dan Anshar yang membentuk benteng pertahanan yang demikian kokoh. Yang tak mampu ditembus oleh pihak-pihak yang hendak masuk ke dalam Masjid.

Para anggota Jemaat seolah menjadi menjadi singa nan gagah perkasa. Menjadi tameng pertahanan yang tak mengenal takut dan gentar dalam menghadapi upaya penentang untuk menguasai masjid.

Dalam situasi genting seperti itu, saya ditunjuk menjadi tim yang akan mengevakuasi Bapak Amir keluar masjid. Ini merupakan tugas yang tak mudah dalam situasi seperti itu. Tapi saya menyambutnya dengan penuh kebahagiaan.

Awalnya Bapak Amir tidak mau kami evakuasi. Beliau memilih untuk bertahan bersama-sama. Padahal situasi saat itu sulit untuk menjamin keselamatan beliau. Tapi karena desakan Pengurus yang semata-mata rasa kecintaan terhadap beliau, akhirnya Bapak Amir bersedia untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman.

Cuma masalahnya, bagaimana cara mengevakuasi beliau tanpa diketahui oleh aparat juga kelompok massa yang memang mengincar beliau?

Mulut kami tak pernah kering dari doa dan shalawat. Karena memang dapat dikatakan mustahil bisa mengevakuasi beliau tanpa diketahui oleh para penentang yang masih ramai di luar masjid.

Disinilah pertolongan Allah Ta’ala zahir. Kami mengawal beliau memakai motor. Kami pakaian beliau helm. Waktu itu saya yang membonceng Bapak Amir. Ada empat orang Khuddam yang mengawal di belakang. Ajaibnya, pergerakan ini tak diketahui oleh massa maupun aparat yang menjaga.

Kami keluar dari Masjid menuju Jalan Veteran. Disana sudah disiapkan tim penjemputan yang dilakukan oleh Bapak Asraf Ahmad, yang kini menjadi Amirda Makassar.

Dan sekali lagi, dalam siatusi genting seperti itu, dimana bisa saja terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, beliau tetap tenang. Saya yakin, untaian doa dan shalawat tak pernah lekang dari dalam sanubari beliau. Memohon satu bentuk pertolongan khas dari Allah Ta’ala. Hingga akhirnya, proses evakuasi berjalan dengan lancar.

Bapak Amir Nasional beserta anggota Jemaat Jakarta Utara. Penulis berada di antara Bapak Amir dan Bapak Raisut Tabligh.

 

 

Editor: Muhammad Nurdin

Visits: 456

Muhammad Muhtiar

1 thought on “Mln. H. Abdul Basit Shd: Ketenangan dan Keberaniannya Menghadapi Persekusi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *